Ϲһα⍴tᥱr 85

1 1 0
                                    

Setelah selesai membuatkan kopi, Selin kembali membawa kopi tersebut untuk di hidangkan pada Candra. Saat memberikan kopi itu, Candra masih sempat-sempatnya menggoda Selin dengan mengelus pelan kedua tangan Selin yang memberikan kopi padanya. Melihat itu, Selin sontak menegurnya pelan karena malu di liat oleh yang lain.

Selin mundur dan kini duduk tepat di depan Candra. Furkan kemudian meminta Candra untuk meminum kopi tersebut. Candra meminumnya sambil menatap mata Selin yang ada di depannya. Pandangan Candra yang begitu dalam membuat dia lupa dengan rasa pada kopi tersebut. Selin yang menyadari itu tersenyum dan membalas tatapan Candra dengan penuh cinta.

"Kedua mempelai ini mulai lagi, " bisik Dicto pelan pada istrinya. Kyara yang mendengar nya hanya mencubit pelan punggung suami nya. Semua keluarga besar Selin di buat ternganga melihat Candra yang menghabiskan kopi tersebut.

"Nak. Bagaimana rasanya?" Tanya ibu Selin.

"Rasa kopi ini nikmat, " jawab Candra sambil terus memandang wajah Selin.

"Ini luar biasa. Pertama kali dalam keluarga Sema, calon menantu mampu menghabiskan kopi asin secangkir penuh. Selin kau beruntung nak, calon mu sepertinya sudah sangat siap menjadi suami mu, " ucap Furkan.

Mereka kemudian lanjut ke acara tukar cincin. Ibu Selin merangkul putrinya sementara Zyan merangkul putranya. "Tuan Zyan. Maaf sebelumnya. Penyerahan tangan mempelai hanya di lakukan pada ibunya. Dimana istrimu?" Tanya Furkan. Mendengar itu senyuman dari keluarga Hernandes tiba-tiba berubah.

"Istriku sudah tiada, " jawab Zyan pelan. Mendengar itu Furkan menyesal dan meminta maaf pada Zyan karena dia tidak tau bahwa istrinya sudah meninggal. "Tidak apa-apa. Jika memang penyerahan tangan harus di lakukan pada ibu. Ipar saya Velyn dan juga Kyara yang akan menggantikannya. Lagi pula mereka berdua juga merupakan ibu, " ucap Zyan. Zyan meminta Velyn dan Kyara untuk maju, namun Candra menahan ayahnya.

"Tuan Furkan, maaf sebelumnya. Bisakah aku melakukannya bersama ayah ku? Walau bagaimanapun dia adalah ayah sekaligus ibu untukku. Izinkan ayah ku yang melakukannya, " ucap Candra. Mendengar itu Furkan sedikit takut, jika mereka tidak melakukannya sesuai aturan bisa mendatangkan hal buruk. Namun Selin memberikan kode untuk memperbolehkan ayahnya Candra melakukannya. "Baiklah, " ucap Furkan.

Zyan kemudian mengambil tangan Selin agar Candra bisa memasukkan cincin tersebut ke jari tengah Selin. Begitu juga sebaliknya, Damla ibu Selin mengambil tangan Candra dan Selin pun memasukkan cincin ke jari tengan Candra. Tukar cincin sudah di lakukan, semuanya bertepuk tangan atas pertunangan Candra dan Selin.

"Kakak. panggilan video dari kak Bella, " ucap Kirana memberitahu Candra.

"Hai kakak, "

"Wow. Yang sudah siap jadi suami orang, "

"Iya dong, " jawab Candra sambil memamerkan cincin pertunangannya dengan Selin.

"Maaf ya kakak gak bisa pulang. Kehamilan kakak kali ini sangat lemah, jadi kakak gak bisa datang ke acara pernikahan mu, "

"Iya kakak gak papa, " di tengah keasikan mereka menikmati pesta. Tiba-tiba Kyara merasa sakit di perutnya.

"Dik, kamu gak papa?"

"Kak perut ku sakit, " ucap Kyara merintih kesakitan. Dicto yang melihatnya dari kejauhan langsung menghampiri Kyara dan Velyn.

"Kyara. Kamu kenapa?"

"Perut ku sakit, " ucap Kyara. Dicto lalu menggendong istrinya dan segera membawanya ke rumah sakit. Velyn yang khawatir mengajak Varez untuk ke rumah sakit dan meminta Zyan dengan yang lainnya untuk tetap di acara pesta.

----------------

Saat di rumah sakit, Dicto merasa panik bahkan dia terus mondar mandir menunggu dokter yang memeriksa keadaan istrinya.

"Dengan tuan Dicto, "

"Iya saya sendiri dok. Bagaimana kondisi istri saya?"

"Tuan Dicto. Tolong di jaga baik-baik kondisi nyonya Kyara. Sebentar lagi dia akan lahiran, tapi kondisinya melemah. Jika tidak di jaga mulai dari sekarang takutnya-"

"Tidak akan terjadi apa-apa pada istriku, " jawab Dicto.

"Baiklah. Saya tau kau suami yang baik, " ucap dokter tersebut. Kalian tunggu sebentar, aku akan menyiapkan vitamin tambahan untuk nyonya Kyara. Dokter itu pergi untuk menyiapkan obat Kyara, semangat itu mereka bertiga masuk ke dalam ruangan menemui Kyara.

"Apa kata dokter?"

"Kondisi mu melemah sayang, "

"Apa anakku baik-baik saja?"

"Anakmu baik-baik saja dik. Tapi kamunya yang kurang baik. Mulai sekarang kurangi beraktivitas ya, walau itu sekecil apapun, "

"Iya dik. Dan Dicto mulai besok ambilah cuti sampai istri mu lahiran. Perusahaan mu biar kakak yang tangani. Kirana sekarang sudah sibuk menangani perusahaan kakaknya, belum lagi Veyna dan juga Velyn yang sedang sibuk dengan fashion show lusa ini, "

"Baik kak, "

Tak berselang lama, dokter datang memberikan obat serta vitamin untuk Kyara. Setelah itu mereka kembali pulang ke rumah, Zyan juga mengabari bahwa mereka sudah pulang ke rumah.

----------------

POV : Kediaman Dicto Hernandes

----------------


Kyara baru saja keluar dari kamar mandi habis mengganti pakaiannya. Saat keluar dia terkejut melihat suaminya sedang sibuk menyusun banyak bantal di lantai.

"Dicto. Untuk apa semua ini?"

"Untuk berjaga-jaga. Takutnya kau jatuh, "

"Kau pikir aku tidur seperti kuda? Ranjang seluas ini mana bisa membuatku jatuh, paling kau yang jatuh, " ucap Kyara.

"Dimana Altan?"

"Dia sudah tidur di kamarnya sayang, "

"Daddy bohong mommy, " ucap Altan yang tiba-tiba muncul dan berlari ke pelukan Kyara.

"Altan. Kamu belum tidur?"

"Tatan mau bobo cama mommy and daddy, "

"Altan sayang. Mommy lagi sakit nak, ayo sama Daddy kita bobo di kamar Altan ya, "

"No, " jawab Altan sambil memeluk Kyara.

"Biarkan dia tidur bersama kita. Apa salahnya?"

"Kyara. Takutnya nanti Altan tidak sengaja menendang perut mu, "

"Tidak Dicto, "

"Aku tidak akan menendang perut mommy, tapi aku akan menendang perut Daddy kalau Daddy tidak membolehkan ku bobo di cini, "

"Emang bisa?"

"Bica, " ucap Altan dengan lucunya sambil berjalan mendekati Dicto dan menendang perut Dicto. Melihat itu Dicto sama sekali tidak merasakan sakit dari tendangan mungil putranya. Tapi dia malah berpura-pura kesakitan dan merintis kesakitan. Melihat aksi Dicto, Altan tertawa dan terus menendangi nya. Malam itu menjadi malam menyenangkan bagi keluarga kecil Dicto. Altan bercanda riang bersama ayahnya, hingga akhirnya tertidur di gendongan Dicto. Sesuai keinginan Altan, Dicto pun menidurkan putranya di tengah-tengah dia dan Kyara. Dicto menatap penuh cinta ke arah istrinya dan mengecup keningnya begitu juga dengan perutnya. Lalu di lanjutkan dengan mencium kening putra nya Altan.

HERNANDES : The Kindness Monster'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang