Jilid 14 : Rahasia mengenai pedang emas

2.3K 33 2
                                    

SAMBIL menyingsing jubahnya, selangkah demi selangkah berjalan pemilik rumah penginapan itu di depan kereta untuk membawa jalan.

Sang kusirpun menyetak kudanya untuk berjalan amat lambat sambil busungkan dada dan celingukan kesana kemari, gaya sang kusir itu seakan-akan membawa seorang sarjana yang baru lulus ujian untuk berpawai keliling kota.

Hoa Thian-hong dibikin menangis tak bisa tertawapun tak dapat untung sepanjang jalan ia sudah banyak pengalaman menghadapi kejadian semacam ini maka pemuda itu masih dapat menahan sabar.

Setelah berjalan beberapa waktu lamanya kereta itupun berhenti didepan pinta gerbang rumah penginapan Teng hwat. Hoa Thian-hong segera loncat turun dari atas kereta membuka pintu ruangan dan mempersilahkan ibunya untuk turun.

Rupanya pemilik rumah pengiuapan telah menyiarkan berita tentang kedatangan Hoa Thian-hong yang pernah tersohor dikota Cho ciu karena Lari racun nya dan baru-baru ini namanya makin tersohor setelah pertarungan dilembah Co bu kok, ketika rombongan tiba dirumah penginapan Teng hwat, tetangga disekitar tempat itu, beberapa tamu yeng berdiam dirumah penginapan tersebut telah penuh berdesakan disamping ruangan untuk bersama-sama menonton kehadiran sang pahlawan yang amat tersohor itu.

Begitu penuh sesak orang yang berjejal disana membuat pintu masuk rumah penginapan tersumbat dan Hoa Thian-hong tak dapat masuk kedalam.

Terpaksa pemilik rumah penginapan harus menjura memberi hormat dan berteriak-teriak minta jalan kepada para penonton, setelah bersusah payah akhirnya ia baru berhasil menghantar keempat orang tamu terhormatnya ini masuk kamar

Setelah berada dalam kamar, Hoa Hujin menghembuskan napas panjang dan berkata, "Seng jil mulai besok engkau bopong aku untuk melanjutkan perjalanan, kita harus cepat-cepat tiba kembali dirumah"

"Aku takut teriknya matahari akan merusak badan ibu yang masih lemah...."

Tiba-tiba terdengar serentetan suara langkah manusia yang tergesa-gesa berkumandang da-tang, disusul suara pemilik rumah penginapan itu bergema, "Hoa ya baru saja tiba dan masuk kamar beliau ada dikamar sana"

Belum babis ucapan itu berkumandang pintu sudah terbuka lebar dan muncullah seorang pemuda berpakaian ringkas langsung berlutut dihadapan Hoa Thian-hong sambil berseru terbata-bata, "Hujin, Tio loo tay, Hoa toako, enci Hoa"

Sekilas memandang Hoa Thian-hong segera kenali kembali pemuda itu sebagai murid termuda dan terkecil dari Siang Tang Lay, ia berasal dari siku Fibulo dan bernama Haputule bukan saja keenam orang murid Siang Tang Lay dia berusia paling kecil, ilmu silat yang dimilikipun paling lihay.

Pada waktu itu dengan air mata bercucuran, keringat membasahi seluruh tubuhnya dan muka penuh kegelisahan berlutut diatas tanah tanpa mengucapkan sepatah katapun.

Menyaksikan keadaan tersebut, Hoa Hujin jadi amat terperanjat, ia segera berkata, "Nak! ayoh bangun dan bicaralah perlahan-lahan, apakah gurumu menjumpai mara bahaya?"

Haputule mengangguk tiada hentinya, sambil menangis dia menjawab, "Guruku telah dirampas orang!"

"Baga'mana caranya bisa dirampas? dan siapa yang merampas dirinya?" tanya Hoa Hujin keheranan.

"Seorang hweesio, seorang hweesio yang belum pernah kami jumpai sebelumnya...."

Dia ingin berbicara dengan lebih jelas lagi, tapi karena kurang lancar bicara dalam bahasa Han dan lagi kalimat yang diketahui pun sangat terbatas maka meskipun hatinya gelisah bercampur cemas, namun tak ada perkataan lain yang dapat diutarakan lagi.

Hoa Thian-hong maju kedepan dan membimbing bangun pemuda suku Fibulo tersebut, kemudian dengan halus katanya, "Saudaraku, duduklah dengan tenang! pusatkan perhatianmu dan ceritakan duduknya persoalan dari permulaan hingga akhir dengan jelas, jangan ada yang kelewatan"

Bara Maharani - Gu LongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang