Blaze menghela napas lega mendengar jawaban Ice. Seketika, suasana tegang di antara mereka sirna. Senyum tipis terukir di bibir Blaze. "Bagus," ujarnya singkat.
Ice hanya mengangguk kecil, matanya masih tertuju pada bungkus makanan yang sudah kosong. Ia merasa sedikit malu karena sudah merepotkan Blaze.
"Yaudah, gue pulang dulu. Besok pagi gue jemput di depan gang," ucap Blaze sambil berdiri dan berjalan menuju jendela.
Ice mengangguk lagi, Blaze membuka jendela dan mengintip ke luar. Setelah memastikan keadaan aman, ia melompat keluar. Sebelum benar-benar pergi, Blaze menoleh ke arah Ice. "Jangan lupa bawa jaket," pesannya.
Ice hanya mengangguk sebagai jawaban. Blaze kemudian menghilang dalam kegelapan malam.
Ice menutup jendela dan kembali duduk di kasurnya. Ia menatap langit-langit kamarnya dengan tatapan kosong. Pikirannya melayang ke hari esok. Apa yang akan terjadi besok? Apakah ia akan merasa aman keluar bersama perundungnya itu? Atau malah sebaliknya, ia akan merasa semakin tertekan?
Ice berusaha mengusir pikiran-pikiran negatif itu. Ia memutuskan untuk tidur lebih awal agar besok ia bisa bangun pagi dan bersiap-siap.
...
Blaze masuk ke dalam kamar kosnya, kelelahan setelah seharian beraktivitas. Ia melemparkan tasnya dengan sembarangan ke atas kasur dan berjalan menuju dapur untuk mengambil segelas air putih.
Saat melewati ruang tengah, matanya menangkap dua sosok yang sedang berbincang. Salah satunya adalah Solar, penghuni kos kamar di sebelahnya, dan satu lagi adalah seorang pemuda yang belum pernah ia lihat sebelumnya, wajahnya sangat mirip dengan Solar.
Blaze meneguk habis segelas air putih, matanya masih tertuju pada dua sosok di ruang tengah. Ia mengerutkan kening ketika melihat Solar seperti membentak orang yang Blaze duga adalah kembarannya Solar.
"Mending lo pulang ke rumah aja deh," kata Solar.
Samar-samar Blaze bisa mendengarnya, Blaze masih memegang gelas.
"Aku cuma pengen ketemu Solar, kenapa malah diusir?"
"Duri, nggak ada yang nyuruh lo dateng malam-malam," balas Solar.
Oh, pemandangan macam apa ini? Blaze baru tahu kalau Solar bisa bersikap kasar pada orang lain saking datarnya ekspresi Solar selama seminggu mereka kenal.
Blaze semakin penasaran dengan drama yang terjadi di ruang tengah. Ia melangkah perlahan mendekati pintu dapur, menyimak percakapan Solar dan pemuda bernama Duri itu.
"Aku cuma kangen Solar, kenapa sih kamu nggak mau ngajak aku main?" rengek Duri.
"Lo kan udah gede, jangan kayak anak kecil," sahut Solar ketus.
"Tapi kan kita kembar, kenapa kamu selalu bersikap kayak gitu sama aku?" tanya Duri dengan nada sedih.
Blaze sudah menduganya. Jadi, pemuda yang bernama Duri ini adalah kembaran identik Solar?
"Lo tahu sendiri kan kenapa gue nggak mau deket-deket sama lo," jawab Solar dingin.
"Aku tahu, tapi dekat sama keluarga sendiri tuh nggak ada salahnya Solar."
Solar memejamkan matanya, mencoba menarik napas dalam-dalam agar tak kelepasan membentak kakak kembarnya lagi. Dua pemuda dengan wajah yang sama, bedanya netra Solar berwarna silver, sedangkan Duri berwarna hijau.
Mereka saling berpandangan cukup lama sebelum Solar berbalik masuk ke kamar kosnya.
"Solar, tunggu!" Duri segera mengikuti adik kembarnya itu.
![](https://img.wattpad.com/cover/369585053-288-k754168.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Behind the Mask of a Bully (Boboiboy Fanfiction)
FanfictionStart 24 Mei 2024. End 20 November 2024. Setelah Blaze dan Ice sudah akur dan Ice tak dirundung Blaze lagi. Semua masalah telah mereka selesaikan, suatu hari mereka bertemu dengan murid baru yang menjadi adik kelas mereka dengan kepribadian buruk, a...