Setibanya di markas, Zahir melemparkan tas yang berisikan mesin pencetak uang tersebut tepat ke depan Ghani.
"KAU SUDAH MENDAPATKAN APA YANG KAU INGINKAN. Sekarang lepaskan kami, " ucap Zahir. Ghani tertawa gembira melihat masin pencetak uang tersebut. Sampai-sampai dia lupa dengan dua putranya sendiri.
"Tuan. Kedua putra mu di tangkap polisi, "
"Aku tidak peduli. Dengan adanya uang ini, aku bisa menikmatinya sendirian, " ucap Ghani dengan serakah. "Kalian bebaskan orang tua Zahir. Dan kalian semua silahkan pergi. Oh iya Zahir, ini imbalan mu, " ucap Ghani memberikan tas gede dengan uang yang cukup banyak di dalamnya. Zahir kemudian mengajak Kirana dan juga orang tuanya untuk pergi.
"Kita akan pergi jauh dari sini. Kita akan terbang Swiss, " ucap Zahir. Kirana melepas tangan Zahir, dan berhenti berjalan.
"Aku tidak ingin ikut, "
"Kirana. Polisi sudah melihatmu, kau akan di tangkap jika kau terus berada di sini, "
"Tidak Zahir. Aku masih punya ayah yang harus aku temanin dan adik-adikku, "
"Di saat begini kau masih memikirkan mereka. Mereka tentu akan marah besar jika tau perbuatan mu Kirana, "
"Aku bisa menjelaskan semuanya. Ayah ku pasti akan percaya padaku, dan mereka pasti akan menangkap Ghani, " ujar Kirana. Zahir kesal karena Kirana tidak mau ikut dengannya, dia kemudian masuk mengajak orang tuanya dan meninggalkan Kirana di sana.
Kirana menangis sejadi-jadinya di jalanan, dia sangat sedih dengan dirinya saat ini. Namun tak lama ponselnya berdering, yang ternyata itu panggilan dari kakaknya. Kirana mendapatkan kabar bahwa bibinya Kyara masuk rumah sakit. Mendengar itu, Kyara berjalan ke jalan raya untuk mencari taksi.
Sementara itu di rumah sakit, semuanya berkumpul di rumah sakit menunggu kabar dari dokter. Terlihat di dalam ruangan, Dicto sedang menemani Kyara yang merintih kesakitan.
"Tuan Dicto. Aku punya kabar buruk, "
"KATAKAN APA KABAR BURUKNYA, " bentak Dicto yang khawatir. Mendengar itu membuat Zyan, Varez, dan yang lainnya masuk ke dalam.
"Kondisi rahim nyonya Kyara melemah. Kau harus memilih ingin menyelamatkan bayi atau istrimu, " ucap dokter itu. Mendengar itu membuat Dicto hancur dan terduduk lemas di lantai.
"Apakah tidak ada cara lain untuk menyelamatkan keduanya dok?" Tanya Varez.
"Tidak bisa tuan. Sejak awal sudah ku jelaskan bahwa kondisi rahim nyonya Kyara itu lemah dan harus di jaga baik-baik, "
Dicto dan Kyara sama-sama hancur mendengar kabar itu. Dicto menghampiri istrinya dan memeluk erat dirinya.
"Dicto. Tolong selamatkan bayi kita, " ucap Kyara.
"Tidak. Tidak Kyara. Aku tidak mau kehilangan mu, "
"Tapi aku tidak mau bayi kita tiada. Aku mohon padamu Dicto, aku mohonnn, " pinta Kyara yang mulai menangis kencang di hadapan Dicto. Dicto melepas pelukan itu dan memejamkan matanya untuk berpikir sejenak.
"Dokter. Selamatkan istriku, " ucap Dicto.
"Ti-tidak. TIDAK DOKTER SELAMATKAN BAYI KU SAJA, AKU MOHON PADA MU DICTO, "
"Selamatkan istriku dokter, " bantah Dicto sekali lagi dan pergi keluar ruangan. Di susul dengan yang lainnya ikut keluar meninggalkan ruangan. Kyara hanya pasrah saat dokter tetap menjalankan apa yang Dicto minta. Sementara Dicto yang hancur terus memukul-mukul dinding rumah sakit hingga tangannya berdarah.
"KUATKAN DIRIMU DICTO, "
"AKU GAGAL MENJADI AYAH SEKALIGUS SUAMI YANG BAIK KAK. AKU GAGAL, "
Varez memeluk Dicto untuk menenangkannya, hingga tak lama kemudian Kirana datang dan menyaksikan pamannya. Melihat Kirana, Dicto diam dan menghapus air matanya. Semua terlihat sedang menatap Kirana dengan tatapan kesedihan. Dicto menghampiri Kirana dan membawanya ke suatu tempat sepi.
![](https://img.wattpad.com/cover/377041863-288-k151390.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
HERNANDES : The Kindness Monster's
Fantasi࿙⃛࿚⃛࿙⃛࿚⃛ ୨୧ ࿙⃛࿚⃛࿙⃛࿚⃛ T𝖾𝗋𝗶𝗆𝗮 𝗸𝗮𝘀𝗶𝗵 𝘀𝗮𝗒𝗮 𝗎𝖼𝗮𝗽𝗸𝗮𝗻 𝗸𝖾𝗽𝗮𝗱𝗮 𝘁𝖾𝗆𝗮𝗻-𝘁𝖾𝗆𝗮𝗻 𝗒𝗮𝗻𝗀 𝘀𝗎𝗱𝗮𝗵 𝗆𝗮𝗎 𝗆𝖾𝗅𝗎𝗮𝗻𝗀𝗸𝗮𝗻 𝘄𝗮𝗸𝘁𝗎𝗻𝗒𝗮 𝗎𝗻𝘁𝗎𝗸 𝗆𝗮𝗆𝗽𝗶𝗋 𝗸𝖾 𝗻𖦹𝘃𝖾𝗅 Μ𝗶𝗆𝗶𝗻 𝗒𝗮𝗻𝗀 𝗯𝖾𝗋𝗷𝗎𝗱𝗎𝗅 Н...