Jilid 4: Kakek Aneh Telaga Dingin

3.1K 38 0
                                    

Selesai bersantap, dengan alasan keesokan harinya masih akan melanjutkan perjalanan Oh Sam dibawah antaran Tu Cu Siang kembali kekamarnya untuk beristirahat.
Hong-po Seng sendiri setelah menutup pintu, dan mengatur pernapasannya sejenak, segera meniup padam lampu lilin dan naik keatas pembaringan untuk beristirahat.
Diam diam pikirnya dalam hati,
"Setelah kematian gagal kuperoleh sedang penghinaan serta rasa malu teiah kualami satu-satunya jalan yang terbaik bagiku adalah meneruskan hidupku sambil mencari kesempatan untuk membalas dendam sakit hati ini."
Berpikir sampai disitu matanya jadi pedat dan tanpa sadar air mata telah mengucur keluar membasahi wajahnya dengan penuh kebencian ia berbisik:
"Aku harus membasmi perkumpulan Sin Kee Pang sampai keakar akarnya, manusia manusia durjana, manusia laknat dan kaum iblis harus dibasmi habis dari permukaan bumi, terutama sekali Pek Koen Gie, ia terlalu mengandalkan kekuasaan ayahnya untuk berbuat sewenang wenangnya sendiri, orang pertama yang harus kubasmi adalah perempuan keparat itu !.

Mendadak ia teringat kembali akan ibunya, maka gumamnya jauh:
"Ibu hidup sebatang kara diatas puncak gunung, aku harus mendapatkan teratai racun empedu api itu agar cepat cepat bisa kuantar keatas gunung....".
Berpikir sampai disitu ia menghela napas dan pejamkan matanya untuk tidur.

Ketika fajar baru menyingsing, Siauw Leng sambil membopong setumpuk pakaian telah berjalalan masuk kedalam kamar, ia segera memasang lampu lentera diatas meja hingga suasana dalam ruangan itu jadi terang benderang.
Selama beberapa hari belakangan ini Hong Po Seng boleh dibilang lain hidup dalam penderitaan dan siksaan„ ditambah pula luka dalamnya baru saja sembuh: kendati sekarang ada orang yang berjalan dalam kamarnya ternyata ia sama sekali tidak merasa, pemuda itu tetap tertidur dengan pulasnya.

Siauw-Leng langsung mendekati kesisi pembaringannya, lampu lentera diangkat tinggi tinggi. diam diam ia memperhatikan raut wajah sianak muda itu dengan kesemsem.
Tiba tiba ia temukan disamping pembaringan basah oleh air mata, dayang ini segera tertawa cekikikan: serunya:
"Hey Hong-po Seng! ayoh cepat baagun, pakai baju baru, kenakan topi baru dan ayoh merayakan Tahun Baru. haaah... haaah...."

Teriakan itu mengejutkan Hong-po Seng, ia segera tersentak bangun dari tidurnya. tampaklah disisi pembaringan telah tertumpuk satu tumpukan pakaian baru, pedang baja miliknya terdapat pula diantaranya bahkan telah diberi sarung kulit ular, disamping itu terdapat pula seutas tali pinggang berwarna kuning.
Siauw-Leng meletakan lampu lentera itu ke atas meja, lalu sambil tertawa cekikikan katanya lagi.
"Ayoh cepatan dikit bersantap, sebentar lagi kita bakal melanjutkan perjalanan lagi. Aku harus melayani siocia lebih dahulu !".
Selesai berkata dayang itu segera ngeloyor pergi.

Mernandang turnpukan pakaian baru dihadapannya Hong po Seng duduk termangu-mangu pikirnya:
" Andaikata aku tidak mencuri makanan maka aku bakal mati kelaparan, rupanya apa yang diinginkan manusla belum tentu bisa terpenuhi dengan memuaskan hati. Aaii..terpaksa aku harus bersikap menuruti kaadaan yang kuhadapi".
Berpikir demikian maksud hatinya untuk menjadi anggota perkumpuian Sin-Kee-Pang dan bekerja sambil menanti kesempatan baik pun semakin teguh.

Sesaat kemudian dua orang dayang masuk kedalam kamar sambil membawa alat untuk mencuci muka, selesai berpakaian dan membersihkan muka buru-buru Hong po Seng sarapan pagi, kemudian setelah menggantungkan pedang bajanya dipinggang ia keluar dari kamar.
Kereta kuda telah disiapkan diluar, Tu Cu Siang sambil memimpin anak buahnya menanti disisi kereta, ketika mellhat Hong-po Seng munculkan diri sambil menjura san muka penuh senyuman sapanya:
"Hong Po Seng selamat pagi!".
"Selamat pagi Tu heng, terima kasih atas perhatianmu yang berharga!".

Tu Cu Siang nampak melengak kemudian sambil tertawa buru burut sahutnya:
"Aaaah, cuma barang yang tak berharga harap saudara tak usah sungkan-sungkan".
Sementara pembicaraan masih berlangsung. terdengar suara dentingan nyaring berkumandang datang, Pek Koen Gie diiringi oleh Siauw Leng telah turun dari atas undak undakan, Hong Po Seng segera naik keatas kereta dan duduk disamping Oh Sam.

Bara Maharani - Gu LongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang