Ϲһα⍴tᥱr 48

2 1 0
                                    

"Kak Velyn, Kyara. Aku tau mereka masih membutuhkan seorang ibu. Tolong anggap anak-anakku seperti anak kalian sendiri, " ucap Esmes yang kini memegang kedua tangan saudarinya.

"Kak Esmes-"

"Tidak Kyara, aku tidak suka melihatmu menangis. Dan kalian juga jangan menangis, "

"Kirana, Bella, Anna. Kemari nak, " mereka bertiga kemudian mendekati Esmes dan duduk di samping Esmes dengan linangan air mata.

"Jadilah putri yang membanggakan untuk ayahmu dan juga ibu ya, "

"Berjanjilah untuk tidak merepotkan ayah kalian saat ibu tidak ada, "

"Ibu pasti baik-baik aja, ibu gak boleh ninggalin kami, " ucap Calianna yang kini mulai menangis kencang sambil memeluk ibunya. Terlihat Esmes menahan air matanya agar tidak jatuh ke pipi. Dia juga memanggil dua anak kembar bungsunya Launa Laura yang juga menangis melihat ibu mereka. "Ibu jangan kemana-mana, " ucap kedua anak itu bersamaan. "Tidak nak. Tidak, ibu tidak akan kemana-mana. Ibu akan selalu bersama kalian nak, ibu akan selalu berada di hati kalian, " ucap Esmes.

"Kak Varez, Dicto. Tolong jaga keluarga ku, kumohon, " Varez mengangguk dengan linangan air mata. Dicto menangis dan tak kuat melihat Esmes, dia berbalik badan dan pergi mengambil mobil.

"Zyan... " panggil Esmes.

"Waktuku sudah tak banyak lagi. berjanjilah untuk menjaga mereka, "

"Aku... Aku berjanji, "

"Jaga mereka. Dan berjanjilah padaku untuk tetap menjadi su... suamiku, di.. aghhh di kehidupan se-selanjut...nya, " ucap Esmes yang kemudian menghembuskan napas terakhirnya. "Esmes? Esmes? ESMESSSS. ESMES BANGUN ESMES, " teriak Zyan yang mulai menangis kencang sembari membangunkan istrinya. "AGHHHHHHH, " teriak Zyan sekencang mungkin atas kepergian istrinya. "IBUUU. KAK BELLA IBUUU, " teriak Candra yang mulai menangis kencang namun di peluk oleh Bella. "Candra. Ikhlas dik, ikhlas, " ucap Bella untuk menenangkan Candra. Begitu juga dengan Kirana yang langsung memeluk adik-adiknya saat menangisi kepergian ibunya. Tak berselang lama mobil datang, dan mereka membawa Esmes pulang.

----------------


"Berita duka datang dari kediaman Hernandes, dimana istri tuan Zyan Hernandes di kabarkan telah meninggal dunia tadi malam... "

"Apa?" Selin yang terkejut mendengar berita tersebut langsung menghubungi Candra. Namun karena Candra yang sibuk jadi telfon itu tidak di angkat sama sekali. "Apa yang terjadi pada bibi Esmes? Perasaan baru kemarin kami ketemu, " batin Selin yang kemudian berganti pakaian untuk pergi ke kediaman Hernandes.

Suasana berduka di kediaman Hernandes begitu terasa, upacara pemakaman Esmes di lakukan secara tertutup. Hal ini merupakan perintah Varez yang hanya mengizinkan kerabat-kerabat dekat, dan orang penting saja yang datang untuk mengikuti upacara pemakaman. Setelah meletakkan peti Esmes di dekat tanah kuburannya. Satu persatu keluarga mulai dari Zyan mendekati peti tersebut memberikan setangkai mawar merah di atas peti Esmes.

"Ibu. Aku akan menepati janjiku padamu, aku akan menjadi kakak yang baik untuk adik-adikku. Dan putra yang baik untuk ayah. Aku akan melindungi keluarga kita, setelah ibu tidak akan aku biarkan siapapun datang ke kehidupan keluarga kita. Ini adalah janji dari putra mu, Adycandra Hernandes, " batin Candra yang kemudian langsung meletakkan setangkai bunga mawar di atas peti Esmes. Setelah semua selesai memberikan setangkai bunga mawar itu, peti pun di angkat dan di kubur.

Zyan terduduk lemas saat melihat peti mati istrinya di kuburkan tepat di hadapannya. "Ayah, kuatkan dirimu, " ucap Candra sambil memeluk erat ayahnya. Singkat cerita, semua tamu yang datang sudah pulang ke rumah mereka masing-masing. Dari jauh, Varez melihat adiknya Zyan masih berada di pemakaman duduk di samping kuburan istrinya.

"Sayang, " panggil Velyn.

"Aku sangat kecewa pada diriku sendiri Velyn. Andai saja aku percaya pada Dicto waktu itu, mungkin adik iparku Esmes masih bersama kita selama-lamanya, "

"Jangan menyalahkan dirimu Varez. Semua sudah terjadi, ini juga adalah kehendak tuhan, " Varez menangis dan langsung memeluk Velyn. Hari ini semua keluarga Hernandes sedang berduka, begitu juga dengan anak-anak Esmes yang kini sedang merenung di kamar mereka masing-masing.

"Kakak Anna, " panggil Launa Laura bersamaan. "Ayo kita main yu, "

"Tidak, kalian pergilah tinggalkan kakak sendirian, " ucap Anna yang sedikit membentak. Mendengar itu Launa dan Laura menunduk dan keluar dari kamar Calianna. Saat kedua anak kembar itu keluar, tiba-tiba Candra datang. "Ada apa dengan kalian?" Tanya Candra saat melihat kedua adik bungsunya menunduk. "Kakak Anna tidak mau bermain dengan kami. Dia meminta kami untuk keluar, " ucap Launa. Candra kemudian menggendong kedua adiknya itu dan pergi ke kamar Calianna. "Anna, " panggil Candra pelan. "Kakak. Anna lagi tidak mau di ganggu, kumohon pergilah, " jawab Anna. Candra menurunkan kedua adik bungsunya dan berjalan mendekati Calianna.

"Kakak tau kau masih sedih atas kepergian ibu. Kakak juga, kakak juga sangat sedih dengan kepergian ibu. Tapi Anna, ingat kata ibu? Dia tidak suka melihat kita menangis seperti ini. Ayo tersenyum ya dik demi ibu kita, "

"Kak Can. Apakah kita bisa berdoa meminta agar ibu kembali?"

"Calianna sayang. Mereka yang sudah pergi sepatutnya di beri doa agar dia tenang di alam sana, bukan memanggilnya untuk hidup kembali, "

"Ibu akan senang jika anak-anaknya selalu mendoakannya di surga, " ucap Candra.

Calianna lalu memeluk kakaknya begitu juga dengan Launa dan Laura yang ikut memeluk Candra.

----------------


Sementara itu Bella di kamarnya sedang memandangi foto dirinya dengan Esmes. Perasaan hilang kini dia rasakan sangat dalam atas perginya sosok wanita yang sangat ia sayangi.

"Siapa namamu nak?"

"Bella, "

"Maukah kau ikut dengan ku? Aku berjanji akan memberikan nama keluarga ku untuk dirimu, dan menjadikan mu putri sulung ku, "

"Mau, mau... "

Mengingat masa pertama Esmes mengangkatnya sebagai seorang anak, membutanya semakin hancur dan memeluk erat foto tersebut.

"Aku tau kita tidak sedarah ibu. Tapi kau berhasil memberikan sosok ibu dalam hidupku. Kau adalah sosok ibu yang baik untukku bu, "

----------------

Kirana yang sudah banyak menangis pergi  ke luar untuk mengambil air minum. Saat melewati kamar ayahnya, ternyata di dalam sudah ada Zyan yang sedang duduk di lantai sambil memeluk foto istrinya. Kirana menghampiri ayahnya untuk menenangkan nya.

HERNANDES : The Kindness Monster'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang