Jilid 22: Pek Soh Gie, Saudara Kembar Pek Kun Gie

2.2K 30 0
                                    

Hoa Thian-hong memandang hingga bayangan tubuh ketiga orang toojin itu lenyap dari pandangan, ketika menjumpai para tetamu tak berani kembali ke tempat duduknya masing-masing, ia tertawa geli dan segera serunya, "Mau apa kalian berdiri saja disitu? Masing-masing makan punya sendiri, apa yang musti ditakuti?"

Mendengar perkataan itu para tamupun segera duduk kembali ke tempat semula, suara ramai dan hiruk pikuk semua orang berebut untuk duduk lebih dahulu ditempatnya semula, seolah-olah mereka takut kalau sampai terlambat sehingga menggusarkan Hoa Thian-hong.

Pada saat itulah dua orang kakek baju hitam serta dua orang pria berbaju ringkas itu membuang sekeping perak kemeja, kemudian diam-diam berjalan keluar dari pintu.

Dalam hati Hoa Thian-hong berpikir, "Pek Soh-gie benar-benar seorang nona yang lembut, dan kalem sekali, aku dengar ia tak pernah melakukan perjalanan di dalam dunia persilatan, kenapa bisa sampai disini?"

Berpikir sampai disitu timbullah rasa pendekar dalam hatinya, kepada seorang kakek baju hitam yang kebetulan lewat disisinya dia menegur, "Eeei.... .apakah kalian berempat anggota perkumpulan Sin-kie-pang?"

"Benar," kakek baju hitam itu mengangguk dan memberi hormat, "kongcu ada urusan apa?"

"Jin Hian ada maksud mencelakai jiwa kalian, berangkatlah dari sini ke arah timur dan lebih baik jangan sampai berjumpa dengan orang-orang dari pihak Hong-im-hwie"

Air muka kakek baju hitam itu berubah hebat setelah mendengar perkataan itu, tetapi dalam sekejap mata telah pulih kembali seperti sedia kala, segera sahutnya, "Terima kasih atas petunjukmu.... setelah memberi hormat iapun berlalu dari situ.

Dalam sekejap mata keempat orang tadi sudah keluar dari pintu dan lenyap dari pandangan, sebaliknya dara ayu tadi masih tetap duduk di tempat semula sambil menikmati bakmi di mangkoknya.

"Kenapa Pek Soh-gie kalau makan begitu lambat?" pikir Hoa Thian-hong di dalam hati, "rupanya dia sengaja hendak mengulur waktu, entah apa maksudnya?"

Dengan pakaiannya yang tidak genah, pemuda itu merasa rendah diri, tanpa terasa ia putar badan dan menanti sayur dan arak sendiri.

Beberapa saat kemudian pelayan telah muncul dengan membawa sebuah nampan, di atas nampan terdapat empat macam sayur, sepoci arak wangi, satu tong kecil nasi putih dan empat perangkat cawan serta sumpit.

Pemilik rumah makan berjalan mengikuti di belakang pelayannya, setelah memberi hormat katanya tergagap, "Dua macam sayur ini merupakan makanan paling baik dari rumah makan kami, kami tak sanggup membuatkan yang lebih bagus lagi.... dan arak.... araknya adalah...."

Hoa Thian-hong geli melihat sikap orang itu, wajahnya berubah jadi hijau pucat, rupanya ia sudah ketakutan setengah mati sehingga berbicarapun terlalu dipaksakan, ia segera goyangkan tangannya sambil berseru, "Cukup.... cukup.... bukankah uangnya sudah dibayar?"

"Oh.... sudah.... sudah.... masih ada sisa!" buru-buru pemilik rumah makan itu lari ke lacinya.

Hoa Thian-hong tersenyum, sambil membawa nampan itu dia berjalan keluar dari pintu ruangan, dengan pandangan yang sengaja dia melirik sekejap ke arah gadis itu.

Ketika tiba di jalanan ia tak bisa menahan diri lagi dan segera berpaling kembali ke arah rumah makan tadi.

Sesosok bayangan manusia nampak berjalan pada jarak tiga empat tombak di belakang tubuhnya, orang itu bukan lain adalah gadis ayu tadi. sikap maupun langkahnya tenang seolah-olah seorang gadis yang mengerti ilmu silat, siapapun tak menyangka kalau dia adalah putri sulung dari ketua perkumpulan Sin-kie-pang.

Ketika gadis ayu itu melihat Hoa Thian-hong berhasil menemukan jejaknya, pipi yang putih segera bersemu merah, biji matanya yang jeli berputar disekeliling tempat itu seakan-akan sedang mencari tempat persembunyian.

Bara Maharani - Gu LongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang