Prabhu Jnanashiwa menjeblak pintu kedaton kiri dengan kasar. Mengejutkan siapapun yang tengah berada di dalamnya. Dan disana telah ada kakaknya. Bukan hanya Resi Jnanawidhi namun yang mengejutkannya, kakak perempuannya, Jnanasrhi yang juga telah menjadi bhikuni dan menghilang selama bertahun-tahun juga ada disana.
"Adi Prabu."
"Sejak kapan kau ada di sini?" Jnanashiwa sama sekali tak menunjukkan rasa senang akan kehadiran kakak perempuannya.
"Maafkan aku, Adi Prabu. Aku datang tanpa menemuimu terlebih dulu. Kau tengah sibuk dengan perang jadi aku tak ingin mengganggumu."
Jnanashiwa mendengus. Lalu beralih pada kakak laki-lakinya. "Apa benar bocah itu anak Adwaya?"
Resi Jnanawidhi menarik napas panjang, menarik diri dari samadinya sebelum menjawab. "Sejujurnya sebelum ini aku tak tahu. Aku baru saja mendapat jawaban dalam samadi semalam. Kejadian di balairung memang sungguh mengejutkan."
"Kau, dan juga Gaharu sudah menyembunyikan ini dariku selama belasan tahun. Apa kalian merencanakan sesuatu?" Tuduh Jnanashiwa telak membuat kakaknya geleng-geleng kepala tak percaya.
"Adi, aku bahkan tak tahu jika Adwaya memiliki keturunan. Dia belum lama menikah saat kematiannya datang."
Tak sabar Jnanashiwa mengibaskan tangan. "Sudahlah. Jangan banyak bersandiwara. Ingat satu hal," telunjuknya mengarah ke hidung Resi Jnanawidhi. "Jika bocah itu macam-macam, aku tak akan segan mengusirnya dari Puranggahu."
Setelahnya Prabhu Jnanashiwa berbalik pergi keluar kedaton. Sementara di ambang pintu yang lain, Suri Niskala Ratu terpaku bagaikan patung cendana.
"Ibunda Niskala," Dewi Jnanasrhi bersuara memecah keheningan sepeninggal Prabhu Jnanashiwa.
Niskala berjalan perlahan dibimbing oleh dayang menghampiri kedua anak tirinya. Ia menatap nanar pada Resi Jnanawidhi.
"Benarkah itu, Ananda Resi? Benarkah yang kudengar baru saja? Kumba memiliki seorang anak?"
Istri mendiang Jnanaraja itu menatap resi Jnanawidhi dengan pandangan penuh harap. Yang mana hanya dibalas dengan senyum ramah dari sang resi. "Katakanlah kebenarannya, Anakku."
"Saya tidak dapat memastikannya, Ibunda. Gadis itu memang mirip dengan Adi Kumba. Tetapi selama ini kita tidak pernah mendengar berita apapun tentang keturunannya."
"Ananda sudah melihatnya sendiri?"
"Iya."
"Bagaimana mungkin Hyaning tidak pernah mengabarkan tentang ini sebelumnya? Apakah tak ada satupun caraka dari Rimba yang diutus kemari?"
Ibu suri Niskala Ratu dilanda dilema hebat dalam dirinya. Bagi seorang yang telah kehilangan suami dan anak kandungnya, tentunya berita tentang pewaris darahnya yang selama belasan tahun tak diketahui menjadi alasan bagi hatinya yang porak poranda jadi memiliki harapan kembali.
Mendiang suaminya, Jnanaraja adalah penguasa Puranggahu yang ketiga. Ia adalah istri kedua yang dipersunting sang Nata saat kunjungan ke Padwaksa berakhir. Ia ikut rombongan sang raja kembali ke istana di mana sang parameswari Hanu Caitra sudah menunggu bersama putra sulungnya, Raden Seta.
Kumba Adwaya sang putra kedua lahir dari rahimnya pada tahun berikutnya. Sejak kecil wajahnya yang bersinar telah menawan siapa saja yang melihatnya. Tidak seperti kakaknya yang betah berlama-lama duduk dalam samadi dan dekat dengan para brahmana, Kumba justru lebih suka menjelajah negeri bersama kuda kesayangannya.
Ia tidak pernah serius belajar tata praja di kedaton. Ia sering menyuruh adiknya, Aswadanu menggantikan tempatnya lalu kabur keluar untuk berburu dan tidak pulang berhari-hari.
KAMU SEDANG MEMBACA
PRASASTI
Historical Fiction"Ranggadewa Jnanaloka Ratuning Puranggahu Manggala Jnanawangsa Aben sirna krudating bhuwana Ing kedhaton Purana" Kalimat itu terpahat pada sebuah batu besar di tepi sungai pada tempuran yang mengalir tenang. Namun itu bukan kalimat pemujaan kepa...