Jilid 15 : Siasat Kiu-im Kaucu

2.2K 35 1
                                    

HOA THIAN-HONG sangat terharu hingga air mata tanpa terasa jatuh berlinang membasahi pipinya.

Sebelum bertemu, aku sama sekali tidak saling mengenal dengan kalian, tapi karena urusanku Ko toako mu telah bersusah payah berangkat ke kota Cho ciu uatuk memberi kabar, bila bertemu nanti aku pasti akan mengucapkan banyak terima kasih kepadanya.

Belum habis Hoa Thian-hong bicara kembali Siau Ngo-ji menukas, "Kami sudah lama bersahabat dan berkenalan dengan Ko toako urusan ini toh kecil sekali, kenapa Hoa toako musti berterima kasih"

Ia berhenti sebentar, kemudian sambil tertawa haha hihi sambungnya lebih jauh, "Hiiih.... hiiih.... hhiiih.... apakah Hoa toako segera akan berangkat ke kota Cho ciu

"Apa yang diucapkan Ko toako mu memang tak sala, ibuku dalam keadaan bahaya karenanya aku harus segera berangkat kesana"

"Bagaimana kalau aku temani Hoa toako tanya Siau Ngo-ji sambil mengerdipkan matanya.

Hoa Thian-hong jadi serba salah, dalam hati ia merasa keberatan karenanya pemuda itupun berkata, "Dunia persilatan sangat berbahaya dan banyak sekali tipu muslihat yang bisa menjerumuskan orang kelembah kehancuran, saudara cilik engkau masih muda dan lagi orang tuamu masih ada"

"Oooh! sudah tak ada lagi aku sudah tak punya orang tua" tukas Siau Ngo-ji sambil goyangkan tangannya berulang kali, "aku hidup sebatang kara tak punya sanak tak punya keluarga, dunia persilatan adalah rumahku dan aku hidup di antara siksaan serta penderitaan karena itu aku tidak takut mara bahaya, kalau aku takut menghadapi kenyataan mungkin sejak dulu aku mati kelaparan....!"

Hoa Thian-hong jadi amat terharu dan tak tega untuk menampik keinginannya dan lagi ia merasa sayang kalau bocah cerdik itu harus hidup bergelandangan tanpa masa depan yang cerah.

Setelah berpikir sebentar, pemuda itupun mengangguk, kepada Haputule pesannya, "Saudaraku, untuk sementara waktu tinggallah dulu dikota Lok yang untuk mengurusi layon dari suhu serta kedua orang kakak seperguruanmu, aku akan menyambut kedatangan ibukmu, disamping berusaha keras untuk menangkap Pia Leng-cu"

"Selesai mengebumikan jenasah dari suhu, aku akan segera menyusul Hoa toako ke kota Cho ciu!" sahut Haputule dengan sedih.

"Baik! musuh amat licik dan kejam, saudaraku! engkau harap selalu waspada dan bertindak seksama"

Setelah mengangguk kepada dua orang pengemis lainnya, sambil menggempit Siau Ngo-ji dibawah ketiaknya berangkatlah pemuda itu menuju ke kota Cho ciu.

Hoa Thian-hong sangat menguatirkan keselamatan ibunya, perjalanan dilakukan cepat sekali ibarataya sambaran petir yang membelah di angkasa, ketika senja menjelang tiba mereka telah sampai diluar kota Tha sian shia....

Tiba-tiba Siau Ngo-ji berteriak keras, "Hoa toako, mari kita beristirahat sebentar, turunkan aku!"

Hoa Thian-hong berhenti berlari dan t runkan Siau Ngo-ji keatas tanah, tanyanya, "Saudara cilik, engkau lelah?"

Siau Ngo-ji menghembuskan napas panjang-panjang.

"Lelah sih tidak, cuma aku tak dapat bernapas, dadaku lama kelamaan jadi sesak!"

Buru-buru Hoa Thian-hong atur pernapasan sebentar untuk pulih kembali tenaganya, kemudian katanya, "Kalau dihitung menurut jadwal perjalanan, mungkin pada malam ini ibuku menginap semalam dikota ini, bila sepanjang perjalanan tak ada halangan atau rintangan maka seharusnya saat ini sudah berada dikota ini, ayoh kita masuk kedalam kota untuk mencari jejak mereka!"

"Toako tak usah terburu nafsu" hibur Siau Ngo-ji, "aku sudah mendapat kabar yang mengatakan bahwa sepanjang perjalanan bibi tidak memperoleh rintangan apa-apa sekarang mungkin beliau sudah tiba ditempat tujuan dengan selamat!"

Bara Maharani - Gu LongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang