Bab 42: revenged

60 8 6
                                        

Happy reading

****

"Jes! Tolongin gue ...," Desis Alexa memohon pertolongan jassy yang saat ini sedang berbicara melalui sambungan telepon dengan nya. Raut wajahnya ketakutan setengah mati dengan peluh peluh yang bercucuran hebat.

"Alexa Lo kenapa?! Lo dimana sekarang?!!" Suara cemas di seberang sana milik jassy. Gadis itu tidak begitu jelas mendengar suara Alexa yang berbicara dengan bisikan.

Alexa yang mendengar teriakan cemas jassy lantas mengedarkan pandangannya dengan raut wajah bingung, "gue gak yakin gue dimana, tempat ini ... Serem banget Jess!" Sementara bersuara ia juga tetap bergerak. Dengan setengah merangkak mengindari sorotan senter di belakangnya.

Ia kembali bersuara dengan gemetar saat hawa semakin mencekam.

"Gu--gue takut jes! T--tolong bawa gue pulang! Gue t--takut disini ..."suara Alexa semakin Pelan terlebih lagi ada suara lain yang mendominasi. Suara berderum yang cukup mengganggu. Jassy jadi tidak bisa mendengar apapun selain suara bising itu.

"ALEXA!! BILANG KE GUE! LO ADA DIMANA?!!" Walaupun jassy berteriak itu percuma karena Alexa kini tidak dalam keadaan baik untuk berbicara.

Menyadari situasi nya sedang dalam bahaya Alexa berlari sekuat tenaga menghindari sosok asing yang tengah mengincar dirinya.

"Kamu Mau lari kemana?" Suara bernada rendah mencekam itu mendekat, demikian pula benda di tangannya yang kian berputar kencang.

Tak perduli dengan apapun yang ia pijak, gadis berambut pendek itu berlarian berupaya sekeras mungkin untuk menghindar. Sementara di belakangnya sosok bertopeng itu terus melangkah mendekat. Deru mesin pemotong juga terus berbunyi nyaring memecah keheningan, suara yang membuat tungkai bawah Alexa perlahan melemah.

'gue gak mau mati!' ia membatin dalam ketakutan. Kaki berdarah nya masih terus berlari menembus masuk ke sebuah ladang jagung yang luasnya tak main-main. Hampir sejauh mata memandang dengan bantuan sinar rembulan hanya ladang itulah yang Alexa lihat.

Seperti labirin. Alexa yang panik justru membuat ia kesulitan menemukan jalan keluar, dan hanya berputar putar di lintasan yang ia lewati sebelumnya. Suara daun kering terus terdengar di telinga si gadis bertopeng. Ia pun tersenyum remeh di balik topeng.

"Malam ini akan menjadi malam terakhir mu, alexa! bersiaplah! Tarik nafas panjang agar rasa nya tidak terlalu menyakitkan! Hahaha!" Sosok berjubah dengan topeng itu berhenti sejenak. Ia menanggalkan pakaian berat yang membuatnya kesusahan.
Sekarang ia hanya memakai tanktop tipis putih dengan celana jins usang yang robek dibeberapa tempat. Gadis itu menyeringai sembari matanya menatap tajam ke depan sana. Diangkatnya kembali mesin pemotong yang tadi sempat ia matikan. Suaranya kembali menderu mengusik hewan malam di sekitarnya.

"Time for revenge!" Ia berlari. Kali ini larinya jauh lebih kencang karena ia lebih leluasa dengan pakaiannya.

Dengan perhitungan tepat bak profesional ia bukannya mengikuti arah pergi Alexa tapi justru berlari ke arah lain. Itu dilakukan untuk memotong jalan.

Dan benar saja, perhitungannya tepat.

Hanya dalam hitungan detik ia sekarang sudah tiba di hadapan Alexa yang tentunya bertambah syok. Gadis itu menggeleng ribut sembari mundur dengan wajah ketakutan.

"Jangan bunuh gue, j--jangan bunuh gue! B--biarin gue pulang, tolong jangan lakuin itu ke gue! Gu--gue gak mau mati!!" Alexa memohon. Ia menggosok kedua tangannya seraya mundur.

"Aku juga pernah memohon seperti itu padamu kan? Ingat tidak?" Sosok itu semakin mendekat.

Alexa tergamang.

sibling's Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang