Dalam hidup tidak selamanya sesuatu dapat terjadi seperti yang kauharapkan. Sesuatu yang terjadi bahkan juga bukanlah hal yang sebenarnya. Lalu apa yang sesungguhnya?
Tidak ada yang mengetahui bagaimana kehidupan menyembunyikan rahasianya, atau bagaimana Dewata menciptakan kisah hidup seseorang. Dewata memiliki banyak rahasia demikian pula kehidupan, keduanya memiliki jumlah yang setara.
Kadang rahasia itu juga tampak jelas di depan matamu, dan kau meyakininya sebagai kebenaran. Mengakuinya bahwa itu adalah kenyataan yang kau saksikan dengan mata kepalamu sendiri. Kau bahkan tidak tahu apa yang tampak hanyalah puncak gunung es yang terlihat seperti bongkahan kecil di lautan sementara di bawah permukaan raksasa tersimpan dengan rahasia.
Jadi kebenaran macam apakah yang sesungguhnya mengikat pikiranmu dengan begitu kuat?
Bahkan jika akhirnya hal itu menjadi semacam luka yang akan kautanggung seumur hidupmu?
Tidak ada jawaban.
Kehidupan layaknya potongan-potongan kecil dalam kotak besar, yang lebih sering daripada tidak, tidak mampu menjadi papan utuh jika kau menyatukannya dengan tekun.
Setiap potongan bahkan seolah tidak sinkron sama sekali satu dengan lainnya. Di antaranya masih ada lubang yang tidak bisa diungkapkan. Di situlah rahasia kehidupan terletak.
Jika kau bernasib baik, kau akan menemukan potongannya di masa depan. Sebaliknya jika tidak, maka rahasia itu seperti lubang yang tidak pernah menutup di hatimu, selamanya.
Ketika pertama kali ibunya berkata ingin pergi dengan kuda, Pratiksa mendadak memiliki lubang yang menganga di pikirannya, lalu menembus ke hatinya hingga tak terhingga. Lubang itu tetap menganga hingga sekarang karena tidak pernah mendapat jawaban atas pertanyaan tentang rahasia ibunya.
Lalu ketika ia melihat tanda bercahaya di pundak ibunya, ia menemukan rahasia kedua dari ibunya, lubang kedua dalam hidupnya. Ia bahkan tidak pernah menduga sesuatu yang tampaknya begitu alami telah menyembunyikan rahasia seumur hidupnya selama ini.
Saat itu ia berpikir, rahasia apa lagi yang dimiliki ibunya? Berapa banyak misteri yang tidak ia ketahui tentang ibunya?
Astaga, demi Dewata, itu adalah ibunya. Seseorang yang merawatnya, mengasuhnya dari kecil, membawanya melalui perjalanan yang sulit dan jauh. Yang tiap hari bersamanya, kecuali setelah ia memiliki kesibukan sebagai prajurit.
Apakah saat ia tidak ada di rumah, seseorang telah mengganti ibunya dengan orang lain? Hantu manakah yang telah menjelma menjadi ibunya? Bagaimana mungkin seorang perempuan desa yang bersahaja, yang hanya tahu cara mengumpulkan dedaunan tiba-tiba begitu mahir menunggang kuda?
Lalu, wanita dengan pundak bercahaya itu, apakah dia memang ibunya yang selama ini selalu menyampirkan selendangnya?
Pratiksa menggebah segala pikiran itu dengan menggeleng cepat. Mereka sangat berbeda. Keduanya sangat jauh berbeda. Pratiksa bahkan berani bersumpah ia bukanlah ibunya. Lalu ke mana perginya sang ibunda?
Meskipun saat itu ia bersikeras bahwa perempuan yang dihadapinya adalah orang lain, ia masih tidak berani menyerang dengan sungguh-sungguh. Dalam pikirannya, bagaimanapun orang itu memiliki tubuh ibunya. Dan ia percaya, sebagian otaknya berpikir, itu memang ibunya.
Sampai beberapa purnama berlalu, Pratiksa masih dihantui rasa bersalah dan penyesalan yang dalam setelah menyaksikan ibunya terhempas ke jurang saat bertarung dengannya di sebuah bukit. Ia pernah mengatakan hal itu kepada Resi Gaharu dalam persembunyiannya bersama brahmana agung tersebut. Saat itu sang Resi hanya bisa membantunya menenangkan diri dan mencoba menerima kenyataan.
![](https://img.wattpad.com/cover/24705172-288-k92260.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
PRASASTI
أدب تاريخي"Ranggadewa Jnanaloka Ratuning Puranggahu Manggala Jnanawangsa Aben sirna krudating bhuwana Ing kedhaton Purana" Kalimat itu terpahat pada sebuah batu besar di tepi sungai pada tempuran yang mengalir tenang. Namun itu bukan kalimat pemujaan kepa...