Ϲһα⍴tᥱr 60

2 1 0
                                    

Mijay yang sadar bahwa mereka telah pergi langsung menghampiri Leyna yang terbaring lemah di tanah.

"Kakakkk, " ucap Mijay yang berusaha membangunkan Leyna dengan menggerak-gerakkan tubuhnya. "Kakak ayo bangun. Jangan tinggalkan aku sendiri kakak, " ucap Mijay. Karena tidak tau harus bagaimana, Mijay menelfon Veyna menggunakan ponsel Leyna.

"Hallo Ley, ada apa?"

"Kakakkk, "

"Loh Jay. Kamu kenapa nangis dik?"

"Seseorang mencegat kami di jalan. Mereka menyiksa kak Leyna sampai terluka dan pingsan, "

"Katakan kalian di mana?"

"Aku tidak tau kakak. Di sini sepi sekali tidak ada perumahan, "

"Mijay. Berhenti menangis ya, jangan takut. Kakak akan segera kesana. Sekarang ganti panggilan video, lalu perlihatkan gambar tempat di sekitar Jay sekarang, " Mijay melakukan apa yang di perintahkan oleh Veyna. Setelah mendapatkan gambar tempat tersebut, Veyna segera menghampiri mereka menggunakan sepeda nya. "Mijay tunggu di sana. Jika ayah dan ibu menelfon jangan di angkat dulu ya dik, " ucap Veyna yang kemudian mengakhiri panggilan video tersebut lalu segera menghampiri mereka. Karena cukup jauh, membutuhkan waktu lama bagi Veyna untuk sampai apalagi dia menggunakan sepeda. 25 menit kemudian, Veyna sampai dan melihat Mijay yang masih menangis sambil memangku Leyna. Melihat Veyna, Mijay meletakkan Leyna di tanah lalu kemudian berdiri dan memeluk Veyna.

"Kakak. Ada banyak darah keluar dari bajunya, " ucap Mijay. Veyna nampak keheranan dengan luka-luka yang di terima Leyna. Sebab luka itu sangatlah parah, ada banyak luka sayatan di pipi bahkan leher Leyna yang memerah.

"Jay. Apa kau melihat wajah pelakunya?"

"Aku tidak melihat jelas kak. Karena gelap, dan mataku sedikit mengantuk. Yang aku ingat mereka pria jumlahnya ada 3 orang"

"Apalagi yang kau lihat selain itu?"

"Yang aku lihat mereka berkali-kali memukul kakak. Dan mereka juga bergantian menindis kakak, aku tidak tau mereka sedang apa, " mengetahui itu Veyna sedikit membuka rok bawah Leyna untuk mengeceknya. Air mata Veyna tak kuas di bendung lagi saat melihat darah yang terus keluar merupakan darah yang berasal dari vag*na Leyna yang robek cukup lebar. Veyna lalu menggendong Leyna dan memasukkannya ke dalam mobil untuk segera di bawa ke rumah sakit terdekat.

----------------


Setibanya di rumah sakit, Leyna langsung di bawa ke kamar mayat untuk di lakukan otopsi. Veyna duduk di kursi rumah sakit dengan amarah yang sangat besar. Dia tidak terima saudarinya harus tewas secara menyedihkan seperti itu. "Aku berjanji padamu Leyna. Para pelaku itu akan ku temukan dan akan ku buat mereka sebagaimana mereka memperlakukan mu, " batin Veyna sambil menatap wajah pucat Leyna dari luar.

"Kak Vey. Apa sebaiknya kita menghubungi ayah dan ibu?"

"Tidak usah dik. Kakak ada rencana lain untuk memberi hukuman pada orang-orang yang sudah membunuh Leyna, "

"Caranya bagaimana kak?"

"Kau masih kecil dik. Kau tidak akan mengerti?"

"Kalau begitu ajariku agar aku mengerti. Jika kakak bisa membalaskan dendam atas kematian kak Leyna, kenapa aku tidak?"

"Baiklah kalau begitu. Kakak akan masuk ke keluarga kita. Kakak akan ikut dengan mu pulang ke rumah. Tapi bukan sebagai Veyna melainkan sebagai Leyna. Jadi tugas mu adalah bagaimana caranya menyembunyikan identitas kakak. Kau mengerti?"

"Siap kakak, "

"Good boy. Em sebentar kau tunggu di sini, " Veyna mengambil sebuah tongkat kayu lalu memukulkannya ke kepalanya.

"Kakak apa yang kau lakukan?"

"Kakak akan pergi menemui suster untuk mengobati luka kakak. Setelah kakak masuk ke dalam ruangan kau pergi menelfon ayah, dan katakan bahwa kita mengalami kecelakaan kecil. Katakan bahwa sekarang kita sedang berada di rumah sakit, "

"Baik kak, "

Veyna menghampiri salah satu suster untuk memeriksa keadaannya. Sementara itu Mijay menghubungi ayahnya dengan menggunakan ponsel milik Leyna.

"Sus. Sebentar lagi ada orang tua ku datang. Jika mereka bertanya bagaimana kondisiku, jawab saja kalau aku masih belum sadarkan diri, "

"Dan sus. Aku minta besok kau suruh dokter membuat laporan palsu mengenai diriku. Beritahu di situ kalau aku mengalami amnesia. Sus aku mohon, ini soal dendam kematian saudariku yang di bunuh dan di perkosa, "

Suster itu mengangguk paham. Setelah selesai memberikan perban pada luka Veyna, suster itu langsung keluar. Di saat yang bersamaan kedua orang tua nya datang dan langsung menghampiri suster. Setelah mengetahui bahwa putrinya akan baik-baik saja, mereka merasa lega dan akan menunggunya sampai kembali membaik.

Keesokan harinya, dokter datang untuk kembali memeriksa kondisi Veyna. Saat melihat dokter dan suster yang sama, Veyna memberi isyarat dengan menaikan alisnya. Dokter itu tersenyum tipis sambil menganggukkan kepalanya.

"Bagaimana dok?"

"Menurut hasil lab. Benturan di kepala Leyna cukup parah. Tapi tuan dan nyonya tidak perlu khawatir untungnya suster kemi semalam sudah memberikan pertolongan pertama pada Leyna, "

"Namun tuan, ada sedikit masalah. Menurut pemeriksa ada sistem limbik atau bagian otak yang mengatur ingatan dan emosi rusak akibat kecelakaan itu. Dan putri tuan mengalami hilang ingatan, "

"Apa?"

"Iya tuan. Pasien bisa di bawa pulang nanti siang. Tapi saya sarankan jangan memaksanya untuk mengingat sesuatu di masa lalu. Hal itu akan membuatnya pusing dan takutnya menggangu masa pemulihannya, "

"Baik dok, " setelah memberitahukan kondisi terbaru Veyna. Dokter itu pergi meninggalkan mereka.

"Jay jawab jujur sama ayah. Apa yang terjadi semalam?"

"Ayah. Aku tidak ingat apa-apa. Aku sedang tertidur, dan pada saat aku bangun. Kami sudah ada di rumah sakit, " jawab Mijay.

"Apa kamu terluka?"

"Hum. Sedikit saja, " Jawab Mijay yang menunjukkan luka goresan dikit di lengannya. Luka itu sengaja Mijay lukai dengan batu tajam, mengikuti apa yang kakaknya Veyna lakukan.

----------------

Singkat cerita, siang itu Veyna sudah bisa di bawa pulang. Kedua mata Veyna memperhatikan kemegahan tiga rumah Hernandes dan lingkungan yang sangat bersih. Dia tidak menyangka bahwa dia akan menginjakkan kakinya di rumah ini dan kembali bersama orang tuanya.

"Leyna. Ini adalah rumah kita. Ayo ibu bantu kamu masuk, dan akan ibu antarkan kamu ke kamarmu, " Veyna tentu hanya tersenyum sambil menganggukkan kepalanya.

"Ibu akan buatkan makanan kesukaan kamu. Istirahat lah, "

Velyn lalu pergi meninggalkan Veyna di kamarnya. Saat ibunya pergi, Veyna berjalan mendekati meja kerja milik Leyna. Di sana tumpukkan buku-buku jurnal bahkan sampai novel kesukaan Leyna dia lihat satu persatu. Bahkan dia juga melihat sebuah foto Leyna bersama kedua orang tuanya saat dia wisuda terakhir kali.

"Sebenarnya ini merupakan takdir atau bukan si Leyna? Saat kau hidup enak, aku sengsara hidup sendirian menafkahi diri sendiri. Sekarang, kau pergi sementara aku duduk enak menggantikan posisimu, "

"Tapi tenang Leyna. Setelah misi ku dalam menghabisi para baj*ngan itu selesai. Aku akan mengembalikan posisi mu sebagai Leyna di keluarga ini, " Veyna meletakkan kembali foto itu, dan menghapus air mata yang mulai mengalir di pipinya.

HERNANDES : The Kindness Monster'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang