Jilid 07
BELUM habis ia berkata, kemarahan ciu Hoa sudah tak terkendalikan lagi sambil tertawa seram katanya, "Heeehhh....heeeahh....heeehhh....engkau betul-betul punya mata tak berbiji, akan kongcu-ya cungkil dulu sepasang biji matamu sebelum membicarakan soal hukum negara...."
Secepat kilat lengan kanannya ditonjok ke muka, dengan ibu jari dan jari tengah yang ditekuk seperti kaitan, ia ancam sepasang mata Hoa In-liong.Sekalipun lengan kanannya itu bergerak tidak lambat pun tidak cepat, namun si anak muda itu mengerti bahwa perubahan dibalik serangan jari tangannya itu banyak. rumit dan tak terhingga, lagipula ganas dan keji, bagi jago persilatan pada umumnya, sulit untuk menghindarkan diri dari ancaman tersebut.
Namun bagi Hoa In-liong yang berilmu tinggi dan bernyali besar, rupanya ia sudah mempunyai perhitungan sendiri yang jauh lebih matang. Bukannya berkelit atau coba menangkis, dia malahan pura-pura berlagak tidak melihatnya sama sekali, menggubrispun tidak.
Lambat memang untuk diceritakan, namun cepatnya luar biasa, kejadian itu berlangsung, dalam sekejap mata serangan jari tangan dari Ciu-Hoa itu sudah berada di depan mata, disaat yang kritis itulah mendadak Cia in menjulurkan tangannya ke muka dan mendorong sikut Ciu Hoa sehingga tergeser ke samping.
"Ciu kongcu," omelnya dengan merdu, "apa-apaan kamu ini? Engkoh Pek Khi toh tidak menyalahi apa-apa terhadap dirimu...."
Dalam pada itu, In-ji si dayang telah masuk sambil membawa air teh, ia berkata pula, "Ciu kongcu, engkau datang kemari kan hendak mencari nona kami dan mencari kesenangan? Apa gunanya marah-marah kepada orang lain? silahkan duduk. biarlah In-ji suguhkan air teh untukmu."
Lengan ciu Hoa yang terhenti ditengah udara, saat itu baru ditarik kembali, dengan mata terbelalak dia awasi Cia In sekejap. kemudian ujarnya dengan suara berat, "Kau.... siapa kau? sebetulnya apa... apa pekerjaanmu?"
In-ji mengambil secawan air teh dan diletakkan dihadapannya, seperti heran seperti pula tak disengaja, ia berseru, "Ada apa? Masa kau tidak tahu...."
Untuk kesekian kalinya dengan hati mendongkol Ciu Hoa duduk kembali ke atas kursinya, lalu mendengus.
"Hmm Dalam mata yang jeli tak akan kemasukan pasir, sebenarnya apa kerja kalian? Hayo cepat jawab dengan terus terang"
Sementara itu In-ji sudah meletakkan secawan air teh pula dihadapan Hoa In-liong kemudian sahutnya sambil tertawa, "Peduli amat kemasukan pasir atau tidak. kami tak paham dengan kata-kata macam begituan, kami hanya tahu nona kami bernama Cia In. dengan nama sebutan In ci-ji, dia adalah Hong-koan-jin (pelacur paling top) yang tiada taranya dikota Kim-leng..."
"Budak sialan pingin mampus?" tiba-tiba Cia In berteriak dengan suara melengking, "memangnya lantaran engkau adalah Cing-koan-jin maka kau merasa bangga untuk menyiarkannya kepada umum."
Perlu diterangkan disini, baik Hong-koan-jin maupun cing-koan-jin adalah sebutan-sebutan khas bagi rumah pelacuran.
Yang dinamakan Hong-koan-ji adalah para pelacur yang sudah tidak perawan lagi, sebaliknya Cing-koan-jin adalah para pelacur yang masih perawan suci, tentu saja dengan adanya tingkatan kedudukan maka hargapun bermacam-macam, lagi kaum lelaki yang suka bermain pelacur, istilah seperti itu pasti akan diketahui dengan jelas.
Hoa In-liong masih muda dan lagi merupakan keturunan orang kenamaan, sekalipun dia romantis dan gemar main perempuan, lagipula tidak terikat oleh pelbagai peraturan, namun anak muda ini masih bersih, dalam arti kata belum pernah menginjakkan kakinya dirumah pelacuran untuk berbuat mesum.
Oleh karena itu, setelah mendengar ucapan tersebut ia jadi tercengang, heran dan merasa tidak habis mengerti, sepasang matanya dibelalakkan lebar-lebar, sebentar memandang kesini sebentar lagi memandang kesana, agaknya dia ingin mencari jawabannya diantara perubahan wajah Cia In dan In-ji.
Lain halnya dengan ciu Hoa, ia gemar bermain perempuan dasarnya memang berwatak cabul dan tengik, memetik bunga adalah pekerjaannya yang boleh dibilang rutin, dan selamanya tak pernah ambil perduli perempuan macam apakah lawan mainnya itu, otomatis diapun mengetahui jelas tentang segala macam istilah yang berlaku dikalangan rumah pelacuran.
Tak heran kalau matanya terbelalak besar sehabis mendengar ucapan tersebut, ditatapnya wajah Cia In dengan rasa heran, agaknya ia masih kurang percaya dengan pengakuan itu.
Tampak In-ji meleletkan lidahnya serta menunjukkan mata setan, lalu berkata, "Yaa.. benar, nona maafkan akulah yang salah bicara, nona kami adalah Hong-ji (orang yang top) dari kota Kim-leng, bukan Hong-koan-ji."
"Masa diulangi lagi?" bentak Cia In.
"Hiiihh..... hiiiiihhhh...... hiiiihhh..... ampun nona yang baik, aku bicara lagi Aku tak akan bicara lagi...." cepat In-ji menambahkan sambil tertawa cekikikan.
Ia lantas berpaling, kepada Ciu Hoa ujarnya, "Kongcu-ya, minumlah air tehmu, kenapa masih melongo- longo?"
Ciu Hoa tersentak bangun dari lamunannya, ia lantas berseru dengan suara dingin, "Hmm Keanehan dari peristiwa yang menimpa diriku tentu asalnya dari kalian berdua. Ketahuilah, kongcu mu bukan manusia sembarangan, kalian tak usah berlagak pilon dan ingin mengelabuhi diriku lagi. Hayo bicara, sebenarnya permainan busuk apakah yang telah kalian lakukan sehingga membuat kongcu mu tertidur pulas?" Cia In mencibirkan bibirnya, sepasang alis matanya berkenyit.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bara Maharani - Gu Long
ActionSerial Bara Maharani terdiri dari empat buku: 1. Bara Maharani 2. Tiga Maha Besar 3. Rahasia Hiolo Kemala 4. Neraka Hitam Sinopsis : Hoa Thian Hong menggunakan pedang baja berat macam Yo Ko, dan ilmunya naik setaraf demi setaraf, sampai dapat pencer...