Rahasia Hiolo Kumala Jilid 26-30

4.3K 39 0
                                    

Jilid 26

"ADA apa jiko?"

Hoa In-liong tersenyum, ia tidak menjawab pertanyaan tersebut, sebaliknya sambil memberi hormat kepada Bwe Su-yok katanya, "Sampai waktunya aku pasti akan datang memenuhi janji, silahkan Bwe kaucu berlalu lebih dulu"

Secara tiba-tiba ia merubah panggilannya dari "nona" jadi "kaucu, perubahan tersebut segera disambut Bwee Su-yok dengan perasaan yang bergetar keras, ia merasa seolah-olah kehilangan sesuatu hingga semangatnya secara terbang tinggalkan raga.

Untunglah perasaan semacam itu hanya berlangsung sebentar, pikiran yang bercabang dengan cepat dapat disatukan kembali.

"Baik, akan kutunggu kedatanganmu!" katanya kemudian.

Dia lantas putar badan dan berpaling kearah Coa Wi-wi.

"Engkau adalah adiknya Coa Con-gi? Siapakah namamu?" tegurnya.

Sudah dua kali mereka saling berjumpa, tapi ke dua kalinya Coa Wi-wi berdandan sebagai pria dengan nama samaran Cwan Wi, meski potongannya waktu itu perempuan bukan perempuan, laki bukan laki, ketika bertemu kembali untuk ke tiga kalinya, ia segera mengenalinya kembali dalam pandangan pertama.

Kendati begitu, ia tidak mengetahui nama Coa Wi-wi yang sebenarnya, dia hanya tahu namanya menggunakan huruf "Wi", sebab begitulah Hoa In-liong memanggil dirinya.

Coa Wi-wi tidak senang dengan sikapnya yang sombong, maka sahutnya pula dengan suara yang ketus, "Aku bernama Coa Wi-wi, ingat baik-baik namaku itu!"
Bwe Su-yok tidak banyak bicara lagi dia pun lantas berlalu dari situ, tampaklah ujung gunanya yang berwarna putih salju berkibar terhembus angin, sekilas pandangan seakan-akan lambat padahal cepatnya bukan kepalang, sekejap mata kemudian bayangan tubuhnya sudah lenyap dibalik puing-puing bangunan.

Sepeninggalnya gadis itu, Coi Wi-wi baru mengomel, "Jiko, kenapa kau bicarakan orang itu pergi dari sini"

Hoi In liong tertawa, apalagi gadis itu tampak lebih cantik dan mempesona hati dalam sikap cemberutnya ini, ia semakin terlena oleh kecantikan si nona yang jarang dijumpainya itu.
Sambil membelai rambutnya yang hitam putus, berkatalah anak muda itu dengan lembut, "Bwe Su-yok bukan anak kemarin sore, dia mempunyai perhitungan yang matang dalam setiap tindak tanduknya, memang kau anggap dia berani kerkunjung kemari...."

"Aaah....omong kosong, kecuali dia, kita kan tak melihat sesosok bayangan manusiapun?" bantah si nona.

Siapa tahu baru saja dia menyelesaikan kata-katanya, mendadak terdengar suara pekikan yang amat nyaring menggema diudara, menyusul kemudian suara pekikan lain berkumandang saling bersahutan, suara itu ada yang nyaring ada pula yang rendah dan berat, tapi yang pasti semua pekikan tersebut disertai pencaran tenaga dalam yang sempurna, jelas suara-suara itu berasal dari sekawanan jago silat yang amat tangguh.

"Bagaimana....?" goda Hoa In-liong tertawa.

Merah padam wajah Coa-Wi-wi karena jengah.

"Tidak aneh...." sahutnya tak mau kalah, "aku rasa Kiu im-kaucu juga hanya begitu-begitu saja, sekalipun semua anak buahnya di bawa serta aku juga tidak takut, paling-paling kuhajar mereka semua sampai kocar kacir...."

"Jangan takebur! Ketahuilah, semua jago yang tergabung dalam perkumpulan Kiu-im-kauw memiliki kepandaian silat yang amat tangguh, Bwee Su-yok sendiri merupakan seorang musuh yang kosen, apabila mereka sampai maju bersama, bagi kita soal mundur memang bukan persoalan, tapi kalau ingin cari keuntungan dari pertarungan itu....waah, sulit! Sulit! Benar-benar amat sulit, makanya.... adik Wi tak boleh memandang enteng pihak mereka"

Padahal alasan yang dikemukannya itu hanya merupakan alasan nomor dua, yang terpenting baginya adalah lantaran penyakit sayangnya terhadap gadis she Bwe itu.

Bara Maharani - Gu LongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang