Jilid 2: Jadi tawanan Sin Kee Pang

4K 46 0
                                    

"Ayah, apa yang perlu kau sayangkan?" tanya Chin Wan Hong sambil menyeka keringat yang membasahi wajahnya.

"Sayang bajingan cilik itu tidak berhasil kita bakar sampai mampus jadi arang !"

"Oooh . . , aku kira ayah sedang menyayangkan gedung rumah kita," gadis itu merandek sejenak, lalu terusnya. 

"Entah dirumah nenek apakah akan terjadi pula sesuatu atau tidak ?"

"Aku rasa tidak mungkin. Hemmm . . . ilmu silat yang dimiliki bajingan cilik ini amat lihay, aku rasa kepandaian dari bajingan tua itu jauh akan lebih Iihay dari pada sepuluh tahun berselang!"

Sementara pembicaraan itu masih berlangsung, permukaan lorong sempit itu makin lama semakin meninggi dan tiba2 sampailah pada ujungnya.

Hong-po Seng segera mendongak memandang keatas, tampaklah diatas kepala terdapat sebuah jendela dan disekitar jendela itu penuh dengan debu dan sarang laba2, jelas sudah banyak tahun tak pernah dibukanya barang sekalipun.

Chin Pek Cuan tancapkan obornya keatas tanah lebih dahulu kemudian pasang telinga memperhatikan keadaan disekelilingnya beberapa saat setelah itu baru membuka santekan jendela dan mendorong jendela tadi kebawah hingga terbuka lebar, di atas jendela masih terdapat sebuah papan batu yang besar dan berat kembali ia geserkan batu tadi kesamping, selapis cahaya merah seketika memancar masuk kedalam lorong.

Setelah mematikan obor, pertama2 Chin Pek Cuan yang loncat keluar lebih dahulu dari bawah lorong diikuti Hong-po Seng dari belakangnya, mendadak pemuda itu merasakan bahu kirinya teramat sakit, kepalanya secara tiba2 jadi berat dan pusing tujuh keliling, matanya berkunang2, dan hampir saja ia roboh terjengkang keatas tanah.

Chin Giok Liong serta Chin Wan Hong yang melihat keadaan sianak muda itu buru2 maju memayang, sementara Chin Pek Cuan segera berpaling dan menegur dengan nada kuatir:
"Loo te bagaimana keadaan lukamu??".

Setelah bahu kirinya terhajar oleh sebuah pukulan Kok See Piauw hingga jatuh terjengkang ke belakang, Hong Po Seng tanpa beristirahat kerahkan segera tangannya untuk melemparkan tubuh Chin Giok Liong keatas atap rumah, waktu itu api sedang berkobar dengan ganasnya, dalam keadaan seperti itu Chin Pek Cuan sudah lupa untuk memeriksa keadaan pemuda tersebut rada payah, mereka bertiga baru merasa kuatir dan hatinya tidak tenteram.

Dengan cepat Hong Po Seng menenangkan hatinya lalu menarik napas panjang2 dan salurkan hawa murninya keseluruh tubuh, menanti rasa sakit ia derita sudah banyak berkurang barulah ujarnya sambil tertawa:
"Karena terburu2 hendak melarikan diri, lagi pula serangan dilancarkan dalam keadaan gugup, Kok See Piauw hanya menggunakan tenaga tidak sampai dua bagian, sayang waktu itu aku sudah lupa untuk mengatur pernapasan....."

"Entah ada racunnya tidak serangan telapak dari bangsat itu !" tanya Chin wan Hong dengan wajah gelisah.

"Belum pernah aku dengar ilmu pukulan Kioe Pit Sin-ciangnya mengandung hawa racun !" jawab Hong po Seng sambil tertawa, sekali enjot ia meloncat keluar dari dalam lorong.

Kiranya jalan keluar dari lorong rahasia itu terletak dibawah tembok pekarangan halaman belakang rumah keluarga Chin, baru saja Hong-po Seng meloncat keluar dari dalam lorong, ia segera merasakan hawa panas yang amat menyengat badan memenuhi angkasa, ia lantas berpaling, terlihatlah gedung rumah keluarga Chin yang megah dan besar kini sudah tinggal puing2 yang berserakan, api besar sebagian besar sudah padam kecuali di sana sini masih terjadi kebakaran kecil.

Chin Pek Cuan adalah seorang pendekar gagah yang tidak terlalu memikirkan soal harta kekayaan, begitu keluar dari tempat persembunyiannya ia lantas menutup kembali batu cadas tadi kemudian menggape kearah Hong-po Seng dan meloncat keluar dari pekarangan.

Bara Maharani - Gu LongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang