"Bayangin kita saudara kandung yang lama kepisah, apa kamu mau nerima aku dan berhenti nge-bully aku?" Ice tanpa sadar menanyakan itu.
Blaze terdiam mendengar pertanyaan Ice. Matanya menatap dalam ke arah Ice, seolah-olah dia sedang berusaha memahami apa yang baru saja dikatakan oleh pemuda itu. Wajahnya berubah menjadi serius, rahangnya mengeras.
"Saudara?" gumam Blaze pelan, seolah tidak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya.
Ice mengangguk pelan, matanya tidak berani menatap langsung ke arah Blaze. Dia takut akan mendapat jawaban yang tidak ingin didengarnya.
"Maksud lo, kita anak dari orang yang sama?" tanya Blaze, suaranya terdengar sedikit bergetar.
Ice kembali mengangguk. Dia menceritakan apa yang telah didengarnya semalam.
Selama ini, Blaze hanya menganggap Ice sebagai seorang anak yang lemah dan mudah untuk dijadikan bahan bully-an. Namun, setelah mendengar cerita Ice, dia mulai merubah ekspresinya menjadi tak senang.
"Terus, lo percaya kalau kita saudara?" tanya Blaze lagi, masih dengan nada yang tak enak didengar.
"Aku nggak tahu," jawab Ice dengan jujur.
"Tapi, kalau kita emang saudara, gue janji bakal berhenti nge-bully lo," kata Blaze, dia menghilangkan nada tak enaknya saat bicara.
"Beneran?" tanya Ice ragu-ragu.
Blaze mengangguk. "Beneran. Gue nggak akan bohong soal ini."
Ice merasa sedikit lega mendengarnya. Namun, dia masih merasa ada yang kurang. Dia ingin bukti bahwa Blaze benar-benar berubah.
Halilintar mendadak masuk ke dalam kos, dia membawa salah satu sepupu dari pihak keluarga almarhummah ibunya.
"Maaf gue mendadak pulang, ada hal yang harus kalian tahu, gue ini sampe izin telat kerja cuma gara-gara ini." Halilintar menyikut sepupunya yang kebetulan anak kelas XII di SMA tempat mereka sekolah agar mengatakan hal yang diceritakan padanya saat berangkat kerja paruh waktu tadi.
"Sebenernya Blaze itu lahirnya kembar, dia punya adik kembar yang gak identik. Waktu itu Hali masih umur setahun jadinya pasti lupa kalau dia punya dua adik," ujar sepupu mereka.
"Hah! Gue punya kembaran? Siapa?" Blaze langsung berdiri dan bertanya dengan tidak sabaran.
"Nama kembaran lo itu aslinya Ice Aksara Narendra, tapi karena dulu ibu lo ngelahirin kembaran lo dalam keadaan tubuh yang lemah. Akhirnya kembaran lo dikasih ke saudara jauhnya ibu kalian. Terus namanya cuma Ice Aksara," jelasnya.
"BENTAR! MAKSUD LO ANAK INI KEMBARAN GUE?" teriak Blaze sambil menarik Ice ke depan sepupunya.
Ice yang ditarik hanya bisa pasrah, rasanya dia gugup.
"Bener, orang yang lo bully separah itu adalah kembaran lo sendiri."
Sepupu mereka menggaruk tengkuknya, canggung, seharusnya sejak awal dia memberitahukan ini pada Blaze agar tak merundung Ice. Namun, ibunya Ice yang sekarang melarangnya sejak dulu, ralat, maksudku harusnya tantenya Ice, tapi jadi ibunya.
Benar begitu harusnya? Ya sudahlah, susah menjelaskannya, intinya ibu kandungnya Ice sudah meninggal dibunuh sang ayah.
Blaze terdiam sejenak, matanya membulat sempurna. Informasi yang baru saja didengarnya membuat otaknya sulit mencerna. Selama ini, ia selalu menganggap Ice sebagai anak lemah yang pantas di-bully. Namun, sekarang ia baru mengetahui bahwa Ice adalah saudara kembarnya sendiri. Rasa bersalah dan penyesalan langsung menyerangnya.
"Gila ... Gue udah ngelakuin apa aja ke lo, Ice," gumam Blaze dengan suara lirih. Ia menunduk, merasa sangat malu dengan perlakuannya selama ini.
"Gue ... Gue minta maaf," ujar Blaze mencoba meraih tangan Ice, tetapi Ice langsung menarik tangannya menjauh.
![](https://img.wattpad.com/cover/369585053-288-k754168.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Behind the Mask of a Bully (Boboiboy Fanfiction)
FanfictionStart 24 Mei 2024. End 20 November 2024. Setelah Blaze dan Ice sudah akur dan Ice tak dirundung Blaze lagi. Semua masalah telah mereka selesaikan, suatu hari mereka bertemu dengan murid baru yang menjadi adik kelas mereka dengan kepribadian buruk, a...