bab 46 : bertemu

44 7 0
                                        

Happy reading

****

Malam sudah semakin larut namun itu tak menghalangi Ara sama sekali untuk keluar dari kamarnya, lalu berjalan mengendap-endap menuju gerbang usang di belakang asrama siswa.

Gadis itu tertegun lama memandang tembok tinggi yang menjadi batasan agar tak ada yang berani menjamah tempat di seberang nya, gedung terbengkalai bihs.
Bangunan yang pada zamannya adalah tempat belajar para siswa siswi pilihan, yah itu adalah gedung ekskul khusus dimana para murid berprestasi akan mengasah kemampuan mereka di berbagai bidang yang telah dipilih.

'mistery boks.'

Setelah memikirkannya dengan matang, Ara pun kembali melangkah melanjutkan tujuan nya. Yaitu membuka boks misteri yang pelangi sebut beberapa jam yang lalu.

"Gue harus liat sendiri, apa yang ada di dalam!" Ara berupaya membuka, namun sayangnya gembok yang mengunci terlalu kuat. Gadis itu akhirnya memikirkan cara lain agar ia bisa masuk.

"Gue harus manjat!" Kepalanya mendongak ke atas gerbang yang begitu tinggi. "Bisa gak, ya?" Ia ragu. Terlihat ia beberapa kali mengedarkan pandangannya ke sekeliling mencari cara lain tapi nampaknya tidak ada. Alhasil Ara pun mau tidak mau harus mencoba, semoga saja dia berhasil sebelum para penjaga sekolah menemukan dirinya yang berkeliaran tengah malam begini.

Perlahan tapi pasti. Walaupun harus bermandikan keringat, Ara pada akhirnya berhasil memanjat gerbang lalu perlahan menuruninya dengan hati hati.

Brukk

Sudah berhati hati pun kesialan masih saja menimpa Ara. Gadis itu pikir ia sudah akan menapak di tanah tapi ternyata ia salah. Posisinya masih cukup tinggi saat ia melepaskan pegangannya, alhasil ia jatuh berdebum ke tanah.

Auww

Gadis itu bangkit dengan susah payah seraya mengusap darah yang muncul di sikunya. Matanya kini mengamati dengan seksama kegelapan di hadapannya. Semua benar benar gelap dan ... Menakutkan.

Suara suara serangga malam juga turut terdengar seakan tengah menyambut kedatangan nya. Ara jadi merinding, terlebih saat angin sepoi menyentuh tengkuk nya, sontak bulu kuduk nya meremang hebat.
Ia bergidik bahkan sebelum berjalan lebih jauh.

"Apa gue balik aja kali ya?" Ia terlihat mulai ragu dan takut. Lutut nya bahkan sudah gemetar.

"Tapi, gue penasaran banget sama tempat ini! Enggak! Gue gak mau balik sebelum liat sendiri isi di dalamnya." Ketakutannya kembali kalah oleh rasa penasaran yang menggebu. Segera ia memacu langkah dengan percaya diri. Berbekal cahaya ponsel ia mulai menyusuri koridor yang berdebu dengan sisa sisa puing terbakar.

Selesai dengan lantai pertama Ara mulai berjalan menaiki tangga menuju lantai berikutnya. Semua yang nampak hanya gelap, tak ada cahaya lampu sama sekali.

Lantai dua pun tak berbeda jauh dari lantai satu. Tapi sekarang Ara tau kemana ia harus pergi, Tempat yang tak lain adalah ruangan dimana korban ditemukan tewas.
Seingat Ara dari perbincangan nya dengan Aluna. Ruangan itu ada dilantai tempat Ara berada. Sekarang tinggal ia cari dimana ruangan ekskul musik. Menurut Aluna korban ditemukan di ruangan music bersama dengan alat alat musik yang sudah terbakar habis oleh si jago merah.

Setelah beberapa saat berjalan Ara pun tiba di sebuah ruangan tak berpintu. Di bagian atasnya masih ada plang bertuliskan  'musik'. Walaupun sudah sedikit meleleh tapi kata musik yang tertinggal itu sudah cukup membuktikan bahwa inilah tempat yang Ara tuju.

Ara segera masuk ke dalam—meneliti tiap sudut ruangan yang rupanya sudah kosong.
Hanya saja ada beberapa hal yang aneh.
Di dindingnya ada guratan guratan merah yang Ara yakni itu guratan yang baru dibuat.
Ia mendekat memastikan dan ternyata benar, itu masih baru tapi ... Kenapa ada aroma darah? Ara terdorong mundur. Matanya terbuka lebar—memperhatikan darah segar di telapak tangannya.

sibling's Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang