Jilid 10 : Kecintaan Chin Wan Hong

2.7K 37 1
                                    

KIOE-TOK SIAN-CIE yang duduk di tepi pembaringan dengan cepat bertindak dan menekan tubuhnya balik ke atas pembaring an, tetapi si anak muda itu meronta terus dengan hebatnya, rintihan kesakitan berkumandang memecahkan kesunyian, wajahnya nampak begitu menderita dan tersiksa.

Chin Wan Hong Iah yang paling kuatir diantara beberapa orang itu, wajahnya berubah jadi pucat pias bagaikan mayat, giginya saling beradu gemerutukan, air mata bagai kan layang-layang putus mengucur keluar tak terbendung.

Rupanya Hoa Thian-hong merasa amat tersiksa sekali pada waktu itu, badannya bergulingan kesana kemari tiada hentinya. rintihan kesakitan berkumandang tiada putusnya, andaikata Kioe Tok Sian Cie sekalian tidak berada disitu untuk menahan tubuhnya, beberapa kali ia tentu sudah menggelinding jatuh ke atas lantai.

Lama kelamaan Chin Wan Hong jadi tidak tega sendiri, dengan air mata bercucuran ujarnya, "Suhu, totoklah jalan darahnya.,..."
"Nah, akupun tidak tahu apa yang harus kulakukan pada saat ini "sahut Kioe Tok Sian-Cie dengan alis berkerut dan wajah serius. "Aku rasa lebih baik kita menanti beberapa saat lagi!"
Hoa Thian-hong merintih terus tiada hentinya. seluruh pakaian yang dikenakan telah basah kuyup oleh air keringat, keadaannya mengenaskan sekali hingga menyerupai keadaannya ketika menelan Teratai Racun Empedu api.

Keadaan seperti itu berlangsung terus hingga setengah jam lamanya. akhirnya perlahan-lahan keadaannya telah tenang kembali.
Kioe Tok Sian Cie adalah seorang tokoh sakti dari suatu aliran perguruan silat walaupun begitu jidatnya saat itu sudah basah oleh keringat yang mengucur keluar tiada hentinya, sambil memegang urat nadi Hoa Thian-hong ia melakukan pemeriksaan yang seksama.
Mendadak dirasakannya denyutan jantung pemuda itu kian lama kian tambah kencang gejala itu mirip sekali dengan keadaan seseorang yang baru saja sembuh dari sakit. tanpa terasa ia menghembuskan napas pan-jang dan ujarnya kepada Lie Hoa Siancu, "Coba kau periksalah warna darah dari Siauw Long!"

Buru-buru Lie Hoa Siancu mengambil sebatang jarum emas dan menusuk jari tengah Hoa Thian-hong hingga berlubang, tampaklah cairan darah yang merah segar mengalir keluar dari ujung jarinya yang terluka, darah itu segar dan tidak jauh berbeda dengan darah orang biasa.

Menyaksikan hal itu, dengan hati penuh kegirangan Lie Hoa segera berteriak keras, "Suhu, usaha kita sukses besar!"
Siapa tahu di atas wajah Kioe Tok Sian Cie sama sekali tidak nampak tanda-tanda kegirangan, malahan sambil tertawa getir ujarnya, "Racun teratai yang terkandung di dalam tubuhnya belum punah sama sekali sebaliknya telah menggumpal jadi satu dan tenggelam di dasar Tan-Thian (Pusar), bagaimanakah akibat selanjutnya sulit bagiku untuk menerangkannya pada saat ini."
"Benarkah ada kejadian semacam itu?" seru Lan Lan dengan alis berkerut dan nada tercengang.

Cepat-cepat ia memayang bangun tubuh Hoa Thian-hong dan mencekal urat nadinya un-tuk diperiksa dengan lebih seksama!
Kioe Tok Sian cie gelengkan kepalanya dan bangun berdiri, kepada Lan Coei Siancu pesannya.
"Baik-baik1ah merawat dirinya, bila ada perubahan cepat memberi laporan kepadaku!"
Selesai berkata ia segera putar badan dan keluar dari kamar.

Semua orang yang telah berjaga2 selama satu malam suntuk pada saat itupun merasa lelah dan penat, maka semua orangpun berpamitan untuk pergi beristirahat kecuali Lan Koei yang membantu Chin Wan Hong merawat si anak muda itu.
Penyelidikan Kioe Tok Sian Cie di dalam hal obat2an memang lihay sekali, terutama bermacam ragamnya bahan obat2an yang di tanam di sekitar tempat itu, setelah dirawat dengan seksama pada malam itu juga Hoa Thian-hong telah dapat membuka matanya.

Chin Wan Hong jadi kegirangan setelah mati, sementara sekelompok kakek seperguruannya yang telah berjerih payah selama dua bulan lebih, ketika melihat Hoa Thian-hong ada harapan untuk sembuh, merekapun ikut merasa berlega hati.

Tiga ekor harimau dari keluarga Tiong yang mendapat kabar itu buru-buru masuk ke dalam gua untuk menengok, setelah itu mere ka berlutut dihadapan Kioe Tok Sian cie untuk menyatakan rasa terima kasihnya yang tak terhingga.
Siapa tahu tengah hari keesokan harinya, racun yang mengeram di dalam tubuh Hoa Thian-hong kambuh kembali, ia merintih dan bergulingan di atas pembaringan dengan penuh penderitaan.

Bara Maharani - Gu LongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang