Keesokan harinya, Zyan dan seluruh anak buahnya di gerakkan untuk mencari keberadaan Bella dan juga Selin di setiap tempat kota Mumbai. Zyan dan Candra di buat bingung ketika orang-orang enggan menjawab kita di tanya soal Sharma.
"Dimana kita bisa menemukan mereka sekarang?"
"Aku tau, " jawab Rakesh. "Hanya ada seseorang yang bisa membantu kita, " Rakesh lalu mengajak Zyan dan yang lainnya untuk pergi ke rumah miliknya. Di sini Rakesh enggan sekali menginjakkan kakinya di rumah itu namun karena keadaan yang mendesak membuat nya terpaksa menginjakkan kakinya kembali untuk menemui ayahnya. "Kalian tunggu sini, " ucap Rakesh. Dia kemudian berjalan masuk untuk menemui ayahnya.
"Siapa?" Ucap Rendra saat dia mengetahui ada yang datang.
"Salam ayah, " ucap Rakesh memberi salam. Mendengar suara putranya, Rendra merasa kesal dan berbalik menatap tajam putranya.
"Mau apa kau kemari? Sudah ku katakan untuk tidak kembali sebelum menjadi abdi negara, "
"Ayah aku kemari bukan untuk memohon agar bisa tinggal di sini lagi. Tapi ini tentang paman Sharma, "
"Ada apa dengannya?"
"Ayah. Keluarga yang saat ini memberikan ku tempat tinggal dan memberikan ilmu bela diri sedang dalam masalah. Salah satu putri mereka sedang bermasalah dengan Sharma, dan saat ini mereka dalam bahaya ayah. Tolong beri tahu aku di mana paman Sharma, " ucap Rakesh memohon. Namun di sini Rendra berbalik badan dan tidak mau memberitahukan di mana Sharma. Hal itu tentu membuat Rakesh semakin kesal.
"Inilah alasan aku tidak mau menjadi abdi negara. Bukannya kuat aku akan menjadi lemah karena tunduk pada kuasa orang yang salah, " ucap Rakesh yang kemudian pergi dengan kesal. Sebelum pergi Rakesh berhenti dan mengucapkan kalimat yang membuat Rendra benar-benar sakit hati.
"Lepas saja seragam mu itu. Tidak ada gunanya jika kau masih takut pada orang jahat, " ucap Rakesh yang kemudian pergi. Rendra yang terpancing emosi langsung menghajar Rakesh dari belakang. Zyan dan Candra yang menyaksikannya langsung turun dari mobil mereka dan menghampiri Rakesh untuk menolongnya.
"Beraninya kau menghina ayah? APA KAU LUPA JIKA BUKAN KARENA SHARMA ADIK MU TIDAK BISA MELANJUTKAN PENDIDIKANNYA?" Bentak Rendra.
"Aku tidak peduli soal pengorbanan paman Sharma pada keluarga kita. Tapi yang jelas di mata ku dia adalah orang terbejat di muka bumi ini, " ucap Rakesh. Di sini Rendra ingin menghajar namun Candra menahan tangan Rendra.
"SIAPA KALIAN? TIDAK USAH IKUT CAMPUR KELUARGA KU, "
Candra mengeluarkan kalung dari bajunya dan memperlihatkan kalung perak dengan simbol kepala serigala hitam dengan pistol di mulutnya. Hal itu membuat Rendra terkejut dan meminta maaf pada mereka. Rendra juga mengajak mereka untuk masuk ke dalam rumahnya berbincang-bincang. Di sini Rendra juga menjelaskan siapa itu Sharma dan kenapa banyak yang takut padanya. Selain itu Rendra juga membongkar rahasia kelam rumah sakit milik Sharma kepada Zyan. Rakesh lalu teringat bahwa dia menitipkan sebuah gelang pada Bella untuk di berikan pada adiknya. Mereka mencurigai bahwa saat ini Bella dan Selin sedang di sekap di rumah sakit itu. Zyan juga meyakinkan Rendra bahwa dia akan membebaskan kota Mumbai dari kejahatan Sharma. Rendra juga meminta maaf tidak bisa membantu mereka karena takut dengan ancaman Sharma.
Penyerangan di lakukan malam hari, saat itu Zyan dan yang lainnya tidak langsung menggerebek rumah sakit itu. Mereka meletakkan bom di setiap titik sudut rumah sakit itu. Setelah selesai, Zyan menekan tombol itu hingga membuat bom itu menghancurkan pagar besi tersebut. Mendengar suara bom tersebut, Sharma meminta Ajay untuk mengecek keadaan di luar. Saat keluar mereka hanya melihat Rakesh yang berdiri seperti pria cupu.
"Hahahaha. Sharma pasti tertawa melihat orang yang saat ini berusaha menentangnya adalah keponakannya sendiri, " ucap Ajay yang menertawakan Rakesh.
"Hei pria tua. Berhentilah tertawa, dan katakan pada paman ku kalau yang menantangnya bukanlah aku, "
"Utututu bayi besar yang malang. Kalau bukan kau lalu siapa? Ayah mu? Hahahaha, " mereka kembali menertawakan Rakesh. Namun tiba-tiba gelak tawa mereka berubah menjadi menegangkan saat Zyan, Candra, dan juga anka buah Hernandes menodongkan pistol yang cukup besar ke arah mereka. "Beritahu pada tuan mu bahwa yang menentangnya adalah bayi singa, " bisik Candra. Ajay dan anak buahnya mengenal Zyan dan langsung ketakutan hingga menjatuhkan senjata mereka. Zyan lalu membawa Ajay dan pasukannya masuk ke dalam rumah sakit ke tempat Sharma menyekap mahasiswi magang, para pasien, dan juga Bella maupun Selin. Di sini Ajay dan anak buahnya di minta masuk terlebih dahulu bersama dengan Rakesh.
"Oh Rakesh? Kamu yang membuat kerusuhan di depan nak?" Tanya Sharma dengan nada mengejek.
"Hai Ajay. Aku lupa memberitahukan mu. Aku memang sangat melindungi Rathi tapi tidak dengan Rakesh. Jika kau ingin membunuhnya, bunuh saja dia, " ucap Sharma sambil menyalakan rokoknya. Namun dia tiba-tiba terdiam saat melihat Ajay dan anak buahnya diam tak berkutik.
"Ajay kenapa kau diam?"
"Paman. Berhentilah bersikap sombong, bebaskan semua orang yang ada di sini dan ikut aku menyerahkan diri ke kantor polisi, " ucap Rakesh.
"Kantor polisi mana yang akan menahan ku? Ketua komisarisnya saja sedang berada di sini bersama ku, " ucap Sharma sambil tertawa. Komisaris itu tentu hanya diam dan menunduk karena merasa malu dan takut.
"Berhentilah menyombongkan dirimu paman. Mautmu sudah berada di depan mu sekarang, "
"Mautku? Kamu? Ah jangan bermimpi. Mautmu itu aku, "
"Tapi mautmu adalah Hernandes, " jawab Zyan yang langsung muncul bersama puluhan anak buahnya. Melihat Zyan dan yang lainnya datang Bella dan Selin tersenyum lebar karena yakin sebentar lagi pasti akan selamat. "Ayahh, " teriak Bella. "Tuan. Merekalah yang ku maksud. Mereka adalah Hernandes. Kepala pengamanan negara Uni Emirat Arab. Keluarga gangster yang tugasnya menghukum mereka yang salah dengan cara yang salah juga. Tuan menurut catatan riwayat keluarga itu, tidak ada satu pun pelaku kejahatan yang selamat. Mereka pada akhirnya tewas dengan sangat mengenaskan, " jelas komisaris tersebut. Sharma yang tadi sedang duduk santai sambil menghisap-hisap rokoknya di buat tegang dengan kehadiran Zyan.
"Ck. Ayolah tuan Sharma. Serahkan dirimu. Aku tidak ingin mengotori tangan mu. Dan aku juga tidak ingin berkelahi. Kau dan aku sudah sama-sama tua, berkelahi sepertinya akan membuat badanmu remuk, " ejek Zyan. Ucapan Zyan membuat semuanya tertawa termaksud Ajay yang tidak bisa menahan tawanya.
"DIAM! KENAPA KALIAN TERTAWA?"
"Eh pak tua. Dari tadi kau yang tertawa sekarang gantian kami yang tertawa, " jawab Rakesh.
"Kalian pikir aku takut? Aku jauh lebih hebat dari kalian, "
"Huft tuhan-tuhan. Kalian semua yang ada di sini dengarkan aku. Jika kalian yang masih menempuh pendidikan kejarlah dengan jujur, jangan sampai kalian menyuap orang untuk memberikan gelar pada kalian jika kalian tidak mau hidup dalam kekuasaan namun terlihat bodoh dalam pemikiran seperti orang tua ini, " ucap Zyan.
![](https://img.wattpad.com/cover/377041863-288-k151390.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
HERNANDES : The Kindness Monster's
Fantasía࿙⃛࿚⃛࿙⃛࿚⃛ ୨୧ ࿙⃛࿚⃛࿙⃛࿚⃛ T𝖾𝗋𝗶𝗆𝗮 𝗸𝗮𝘀𝗶𝗵 𝘀𝗮𝗒𝗮 𝗎𝖼𝗮𝗽𝗸𝗮𝗻 𝗸𝖾𝗽𝗮𝗱𝗮 𝘁𝖾𝗆𝗮𝗻-𝘁𝖾𝗆𝗮𝗻 𝗒𝗮𝗻𝗀 𝘀𝗎𝗱𝗮𝗵 𝗆𝗮𝗎 𝗆𝖾𝗅𝗎𝗮𝗻𝗀𝗸𝗮𝗻 𝘄𝗮𝗸𝘁𝗎𝗻𝗒𝗮 𝗎𝗻𝘁𝗎𝗸 𝗆𝗮𝗆𝗽𝗶𝗋 𝗸𝖾 𝗻𖦹𝘃𝖾𝗅 Μ𝗶𝗆𝗶𝗻 𝗒𝗮𝗻𝗀 𝗯𝖾𝗋𝗷𝗎𝗱𝗎𝗅 Н...