"Kirana. kenapa ponsel mu tidak di angkat tadi saat ayah menelfon?"
"Aku-"
"Dia pergi bersama lelaki pembalap itu ayah, " jawab Candra.
"Apa yang di katakan kakak mu itu benar?"
"Hum, " jawab Kirana pelan sambil menundukkan kepalanya. Zyan menghampiri Kirana lalu memeluknya.
"Nak. Ayah tak masalah kamu mau pergi dengan siapa pun itu. Tapi tolong kabari ayah nak. Angkat telfon ayah di mana pun itu. Kau mengerti?"
"Iya ayah. Kirana mengerti, " Zyan mengusap lembut rambut putrinya kemudian mengecup kening Kirana. "Sudah sana, masuklah. Nanti malam kita akan ke rumah Selin, " ujar Zyan. Kirana pun melepas pelukan ayahnya dan masuk ke dalam kamar. Zyan melihat ekspresi Candra yang begitu kesal terhadap Zahir.
"Nak. Sudahlah, padamkan amarahmu. Aku tau Zahir adalah pria baik-baik, Bella juga sudah menceritakannya pada ayah, " ucap Zyan. Candra hanya tersenyum dengan ucapan ayahnya, walau sebenarnya dia masih sangat membenci Zahir yang membawa adiknya.
Sementara Kirana di kamar, diam termenung memikirkan masalah yang kini sedang ia hadapi. Dia bingung harus menceritakannya pada siapa. Jika dia membicarakan nya pada ayahnya, maka Zyan akan marah pada Zahir begitu juga dengan Candra. Sementara di sisi lain, Zahir bukanlah orang yang keluarganya bayangkan. Dia merupakan pria jujur dan baik walau masa lalunya begitu kelam. Karena bingung harus menceritakannya pada siapa, Kirana akhirnya menceritakannya pada kakaknya Bella.
"Hallo kakak, "
"Hallo adik. Apa kabar mu?"
"Baik kakak. Gimana kandungan kakak?"
"Baik kok dik. Kau tau ayah nya Rakesh dan Rakesh sendiri tidak pernah membolehkan kakak untuk turun dari tempat tidur kakak, "
"Oh ya?"
"Dan kau tau dik? Setiap pagi, Rakesh selalu membuatkan kakak sarapan. Dan ayahnya Rakesh selalu membelikan kakak vitamin, buah-buahan dan cemilan sehat untuk kakak setiap dia pulang kerja, "
"Wow. Selamat ya kak. Kakak mendapatkan suami dan juga mertua yang sayang sama kakak, "
"Iya dik. Kakak sangat bersyukur sekali, " ucap Bella.
"Oh ya ada apa kamu nelfon kakak?"
"Kak. Aku ada sedikit masalah, "
"Apa itu dik?"
"Aku ada sedikit masalah dengan Zahir, "
"Apa kalian berkelahi? Apa Zahir menyakiti mu?"
"Tidak kak. Justru kami berdua yang sedang dalam masalah, "
"Masalah apa dik?"
Kirana sangat berat sekali ingin menceritakan masalahnya pada kakaknya. Dia diam bahkan berkali-kali mengusap kepalanya kebingungan.
"Kirana. Kenapa kamu diam dik?"
"Ah iya kak. Ada satu masalah yang menimpa kami, dan kami berdua bingung harus berbuat apa, "
"Apa masalahnya adikku?"
"Kak, maaf. Aku masih belum siap menceritakannya, "
"Oke baiklah. Kakak akan tunggu sampai kamu siap menceritakannya. Sekarang katakan apa yang bisa kakak bantu?"
"Aku hanya minta solusi dari kakak. Gimana caranya kami melewati ini semua tanpa harus melibatkan orang-orang sekitar, "
"Dik. Masalah kecil atau besar bisa kita hadapi bersama dengan pasangan yang tepat. Jika kau percaya pada pasangan mu, dan pasangan mu juga percaya padamu. Percaya sama kakak setiap masalah apapun itu akan bisa di hadapi jika kalian tetap bersama, " ucap Bella.
"Begitu ya kak. Baiklah terima kasih kakak, "
"Itu saja dik?"
"Hehehe iya itu saja kak, "
"Kirana, Kirana. Kau itu masih polos dik. Belum mengerti apa-apa. Lain kali kalau ada apa-apa cerita saja pada kakak ya, "
"Iya kak. Aku titip salam buat kakak ipar dan paman Rendra, "
"Iya adik, "
Panggilan kedua kakak adik ini pun berakhir. Walau Kirana sedikit kecewa pada dirinya yang belum bisa menceritakan semuanya pada kakaknya. Tapi ada satu kalimat yang Kirana percaya dari kakaknya. Kepercayaan dalam hubungan.
----------------
Malam harinya, seluruh keluarga Hernandes datang ke kediaman Selin di Dubai untuk melamarnya dengan menggunakan adat Turki."Kakak. Keluarga mempelai pria sudah datang, " ucap sepupu Selin. Mendengar itu Selin yang sudah berdandan bak putri kerajaan berlari ke arah jendela kamarnya. Dia melihat belas mobil mewah datang membawa seserahan yang begitu banyak. Selain itu dia juga melihat ketampanan dari calon suaminya dengan mengenakan jacket jubah tebal berwarna abu-abu. Cinta yang sudah terikat membuat Candra bisa merasakan keberadaan Selin. Candra melayangkan pandangannya ke atas tepat Selin berada. Kini kedua mata pasangan itu saling menatap satu sama lain. Candra semakin terpesona melihat kecantikan dari Selin yang nampak seperti bidadari.
"Kau kesini ingin melamarnya atau mau beradu tatap dengannya?" Tegur Dicto yang memperhatikan mereka berdua saling bertatapan. Candra terkejut dan tersenyum malu karena ketahuan oleh pamannya. Selin di atas hanya menertawakan kecil Candra dari atas. Mereka semua di sambut dengan begitu meriah oleh seluruh keluarga besar Sema. Dalam pertemuan tersebut, Furkan selalu ayah Selin menanyakan semua tujuan Candra untuk menikahi Selin.
"Aku menikahi putrimu karena ingin memulai kehidupan yang baru. Aku ingin membahagiakan putrimu, "
"Nak Candra. Tujuan seperti ini sudah sering ku dengar, "
"Tuan Furkan. Aku adalah pria yang tidak bisa banyak berbicara. Semua janji ku hanya bisa aku lakukan lewat tindakan bukan perkataan lisan. Aku juga sudah kehabisan kata-kata untuk mengungkapkan betapa aku menginginkan putri mu tuan, " ucap Candra. Hal itu tentu membuat Selin yang dari tadi tertunduk, hanya tersenyum malu mendengar ucapan Candra.
"Yang kau katakan adalah jawaban yang ku harapkan. Aku sudah letih mendengar janji-janji dari lisan namun tidak ada satupun kepastian yang ku dapatkan. Tuan Zyan, terima kasih sudah merestui putra mu untuk putriku. Kami menerima putra mu tuan, " ucap Furkan. Mendengar itu semua nya bertepuk tangan karena lamaran Candra di terima oleh keluarga Sema. "Selin. Pergi buatkan kopi untuk calon mempelai mu, " ucap Furkan. "Ini merupakan sebuah tradisi Turki. Dimana mempelai wanita membuatkan kopi pertama kali untuk calonnya di hari lamaran, " perjelas Furkan.
Selin masuk ke dalam dapur dan mulai membuatkan secangkir kopi untuk Candra. Saat kopi telah selesai, Selin ingin membawanya keluar dan memberikannya pada Candra. Namun di sini ibunya Selin datang menghentikan Selin.
"Kamu sudah menambahkan garam di kopinya?"
"Garam?" Ibu Selin mengambil kopi itu kembali dan memasukkan dua sendok garam ke dalam kopi tersebut. "Nak. Kopi yang bercampur dalam garam ini bukanlah sekedar lelucon ataupun niatan buruk. Jika nanti calon mu meminum ini dan mengeluhkan rasanya yang asin itu artinya dia belum siap menerima kekurangan mu. Tapi jika calon mu meminumnya tanpa mengeluhkan rasa asin maupun manisnya itu artinya dia sudah siap menjadi suami mu dan siap menerima segala kekurangan maupun kelebihan mu nak, " perjelas ibu Selin. Walaupun Selin mengerti tentang hal itu, tetap saja Selin merasa khawatir karena Candra sama sekali tidak suka asin.
![](https://img.wattpad.com/cover/377041863-288-k151390.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
HERNANDES : The Kindness Monster's
Fantasy࿙⃛࿚⃛࿙⃛࿚⃛ ୨୧ ࿙⃛࿚⃛࿙⃛࿚⃛ T𝖾𝗋𝗶𝗆𝗮 𝗸𝗮𝘀𝗶𝗵 𝘀𝗮𝗒𝗮 𝗎𝖼𝗮𝗽𝗸𝗮𝗻 𝗸𝖾𝗽𝗮𝗱𝗮 𝘁𝖾𝗆𝗮𝗻-𝘁𝖾𝗆𝗮𝗻 𝗒𝗮𝗻𝗀 𝘀𝗎𝗱𝗮𝗵 𝗆𝗮𝗎 𝗆𝖾𝗅𝗎𝗮𝗻𝗀𝗸𝗮𝗻 𝘄𝗮𝗸𝘁𝗎𝗻𝗒𝗮 𝗎𝗻𝘁𝗎𝗸 𝗆𝗮𝗆𝗽𝗶𝗋 𝗸𝖾 𝗻𖦹𝘃𝖾𝗅 Μ𝗶𝗆𝗶𝗻 𝗒𝗮𝗻𝗀 𝗯𝖾𝗋𝗷𝗎𝗱𝗎𝗅 Н...