Ϲһα⍴tᥱr 51

1 1 0
                                    

Keesokan harinya, Candra berhasil masuk ke istana itu dengan menyamar sebagai pengawal. Diam-diam Candra mencari tempat dimana mereka mengurung Selin, namun sayangnya dia tidak berhasil menemukannya di karenakan Candra harus mengikuti barisan untuk mengawal pangeran Ayaz dalam acara memperkenalkan calon istri Ayaz yaitu Selin. Pangeran Ayaz duduk di singgasananya sambil memandangi rakyat Bunyamin yang dari tadi menunggu siapakah calon istri Ayaz.

"Hadirin semuanya, sambut lah permaisuri pangeran mahkota Ayaz Bunyamin. Tuan putri Selin Sema, "

Selin jalan memasuki aula kerajaan dengan wajah tertunduk dan jalan yang anggun. Semua orang memperhatikan Selin bukan karena bahagia melainkan simpati. "Tuan putri yang malang. Semoga tuhan melindunginya selalu, " ucap salah satu wanita tua yang mendoakan Selin. Rakyat di sana tau bahwa Ayaz sangat lah tidak layak di anggap sebagai pangeran apalagi menjadi raja kelak. Saat Selin duduk di kursi yang sudah di tentukan, sekilas Selin melirik ke arah Candra yang menyamar. "Candra?" Batin Selin yang sedikit khawatir melihat keberadaan Candra.

----------------


Sementara di Dubai, Zyan dan keluarganya di buat panik karena Candra tidak ada kabar sejak tadi malam. Di tengah kepanikan itu, helikopter mereka mendarat di belakang rumah. Hal itu membuat Zyan menghampiri helikopter tersebut dan menanyakannya.

"Dari mana kau?"

"Tuan, aku membawa perintah dari tuan muda Candra. Dia minta di antarkan ke Turki tadi malam. Tuan muda juga meminta ku untuk segera pulang dan menyampaikan ini kepada kalian, "

"Ngapain dia ke Turki?"

"Soal itu aku tidak tahu tuan, "

"Kita harus segera kesana, "

"Tuan muda meminta kalian untuk tidak kesana. Dia bilang dia akan baik-baik saja, dia hanya ingin menyelesaikan urusan kecil, "

"Sudahlah Zyan. Putra mu akan baik-baik saja. Dia juga sudah dewasa, kau lupa bagaimana dia membunuh Oscar dan Edward saat itu?"

Zyan lalu mengangguk dan berdoa agar putranya segera pulang dengan selamat.

----------------


Malam harinya, Selin yang di berikan kamar pribadi diam-diam keluar dari kamar tersebut dan pergi mencari Candra. Di tengah kepanikan Selin yang mencari Candra, tiba-tiba seseorang menariknya ke sebuah sudut yang gelap.

"Mmm, lepaskan aku, "

"Syuttt, ini aku Selin, " ucap Candra. Melihat Candra, Selin sedikit tenang dan kembali memeluknya."Kenapa kau kemari? Apa kau ingin membahayakan dirimu?" ucap Selin.

"Aku kemari untuk menyelamatkan mu dengan orang tua mu, "

"Candra, ini bukan wilayah mu. Kau tidak tau sekuat apa mereka, "

"Benarkah?" Gumam Candra yang perlahan mendekatkan wajahnya ke wajah Selin. "Can? Kau mau apa?" Tanya Selin yang sedikit gugup.

"Cantik, "

"Hum?"

"Kau nampak cantik seperti ini, "

"Candra. Jangan membuatku malu, "

"Jika aku bisa mengeluarkan mu dari sini, apa yang akan kau berikan padaku?"

"Aku akan menunjukkan cintaku padamu, "

"Benarkah?"

"Hum, "

"Baiklah, aku akan membawa mu bebas dari sini, "

"Can, "

"Hum?"

"Apa kau juga mencintaiku?" Pertanyaan itu membuat Candra diam dan memandang wajah Selin cukup lama. "Jika aku tidak mencintaimu, aku tidak akan jauh-jauh kemari untuk menjemputmu, " jawab Candra dengan wajah menyeringai. Selin yang mendengarnya terkejut dan perlahan menatap kedua bola mata Candra yang kini tepat di depannya. "Sungguh?" Sekali lagi Candra menganggukkan kepalanya untuk meyakinkan Selin. Mereka tersenyum bahagia karena mengetahui bahwa mereka sama-sama saling mencintai. Untuk pertama kalinya Selin memegang kedua pipi Candra, dan sentuhan itu membuat Candra memejamkan matanya. Selin ingin mengecup bibir Candra, namun Candra menahan diri dan menolak ciuman tersebut.

"Tidak Selin. Tidak untuk sekarang, "

"Lalu kapan?"

"Setelah pulang dari sini, "

Setelah cukup lama bertemu, tiba-tiba mereka ketahuan oleh prajurit dan langsung menangkap Candra dan langsung menghajarnya. "Tidak. LEPASKAN DIA, " teriak Selin, namun prajurit menahan Selin. Mendengar kegaduhan itu, Ayaz terbangun dan mengecek apa yang terjadi.

"Siapa dia?" tanya Ayaz.

"Tidak tau pangeran. Kami melihatnya sedang berduaan dengan tuan putri Selin, "

Ayaz kesal dan langsung mencengkram rambut Candra lalu menariknya. "KATAKAN SIAPA KAU?"

"Siapa aku kau tidak perlu tau, "

"BAWA DIA KE PENJARA UTAMA ISTANA. Besok bawa dia ke lapangan untuk melakukan Trido Trodi. Mendengar itu Selin panik dan memohon agar mereka melepaskan Candra. "Ayaz. Ayaz, dengar. Lepaskan dia, aku akan menikahi mu. Tapi tolong lepaskan dia. Tolong jangan bawa dia ke Trido Trodi, " ucap Selin memohon. Ayaz tidak menghiraukan itu dan malah menampar Selin dengan sangat keras. "SELIN, " teriak Candra yang panik melihat Selin di tampar. Ayaz lalu menarik Selin dan membawanya pergi, sementara Candra di bawa ke penjara utama istana.

Singkat cerita, kini sudah menunjukkan pukul 4 pagi namun Selin semalaman tidak bisa tidur karena memikirkan Candra. "Bagaimana caranya aku menyelamatkan Candra, " gumam Selin panik. Tiba-tiba salah satu dayang kerajaan menghampiri Selin dan menawarkan diri untuk membantunya. "Dengar, bisa kah kau pergi ke pusat kota? Gunakan telfon umum dan hubungi nomor ini, " ucap Selin sambil memberikan kertas yang bertuliskan nomor utama keluarga Hernandes. Kebetulan dayang ini sudah meminta izin untuk pulang pagi-pagi buta tepat di jam 4 pagi. Dayang itu segera pergi untuk melakukan tugas dari Selin. Karena jarak yang sangat jauh membuat dayang tersebut menghabiskan waktu yang cukup lama untuk menempuh pusat kota Turki. Setibanya di pusat kota, dayang itu langsung menggunakan telefon umum untuk menelfon kediaman Hernandes.

"Hallo?" Ucap Bella yang mengangkat telfon tersebut.

"Hallo, apa benar ini dengan kediaman Hernandes?"

"Iya benar, ada apa?"

"Saya mau menyampaikan pesan dari tuan putri Selin. Saat ini keselamatan Candra dalam bahaya, dia meminta bantuan seseorang dari kalian untuk bisa datang ke Turki menolongnya, "

"Kalau boleh tau di mana alamatnya?"

"Di kerajaan Bunyamin. Maaf nona saya tidak bisa lama-lama, takut ada yang melihat ku, "

"Iya baiklah, sekali lagi terima kasih untuk informasinya, "

"Iya sama-sama, "

Telfon singkat itu di matikan, Bella langsung memberitahukan hal itu kepadanya ayahnya. Zyan pun sepakat untuk terbang ke Turki bersama Varez. Mereka berdua menggunakan helikopter pribadi Hernandes untuk segera terbang ke Turki tepat waktu.

HERNANDES : The Kindness Monster'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang