PERISTIWA itu berlangsung amat mendadak dan sama sekali diluar dugaan siapapun, belum pernah Pek Siau-thian mengalami pukulan batin seberat ini, ia saksikan dari barisan pelindung hukum panji kuning secara beruntun sudah empat puluh orang yang keluar barisan dari barisan tiga ruangan luar dalam pun ada tiga puluh orang lebih yang tinggalkan barisan.
Orang-orang itu bagaikan dicabut sukmanya oleh raja akhirat seonang demi seorang keluar barisan dengan sangat teratur dan mengikuti irama gembrengan yang bergema di angkasa, pandangan mereka lurus kedepan dan tak pernah celingukan kemana-mana, setelah tiba dihadapan Tiam cu istana neraka para jago itu berdiri tegak dengan muka serius dan penuh rasa hormat.
Sekarang Pek Siau-thian dapat memahami apa yang telah terjadi, urutan orang-orang itu tinggalkan barisan ternyata persis mengikuti urutan mereka bergabung kedalam perkumpulan Sin-kie-pang, mereka yang masuk perkumpulan Sin-kie-pang lebih dahulu sekarang tinggalkan barisan lebih dahulu, dan mereka yang akhir masuk perkumpulan seka rang tinggalkan pula perkumpulan pada urutan yang terakhir, semuanya disiplin dan sedikitpun tidak nampak kacau.
Menanti suara gembrengan itu sudah dibunyikan untuk kelima belas kalinya, watku itulah baru tak nampak ada manusia yang tinggalkan barisan, namun diantara jago-jago lihay yang masih tersisa dalam barisan pelindung hukum panji kuning perkumpulan Sin-kie-pang hanya tinggal dua puluh orang saja, bila berbicara tentang ilmu silat mereka, maka orang-orang itu hanya dapat dikatakan sebagai kelas dua belaka.
Rasa gusar, penasaran dan mendongkol yang berkecambuk dalam dada Pek Siau-thian sukar dilukiskan dengan kata-kata, dalam keadaan sedih bercampur malu mendadak ia rampas sebilah golok dari tangan seorang jago yang berada disisinya kemudian langsung digorokkan ke arah leher sendiri.
Kebetulan sekali Kho Hong-bwee berada d dekat suaminya, menyaksikan perbuatannya yang nekad itu, dia jadi amat terperanjat untuk menyelamatkan jiwanya terang sudah tidak sempat lagi perempuan itu segera menjerit keras, "Sau Tha!!!"
Tiba-tiba Hoa Thian-hong tertawa tergelak.
"Haaah.... haaah.... haaah.... Sau Tha artinya masih muda tapi segalanya sudah tahu. Nah! akhirnya toh engkau harus menelan kekalahan yang begitu pahit!"
Laksana kilat ia menerjang maju kedepan dan telapaknya langsung berkelebat merampas golok itu.
Rasa malu dan gusar berkecamuk dalam dada Pek Siau-thian, sepasang matanya tiba-tiba melotot besar dan dua titik darah kental mengalir keluar membasahi pipinya, dengan penuh kemarahan, ia mendelik ke arah Hoa Thian-hong dari sikapnya yang ganas seakan-akan ia hendak melancarkan terjangan.
Tiba-tiba Kho Hong-bwee membentak nyaring.
"Hoa Thian-hong engkau benar-benarr terlalu keji.
Merah padam selembar wajah Hoa Thian-hong, ia teringat kembali akan peristiwa dimana Pek Kun-gie secara nekad terjunkan diri kedalam jurang tak terasa lagi hatinya jadi lunak dan pemuda itu jatuhkan diri berlutut dihadapan Pek Siau-thian dan menjalankan satu kali penghormatan besar.
Meskipun bibirnya berkemak kemik namun tak sepatah katapun yang dapat diutarakan pemuda ini.
Pek Siau-thian menggertak giginya kencang-kencang perasaan hatinya sangat kalut dan serba salah, dalam keadaan seperti itu ia segera melengos ke arah lain.
Tiba-tiba satu jeritan yang lengking dan keras amat memekikkan telinga bergema diseluruh angkasa.
"Kaucu muncul dalam mimbar!"
Bersamaan dengan berkumandangnya seruan itu, semua anggota perkumpulan Kiu-im-kauw sama-sama bangkit berdiri dan menyingkir keke dua belah samping, sementara bocah perempuan berbaju warna-warni dan berkuncir panjang dibelakang tandu segera tampil ke depan dan menggulung horden dimuka tandu itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bara Maharani - Gu Long
ActionSerial Bara Maharani terdiri dari empat buku: 1. Bara Maharani 2. Tiga Maha Besar 3. Rahasia Hiolo Kemala 4. Neraka Hitam Sinopsis : Hoa Thian Hong menggunakan pedang baja berat macam Yo Ko, dan ilmunya naik setaraf demi setaraf, sampai dapat pencer...