Jilid 18 : Siapa lebih dulu mencintai Hoa Thian Hong

2K 31 0
                                    

DENGAN langkah yang lemah gemulai, Giok Teng Hujin berjalan mendekati meja perjamuan, setelah duduk ia tuding ke arah sepasang lilin tesebut dan berkata seraya tertawa, "Malam ini aku menikah untuk pertama kalinya, kau kawin untuk kedua kalinya, biar Che giok jadi mak comblang, Soat-ji jadi saksi, kita mengikat diri jadi suami istri"

"Aah.... cici, janganlah bergurau terus!" seru Hoa Thian-hong sambil duduk pula didepan meja perjamuan, "saat ini kepandaian silat ibuku telah punah, beliau berada dalam keadaan bahaya"

"Tak usah kuatir! tukas Giok Teng Hujin dengan cepat, selama ada toa nio cu yang melindungi, tanggung keselamatannya terjamin!"

Hoa Thiao Hong tertawa getir.

"Pekerjaan yang merepotkan terlalu banyak, baiklah siaute akan temani cici untuk minum beberapa cawan arak sebelum pergi, besok aku pasti akan datang menyambangi diri cici lagi, cici tak usah kuatir, aku pasti tidak akan bohong!"

Giok teng bujin tertawa, menanti Pui Che-giok sudah menuangkan arak bagi mereka, ia baru tunjuk cawan kaca kecil itu dan berkata, "Cawan itu adalah arak pengikat perkawinan nanti saja baru kita minum."

Hoa Thian-hong tertawa tergelak, ia lirik sekejap arak yang ada dihadapannya, setelah yakin kalau tiada campuran apapun didalamnya, ia lantas angkat cawan tersebut sambil berkata, "Kalau begitu, biarlah siaute yang menghormati cici dengan secawan arak!"

"Aduuh.... sungkan-sungkan segala, emangnya sama tamu agung?" omel Giok Teng Hujin dengan alis berkenyit.

Hoa Thian-hong dibikin serba salah, untuk menutupi kejengahan sendiri ia teguk habis isi cawan tersebut, kemudian serunya, "Che giok, penuhi cawanku dengan arak baru!"

"Tidak takut arak itu kucampuri racun?" seru Giok Teng Hujin lagi.

Hoa Thian-hong tertawa.

"Aku percaya penuh pada cici!"

Giok Teng Hujin melirik genit ke arah pemuda itu, tiba-tiba ia letakkan cawan kaca kecil itu dihadapan Hoa Thian-hong, kemudian ujarnya, "Istrimu adalah seorang ahli menggunakan racun, rupanya sudah banyak kepandaian khususnya yang kau pelajari ya? Sekarang coba periksa dulu, bagaimana dengan arak ini?"

Hoa Thian-hong melirik sekejap ke arah arak dalam cawan kaca kecil itu, ia lihat cairan tersebut berwarna putih bersih seperti susu, baunya amat merangsang dan wangi sekali, sukar untuk diketahui mengandung racun atau tidak.

"Bagaimana? ada racunnya tidak?" seru Giok Teng Hujin lagi.

"Tidak ada!" sahut Hoa Thian-hong sambil tertawa pula.

Giok teng bujin tertawa cekikikan, sambil menuding wajah pemuda itu katanya, "Anggaplah engkau memang sisetan cilik yang pintar, kalau ada racunnya masa digunakan sebagai arak pengikat perkawinan?"

Sesudah berhenti sebentar, sambungnya lagi.

Berani diminum tidak?

"Tidak berani!" kembali Hoa Thian-hong menggeleng sambil tertawa tergelak.

Dengan gemas Giok Teng Hujin melotot sekejap ke arah pemuda itu.

Terus terang kukatakan kepadamu, isi cawan itu juga arak namanya Seng sian mi atau madu pembuat dewa jadi mendusin, sekalipun dewa atau malaikat yang minum mereka juga akan dibikin mabuk selama tiga hari tiga malam.

Mendengar perkataan itu, Hoa Thian-hong mengbela napas panjang, ujarnya dengan gegetun, "Siaute pun bersedia untuk mabuk selama tiga hari tiga malam, sayang ibuku cacad dan tak ada yang melindungi, sebagai seorang putra aku tak bisa melepaskan tanggung jawab ini, kalau tidak aku ingin benar minum secawan arak itu agar bisa tidur nyenyak selama tiga hari."

Bara Maharani - Gu LongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang