Ϲһα⍴tᥱr 18

1 1 0
                                    

3 hari telah berlalu, desain denah rumah Oscar selesai di buat oleh Gohar dan akan digunakan sebagai perancangan rencana. Gohar juga pergi ke pusat pertahanan Dubai untuk meminta bantuan, namun salah satu anggota mengatakan sesuatu pada Gohar. "Aku tau niat mu baik, tapi tidak ada gunanya. Semuanya di sini sudah bekerja sama dengan Oscar, jika kau masuk dan meminta bantuan pada mereka untuk melawan pemerintahan Oscar usaha mu untuk menyelamatkan keluarga mu sia-sia, " ucap petugas itu. "Petugas ini benar. Tidak ada yang busa aku percaya di Dubai. Semuanya di sini sudah berjalan atas kepemimpinan Oscar, " batin Gohar.

Gohar merasa kebingungan, tidak mungkin bagi dia untuk melakukan rencana itu sendirian apalagi jumlah anak buah Oscar yang begitu banyak. Tiba-tiba seseorang menghampiri Gohar dan langsung menyapanya.

"Apa kau butuh bantuan?"

"Siapa kau?"

"Kau tidak tau siapa aku tapi aku dari kelas tentara yang sama dengan mu, perkenalkan nama saya Vishal murid tuan Rattore Vikram, "

Rattore Vikram merupakan pemimpinan tentara India yang merupakan guru dari Gohar dan juga Vishal.

"Aku kemari atas perintah beliau. Beliau meminta ku untuk mencari mu dan membawa mu kembali ke India, "

"Tidak, "

"Dengar, beliau sangat ingin melihat mu untuk terakhir kalinya, "

"Ada apa dengan beliau?"

"Beliau mengalami sakit parah. Selama ini keluarganya sudah sering bolak balik membawanya ke rumah sakit besar luar kota sampai luar negeri. Namun tidak ada perawatan yang bisa menyembuhkan penyakitnya, dan dia kini pasrah jika tiba-tiba ajal menjemputnya. Namun dia meminta ku untuk menjemput mu karena ada yang ingin beliau sampaikan, "

Gohar merasa bingung dengan tawaran tersebut karena di sisi lain dia punya tugas untuk menyelamatkan keluarga Zyan. "Tuan Gohar apakah anda keberatan?"

"Dengar Vishal, bukannya saya keberatan. Tapi jujur saya punya tugas yang harus saya selesaikan di sini, dan ini menyangkut keselamatan seseorang, "

"Jika kau tidak keberatan, bolehkan aku dan anak buah ku membantu mu?"

"Apa kau membawa anak buah?"

"Iya, tapi tidak banyak hanya 7 orang dengan ku, "

Gohar menyetujui penawaran Vishal untuk menolongnya. Dia lalu mengajak Vishal dan anak buahnya untuk tinggal di markasnya dan mulai menyusun rencana. Gohar juga telah menguji mereka semua dan memeriksa takutnya mereka adalah mata-mata Oscar. Setelah lulus pemeriksaan Gohar, mereka lalu di arahkan ke sebuah rencana.

"Apa kalian mengerti?"

"Mengerti, " sahut mereka bersamaan. "Baiklah besok kita akan memulai rencana pertama, " ucap Gohar.

----------------

Siang itu Candra yang sedang membersihkan halaman depan diam-diam melepas gelangnya dan mengenakan gelang buatannya sendiri. Candra lalu diam-diam melumpuhkan anak buah Oscar yang sedang menjaganya dan mengambil senjatanya. Dia lalu menodongkan pistol itu pada beberapa anak buah Oscar yang melihat pemberontakannya. Candra terus memberi perlawanan kepada mereka yang coba menghalanginya. Seluruh anak buah Oscar berhasil di lumpuhkan, hingga berita pemberontakan Candra sampai ke telinga Oscar. Zyan dan keluarganya juga tau  tentang berita itu, dan langsung berlari menghampiri Candra. Setibanya Zyan di sana, dia melihat Oscar yang sudah berdiri menyaksikan aksi Candra.

"CANDRA BERHENTI, " teriak Zyan.

"TIDAK AYAH, KALI INI AKU TIDAK BISA TINGGAL DIAM, "

"Apa kau sadar dengan yang kau lakukan?" Sahut Oscar.

"APA? KAU INGIN MENYETRUM KU SEKARANG? SILAHKAN, "

Sekilas Oscar melihat gelang di tangan Candra dan juga melihat gelang lainnya tergeletak di tanah. "Kau ingin mengelabui ku Candra?" Batin Oscar. Oscar lalu meminta Fikron yang memberi pembelajaran pada Candra. Duel antara Fikron dan Candra di mulai, namun siapa sangka Candra jauh lebih kuat dari Fikron. Berkat ilmu bela diri yang dia pelajari dari ayahnya, dia mampu mengalahkan Fikron hanya dengan tangan kosong. Oscar yang melihat itu tidak bisa tinggal diam, dia lalu menjambak rambut Esmes dan menyeretnya ke tengah-tengah lapangan. Zyan tidak bisa berbuat apa-apa saat anak buah Oscar menodongkan pistol ke arahnya.

"CANDRA, " teriak Oscar.

Candra panik saat melihat ibunya di sakiti oleh Oscar, dan langsung berlari menolong ibunya. Namun hal tak terduga terjadi, suara tembakan yang cukup keras membuatnya berhenti berlari dan terkejut. Selain Candra, Zyan dan yang lainnya ikut terkejut saat tembakan itu terdengar. "Jika kau berani melawan, ku pastikan kau tidak akan melihat ibumu lagi, " ucap Oscar. Rupanya tadi Oscar menembak hanya sekedar gertakan agar Candra berhenti memberontak. Oscar lalu meminta Fikron dan yang lainnya menghajar Candra, dan jika dia melawan maka Oscar akan menembak Esmes. Candra sama sekali tidak memberi perlawanan sama sekali saat satu persatu anak buah Oscar menghajarnya. Ada yang menggunakan kayu, besi, bahkan beberapa senjata lainnya.

"Kak sekarang bagaimana?" Ucap Dicto.

"Tidak Dicto. Setiap rasa sakit yang Candra dapatkan akan membakar habis amarahnya kelak, " ucap Varez.

Zyan yang tak tahan melihat anaknya di pukuli langsung berlari dan melindungi Candra. Dia membiarkan tubuhnya di pukuli asalkan putranya tidak di pukuli. Oscar merasa puas melihat penderitaan mereka langsung meminta mereka stop dan mengajak semuanya pergi.

"Candra buka mata mu nak, " ucap Zyan sambil menepuk pelan pipi Candra.

"Dia kehilangan banyak tenaga. Ayo bawa dia Zyan, " ucap Varez. Mereka lalu bersamaan membawa Candra ke ruangan dan memberikan perawatan seadanya.

HERNANDES : The Kindness Monster'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang