Jilid 33 : Kursi kebesaran buat keluarga Hoa (Tamat)

2.4K 32 1
                                    

MAKLUMLAH, kalian memang kurang bisa memahami betapa busuknya hati Teng kwik Siu dan komplotannya! ujar Cu Thong, "sejak menjumpai bendungan air itu, Ciang lotau sudah menyadari bahwa ada orang sedang mempersiapkan siasat air bah menyapu enam pasukan berkuda, sejak datang kesini pada hakekatnya Tang Kwik-siu telah mempunyai maksud jahat, tentu saja kalian semua tak akan mampu untuk menebak siasat busuknya yang amat dirahasiakannya itu"

Setelah berhenti sebentar, dia melanjutkan lagi, "Bagaimana nasib bangsat tua itu? Apakah sadah kalian usir untuk pulang ke akherat?"

"Apanya yang di usir pulang keakherat? bangsat tua itu sudah dilepaskan hidup-hidup!" sahut Ci-wi Siancu dengan gusar.

Mendengar perkataan itu, Dewa yang suka pelancongan Cu Thong segera tertawa terbahak-bahak

"Haaahh.... haahh.... haaahh dilepaskan memang jauh lebih baik daripada dibunuh, anggap saja kita sudah membeli kura-kura busuk dari pasar, karena kura-kura itu cuma beraninya sembunyi melulu maka kita buang kembali ke lain toh tak ada rugiuya bukan? Baiklah tak usah kita bicarakbn soal ini, coba kau lihat seluruh bukit ini sudah dipenuhi oleh bapaknya bajingan, anaknya bajingan, dan cucunya bajingan, bagaimana caramu untuk menggali harta karun itu?"

Buru-buru Hoa Thian-hong menjawab dengan wajah serius, "Locianpwe, dewasa ini kita harus membuang jauh-jauh semua kerugian kita di masa lampau, pada saat inilah segenap kekuatan yang ada dalam dunia persilatan harus bersatu padu dan bekerja sama untuk menyelesaikan pekerjaan maha besar ini. Kemarin malam istana Bin yu tiau dari Kiu ci kiong sudah tergali keluar tapi kini penemuan tersebut telah tenggelam oleh air bah yang maha dahsyat, boanpwe ada maksud untuk menunda pekerjaan ini dan berunding lebih dulu dengan pemimpin dari pelbagai pihak, setelah itu membendung kembali aliran air dan menghisap air bah yang menggenangi liang galian ini, sebab hanya dengan berbuat begitulah pekerjaan besar ini baru bisa dilanjutkan kembali."

Tertegun Dewa yang suka pelancongan Cu Thong setelah mendengar perkataan itu, lama sekali ia baru bisa berkata, "Apa? Jadi setelah lolos dari terkaman air bah, kau masih punya keberanian untuk bekerja sama lagi dengan kawanan manusia telur busuk itu?"

Hoa Thian-hong kualir perkataannya yang amat pedas dan tak sedap didengar ini akan menyinggung perasaan halus orang lain, buru-buru menjawab.

"Locianpwe, sebusuk-busuknya seorang manusia, aku yakin dia masih mempunyai hati yang baik dan liangsim yang mulia, bila kita bersikap luhur dan percaya kepada orang lain, lama kelamaan orang itupun da pat menyelami pula perasaan tulus kita!"

Ia menunjuk ke arah Bong Pay, lalu sambil sambil lanjutnya lebih jauh, "Sekarang toako sudah menjadi menantu kesayangan dari Sin-kie-pangcu, itu berarti orang-orang seperkumpulan sudah merupakan saudara pula dengannya, masa kita harus menganggap asing diri mereka pula?"

Dewa yang suka pelancongan Cu Thong melototkan sepasang matanya bulat-bulat, mendadak ia berpaling ke arah Bong Pay, rupanya orang tua ini ingin menyelami sikap pemuda itu.

Buru-buru Bong Pay bungkukan badan memberi hormat, katanya dengan suara lirih, "Wan-hong mengatakan bahwa ini merupakan perintah dari supe, Pay ji tak berani membangkang perintah dari kau orang tua maka.... maka Pay ji telah...."

"Aduh, bagus.... bagus.... tata kesopananpun rupanya sudah kau kuasahi, nada perkataan pun lebih luwes dan sedap didengar, coba katakan, semuanya ini adalah hasil pelajaran dari Pek loji ataukah ajaran dari nona Soh-gie binimu itu?" teriak Cu Thong.

Merah padam selembar wajah Bong Pay karena jengah, cepat-cepat dia memberi hormat lagi seraya menjawab, "Apabila Pay ji mendapat sedikit kemajuan dalam segala bidang maka semuanya ini adalah hasil dari jasa supek sendiri!"

Sekali lagi Dewa yang suka pelancongan Cu Thong tertegun, akhirnya ia merasa bahwa tidak pantas untuk bicara sembarangan lagi, sesudah termangu-mangu beberapa saat lamanya, dengan suara agak gemetar dia berkata lagi, "Baik! Engkaupun sudah pantas menjadi manusia, Pek Siau-thian memang tidak melantur matanya, ia maui kau sebagai menantlunya ini menandakan kalau pandangan matanya memang cukup tajam. Aku menghormati keagungan Pek hujin dan menganggap nona Soh-gie adalah seorang dara yang saleh dan dapat merawat serta memperhatikan engkau sepanjang hidup, karena itu aku beranikan diri untuk memesan kepada Wan hong untuk menjadi mak comblang dalam perkawinan ini, Dan sekarang perkawinan sudah terlaksana maka semuanya tergantung pada dirimu sendiri, kalau engkau tak dapat menjadi seorang enghiong hohan yang akan meneruskan warisan dari Pek Siau-thian maka hal ini akan merupakan penyesalan bagi Pek loji, sebaliknya kalau engkau tak bisa menjadi seorang kuncu, seorang lelaki sejati yarg akan menyemarakkan nama besar perguruanmu, maka inilah dosa serta kesalahan dari aku yang menja-di supekmu, aku dan gurumu sudah saha bat sehidup semati, maka sampai waktunya aku hanya bisa menggorok leher sendiri untuk menebus dosa pada gurumu. Sebaliknya hidup diantara manusia persilatan yang kasar dan tak beraturan tapi tak hilang sifat gagah dan jiwa pendekarnya, itulah perbuatan yang teramat sukar, semoga engkau dapat menguasainya!"

Bara Maharani - Gu LongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang