Bab X

3.2K 340 5
                                    

Ragawa sendiri yang datang ke pakunjaran dan menjemput Purnala untuk dibawa ke alun-alun tempat ia akan menjalani hukuman panah. Purnala tersenyum dan menghaturkan sembah pada Mahapatih Puranggahu yang disegani itu. Dia merasa terhormat dijemput sang patih menjelang kematiannya. Dan alasan lainnya hanya Purnala sendiri yang tahu. Jauh di dalam hatinya ia bersyukur dapat bertemu Ragawa.

Patih itu tersenyum dan mengangguk samar ketika prajurit mengeluarkan Purnala dari bilik penjara yang pengap dan tiba di hadapannya.

"Kau punya permintaan terakhir?" tanya sang Patih.

Purnala terdiam sejenak seolah berpikir sebelum menggeleng. "Tidak ada, Gusti."

"Baiklah."

Kemudian Ragawa beranjak keluar dari tempat itu. Purnala mengikuti di belakang beserta empat pengawal istana. Mereka tiba di alun-alun Purana ketika matahari turun dari puncak langit.

Langit tiba-tiba redup. Menghalangi terik matahari musim kemarau. Alun-alun sudah ramai oleh orang-orang yang penasaran ingin melihat hukuman panah itu dijalankan. Ada tiang besar di tengah alun-alun berdiri tegak seolah menunggu kematian seseorang. Orang-orang itu mengelilinginya dalam jarak sepuluh depa. Prajurit ada dimana-mana. Di seberang tiang sana sang Prabu Jnanashiwa duduk di kursi kebesarannya dengan angkuh. Dan pasukan panah yang sudah sangat siap berada di belakangnya.

Ragawa berhenti di tepi alun-alun dan mengisyaratkan pada para pengawal itu untuk membawa Purnala ke tiang hukuman.

Dan ketika Ragawa hendak melangkah, Purnala berkata lirih. "Gusti, tolong jaga dia untuk saya."

Sang Patih menoleh heran. Ia menatap Purnala yang juga menatapnya dengan pandangan memohon. Ragawa membuka mulutnya hendak bertanya namun tak sempat. Keempat pengawal itu sudah menyeret Purnala ke tengah alun-alun. Ia hanya mampu memandangi anak muda rupawan itu dengan hati penuh tanya.

Purnala setengah diseret dibawa ke tiang hukuman oleh para pengawal istana yang bertampang bengis. Ia melihat orang-orang menatapnya dengan sorot mata bermacam-macam. Terperangah. Kaget. Maklum. Marah. Kagum pada ketampanannya juga. Mereka berbisik-bisik, ada juga yang mencelanya. Purnala dapat mendengarnya walaupun jaraknya cukup jauh. Hatinya kecut. Pandangannya beredar ke sekeliling alun-alun dan ia lega tak melihat siapapun yang ia kenal.

Seorang dari pengawal itu mendorong tubuhnya dengan kasar ke tiang. Purnala menahan diri. Rupanya beginilah perlakuan yang didapat sebagai orang yang mendapat hukuman. Purnala menggeram saat pengawal itu mengikat kedua tangannya secara terpisah dengan kuat. Amat kencang hingga terasa sakit. Begitu juga kedua kakinya. Diikat begitu kuat hingga menyatu dengan tiang besar itu. Dadanya bergemuruh. Sebentar lagi kematiannya datang.

Sang Prabu bangkit dari kursi dan berjalan ke arahnya. Melemparkan tatapan kejam padanya, penuh kebencian yang menyala-nyala. Suara sang Prabu menggelegar memecah alun-alun. "Kalian semua rakyat Puranggahu, ketahuilah. Pemuda ini telah berani memanah putraku, Pangeran Jayantaka saat lengah. Dan sekarang dia akan mendapat hukuman yang setimpal. Hukuman panah. Dan kuingatkan pada kalian semua, siapapun yang berani melakukan kesalahan bodoh akan berakhir sama dengan orang ini. Dan kau, " Jnanashiwa berpaling pada Purnala, " setelah kau mati, kupastikan keluargamu juga akan kuhabisi."

Sejujurnya Purnala tergetar mendengarnya. Prabu Jnanashiwa tak pernah main-main dengan ancamannya. Ia tidak takut pada kematiannya, ia hanya mencemaskan keluarganya yang terancam keselamatannya. Ayahnya. Ibunya. Adiknya. Mereka dalam bahaya karena dirinya. Walaupun Resi Gaharu telah menyanggupi untuk melindungi keluarganya, dan ia tak sedikitpun meragukan brahmana itu, ia tetap saja merasa khawatir mengingat betapa kejamnya seorang Jnanashiwa.

Raja Puranggahu sudah kembali ke kursinya dan memerintahkan pasukan panah untuk melaksanakan tugasnya. Dua puluh orang dengan seragam warna coklat dan merah darah, seragam pasukan pemanah, segera maju berbaris di depan sang Prabu. Bersiap dengan panah masing-masing.

PRASASTITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang