"CICI, kau tidak tahu bahwa nona Chin dengan mempertaruhkan jiwanya telah menyelamatkan diriku dari mara bahaya, namun hal ini masih tidak penting...."
"Lalu apa yang paling penting?"
"Kedatangan siauwte ke dalam dunia persilatan kali ini tujuannya bukan tain adalah melaksanakan perintah dari ibuku untuk menyelamatkan jiwa keluarga Chin," kata Hoa Thian-hong dengan wajah serius. "Bila menolong orang tidak menolong sampai pada dasarnya, darimana siauwte punya maka untuk berjumpa lagi dengan ibuku?"
"Saudaraku, apa yang cici katakan kepadamu adalah perkataan yang sejujurnya!" seru Giok Teng Hujien sambil tertawa. "Tenaga gabungan kita berduapun belum tentu bisa menandingi kekuatan mereka bertiga, kenapa sih kau musti mencari kerugian yang ada di depan mata?"
Dengan perasaan berterima kasih Hoa Thian-hong anggukkan kepalanya. "Siauwte pun mengerti akan enteng beratnya persoalan, cuma peristiwa ini sudah berada di depan mata, masalah kita musti mengkeret dan takut untuk maju? Cici, harap kau duduk sejenak disini, siauwte akan pergi sebentar saja kesitu dan segera kembali."
Giok Teng Hujien tertawa mengikik. "Manusia tolol, setelah kesitu kau takkan bisa kembali lagi!"
Ia menghela napas panjang, bangkit berdiri dan berlalu bersama-sama dirinya.
Sambil tertawa ia melanjutkan, "Aaaii.... akupun tak tahu kenapa bisa begitu menurut dengan dirimu...."
"Kenapa?"
"Kalau tidak mengerti, lebih baik jangan bertanya!"
Rumah makan Cie Eng Loo adalah rumah makan paling besar pada waktu itu, di tengah rumah makan itu terdapat sebidang tanah lapang yang diberi nama 'Yan-Boe-Peng' atau lapangan demonstrasi silat, luasnya dua puluh tombak persegi dengan alas batu hijau yang atos, sekeliling tempat itu dilapisi oleh dinding tembok terbuat dari batu granit, disitulah tempat yang biasanya digunakan untuk beradu silat.
Diluar pagar merupakan sebuah serambi yang berliuk-liuk, dimana biasanya para penonton menikmati jalannya pertarungan sambil minum arak. Di samping serambi tadi terdapat pula garuda dan bangunan loteng sejumlah dua puluh buah.
Pemilik dari rumah makan inipun seorang jago silat dari kalangan Bulim, tapi tidak tergabung dalam perkumpulan Sin-kie-pang, Hong-im-hwie maupun Thong-thian-kauw.
Dalam rumah makan tadi terdapat satu peraturan yang unik, yaitu bilamana tidak terdesak oleh keadaan selamanya tidak memberi kesempatan bagi para jago dari ketiga perkumpulan itu untuk saling berjumpa muka di tempat itu, tindakan ini dimaksudkan agar bisa mengurangi bentrokan phisik yang tidak perlu.
Setibanya di tempat luar, Hoa Thian-hong segera celingukan kesana kemari namun bayangan tubuh Cu Goan-khek sekalian tak ditemukan juga.
Melihat tingkah laku si anak muda itu, Giok Teng Hujien segera tertawa. Kepada pengurus yang bertugas di serambi bawah tegurnya, "Eeei, Cu Tang-kee berada dimana?"
"Hamba segera akan membawa jalan!" buru-buru pengurus itu berseru sambil bongkok bongkokkan badannya.
oooOcoo
DENGAN mengikuti di belakang pengurus tadi, kedua orang itu secara beruntun telah melewati beberapa lapis serambi yang berbelok kesana kemari, akhirnya sampailah di sebuah beranda tepat berhadapan dengan lapangan 'Yan-Boe-Peng'.
Tampaklah sebuah meja perjamuan telah dipersiapkan, Cu Goan-khek duduk di kursi utara sedang dua orang kurus kering yang nampaknya menyerupai sepasang saudara kembar itu duduk di kedua belah sisinya. sedang Chin Giok-liong dengan badan kaku bagaikan patung duduk di hadapan mereka.
Tiba-tiba Cu Goan-khek angkat kepalanya, ketika ia jumpai Giok Teng Hujien mendampingi seorang pemuda berwajah tampan berjalan menghampiri dirinya, air muka orang itu seketika berubah hebat diikuti wajahnya yang berbentuk persegi segera terlapis oleh nafsu membunuh yang menyeramkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bara Maharani - Gu Long
ActionSerial Bara Maharani terdiri dari empat buku: 1. Bara Maharani 2. Tiga Maha Besar 3. Rahasia Hiolo Kemala 4. Neraka Hitam Sinopsis : Hoa Thian Hong menggunakan pedang baja berat macam Yo Ko, dan ilmunya naik setaraf demi setaraf, sampai dapat pencer...