****
Bugh!
Pelangi langsung menghantam wajah salah satu pria bertopeng dengan sikunya. Pria itu terhuyung, tapi sebelum sempat mundur, Pelangi menendang lututnya dengan keras.
KRAK!
Pria itu menjerit kesakitan dan jatuh tersungkur ke lantai, menggeliat dengan lutut yang kini bengkok ke arah yang salah.
Pelangi tak memberi kesempatan. Dengan cepat, ia meraih balok kayu yang tergeletak di lantai dan menghantam kepala pria itu dengan kejam.
Brak!
Pria itu langsung pingsan.
Sementara itu, Ara masih bertarung dengan lawannya yang bersenjata pecahan kaca. Darah dari luka di bahunya terus menetes, tapi Ara bertahan. Dengan cerdik, ia menghindari setiap serangan dan mencari celah.
Lalu, saat pria itu mengayunkan kaca ke arahnya lagi—
Srett!
Ara menangkap pergelangan tangan pria itu dan memelintirnya dengan kuat. Pria itu menjerit, dan kaca di tangannya jatuh ke lantai.
Tanpa ragu, Ara menggunakan kepalan tangannya untuk menghantam hidung pria itu dengan keras.
DUG!
Hidung pria itu patah, darah langsung mengalir deras. Ia jatuh ke belakang dengan erangan kesakitan.
Di sisi lain, Larissa masih bertarung dengan pria terakhir. Berbeda dengan dua orang sebelumnya, pria ini lebih gesit dan terus menghindari setiap serangan Larissa.
Namun, Larissa tetap tenang. Ia menunggu momen yang tepat.
Dan ketika pria itu melompat untuk menyerangnya—Larissa merunduk dan menyapu kaki pria itu dengan cepat.
Brugh!
Pria itu jatuh keras ke lantai.
Tak ingin menyia-nyiakan kesempatan, Larissa langsung menjatuhkan lututnya ke dada pria itu dengan sekuat tenaga.
KRAK!
Sebuah suara retakan terdengar. Pria itu langsung kejang-kejang, kesulitan bernapas.
Hening.
Semua musuh sudah tumbang.
Pelangi, Ara, dan Larissa berdiri di tengah ruangan, napas mereka terengah-engah. Luka dan lebam menghiasi tubuh mereka, tapi mereka masih berdiri tegak.
Bella dan Embun yang bersembunyi di sudut akhirnya berani bergerak.
"Kak Pelangi!" Embun menyeret tubuhnya menghampiri Pelangi, matanya berkaca-kaca. "Kakak gak apa-apa?"
Pelangi menghela napas dan mengusap kepala adiknya. "Kakak gak apa-apa," katanya, meski rasa sakit di tubuhnya semakin terasa.
Ara menekan luka di bahunya dan mengerang pelan. "Kita harus keluar dari sini sekarang. Sebelum lebih banyak dari mereka datang."
Larissa mengangguk. "Tangga darurat ada di depan. Kita harus cepat."
Tanpa membuang waktu, mereka semua bergegas.
Namun, saat mereka hampir sampai di pintu tangga darurat…
Klik.
Sebuah suara kecil terdengar.
Pelangi langsung berhenti. Ia menajamkan pendengarannya.
Lalu, tiba-tiba…
"BOOM!!!"

KAMU SEDANG MEMBACA
sibling's
RandomJANGAN LUPA VOTE YA GUYS!!!❤️ Ini kisah pelangi yang indah disandingkan dengan Embun yang penuh dengan kesederhanaan. •Dua gadis, dengan dua karakter yang berbeda. •Kisah yang di bumbui dengan tragedi, serta teror misteri pembunuhan berantai. •sebua...