Bab 45 : Darah

33 7 4
                                    

Happy reading

****

Aaarrgghhh!!

Wajahnya mengerut samar—seraya memejam erat saat suara riuh itu terus terdengar di telinga nya. Pendengaran nya terlalu tajam hingga suara suara dari ruangan lain masih bisa ia dengar dengan sangat jelas. Sangat menggangu.

Gadis itu menggeram tertahan.

"Berisik sekali! Tidak bisakah mereka diam?! Aku ingin istirahat!" Geramnya. Ia menatap sengit pintu yang dari celahnya membawa masuk suara suara erangan. Para penjaga yang berdiri di depan pintu hanya bisa memandang bingung, pasalnya pendengaran mereka tak setajam gadis itu jadi bagi mereka tidak ada suara yang terdengar selain hening dan juga Geraman tertahan dari mulut nona mereka.

"Ada apa nona?" Tanya salah satunya.

"Buat mereka diam!" Pinta nya dengan suara dingin tak lupa dengan wajah marah yang membuat bulu kuduk para lelaki itu sontak meremang.

"Ta-tapi ... Siapa yang nona maksud? Tidak ada suara berisik sama sekali nona." Lelaki itu kembali bersuara dengan nada takut. Rasa takut itu semakin menjadi saat tatapan tajam sang majikan tengah berfokus padanya.

"BUAT ANAK ANAK ITU DIAM! ATAU KUPENGGAL KEPALA MEREKA SATU PERSATU! CEPAT!" Lantang nya dengan marah. Para penjaga itu akhirnya paham dan tanpa pikir panjang segera menuju ke tempat yang nona mereka maksud. Tempat para Sandera yang ia kurung.

Tap

Tap

Bahkan suara langkah lelaki tadi masih terdengar di telinga nya. Ia mendesis pelan sembari kembali merebahkan tubuhnya untuk beristirahat.
Namun ternyata, suara suara itu masih saja terdengar dan kini bertambah riuh saat suara para anak buahnya ikut terdengar berteriak meminta para remaja itu untuk diam.

"Dasar tidak becus!" Kesalnya lalu bangkit dengan cepat. Rasa kantuknya lenyap sudah. Lelah pun kini berganti dengan hasrat membunuh.

"Kalian suka berteriak kan? Baiklah ... Aku akan buat kalian mengerang sepanjang malam. Lihat saja!" Sorot mata itu semakin memancarkan amarah. Ia berjalan dengan langkah cepat.

Tepat di ambang pintu, ia menyeringai.
Satu tendangan keras membuat pintu itu terlepas bersama engselnya.
Tiba didalam, ia langsung menatap nyalang para remaja yang seketika itu langsung terdiam membisu—saling merapat satu sama lain.

"M-maaf nona, kami sud—"

Jleb

Tubuh lelaki itu bergetar hebat saat secara tiba-tiba dengan kecepatan tinggi sebuah karambit berhasil menerobos masuk ke dalam mulutnya tanpa bisa menghindar. Mata lelaki itu membola dengan tangan berusaha memegangi karambit namun disaat bersamaan rasa sakit membuat ia kehilangan tenaga lalu perlahan tumbang dengan mata karambit tertancap di mulut nya.

Nafas gadis itu terdengar memburu.

"Manusia tidak berguna seperti mu tidak pantas hidup!" Lirihnya sembari berjongkok mengamati karambit yang menancap sempurna di sana.
Perlahan ia menggenggam benda tajam lalu menggerakkan nya—mengoyak mulut lelaki itu dengan sadis. Tawa terdengar riang setiap kali suara kulit tersayat menyapa pendengaran nya.

Gadis itu baru menghentikan aksinya setelah mulut lelaki tadi sudah tak berbentuk. Mulutnya robek hingga ke telinga dengan darah yang bercucuran bak anak sungai mengalir membasahi lantai.
Semakin lama, semakin pekat aroma anyir menyeruak di dalam ruangan ini.

Tindakan tak manusiawi nya di saksikan langsung oleh para Sandera yang tadinya membuat keributan dengan erangan. Namun kini semua mendadak bisu dengan mata membola. Para remaja itu ketakutan setengah mati. Mereka berusaha mundur perlahan menjauh dari sosok iblis berwajah malaikat yang kini mengubah atensinya.

sibling's Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang