Jilid 9 : Pedang Emas, kunci dari kitab pusaka

2.4K 32 2
                                    

Ciu It-bong hendak menerima obat itu dengan tangannya tiba-tiba satu ingatan berkelebat dalam benaknya, ia segera berpikir, "Gadis dari suku Biau ini nampaknya saja berparas muka cantik jelita padahal sekujur badannya penuh dengan racun, aku tak boleh sampai menyentuh setiap benda miliknya."

Berpikir sampai disitu, dengan suara dingin ia lantas berkata, "Aku hanya minta obat penawar dari Siang Tang Lay, kebaikan hati orang lain tidak sudi kuterima dengan begitu saja."

Mendengar perkataan itu, Lan-hoa siancu segera mengernyitkan sepasang alis matanya, ia berkata, "Aku sih tak mau tahu apakah yang dinamakan kitab Kiam keng, obat penawar hanya ada sebutir kalau kau tak sudi menerimanya aku akan berikan kepada orang lain agar engkau terpaksa musti tunduk dibawah perintah dan gertakannya!"

"Bagus....! bagus sekali....!" sambung Tong tiang kaucu sambil tertawa, "kalau memang begitu, harap nona serahkan obat pemunah tersebut kepada pinto!"

"Bagus! aku memang punya maksud untuk berbuat begitu"

Ciu It-bong jadi sangat terperanjat, ia segera membuka mulutnya dan mengisap ke tanah, obat penawar yang masih berada dalam genggaman Lan-hoa Siancu itu dengan cepat meluncur kedepan dan masuk kedalam perutnya.

Tapi, setelah obat itu masuk ke perut, ia baru teringat kembali bahwa perempuan dari suku Biau itu sangat beracun, andaikata pil itu mengandung racun yang jauh lebih keji, bukankah selembar jiwanya bakal mampus dengan lebih cepat?

Teringat akan mara bahaya yang mengancam jiwanya, jadi gugup dan gelagapan sendiri, paras mukanya berubah sangat hebat.

"Nona, kembali ketempat dudukmu!" tiba-tiba Hoa Hujin berseru kembali dengan suara lantang.

Hoa Hujin sama sekali tidak menunjukkan sikap marah tapi wibawanya besar sekali, kendatipun Biau-nia Sam-sian tiga dewi dari wilayah Biau termasuk manusia-manusia berwatak tinggi hati dan tak sudi tunduk kepada orang lain, namun mereka tak berani membangkang maksud hati perempuan berwajah agung itu.

Ketika mendengar namanya dipanggil, tanpa mengucapkan sepatah katapun Lan-hoa Siancu tergesa-gesa kembali ke baraknya.

Obat racun dari perguruan Kiu-tok Sianci memang tersohor akan kelihaiannya, namun seteleh menelan obat penawar itu,racun tersebut pun menyurut dengan cepatnya.

Setelah Ciu It-bong menelan obat penawar tadi, beberapa saat kemudian racun keji yang bersarang dalam tubuhnya telah lenyap tak berbekas, diam-diam ia bersyukur karena hal itu.

Setelah meletakkan kotak emas tadi didepan tubuhnya, dengan suara lantang kakek cacad ini berseru, "Siang loo te, sebenarnya bagaimana sih caranya untuk membuka kotak emas ini?"

"Oooh....! baru saja engkau menyebut aku sebagai Looji atau tua bangka, sekarang engkau telah menyebut aku dengan panggilan Loo te, dingin panasnya perasaan manusia selalu memang begitu, aaai....! apa tidak membuat hati orang jadi bergidik?"

Ciu It-bong tertawa terbahak-bahak....Haahhh.... haahh.... haahhh.... itulah yang dinamakan harga barang pagi dan malam jauh berbeda, sudah! engkau tak usah banyak bicara lagi cepatlah kita bicarakan persoalan pokok!"

Siang Tang Lay tersenyum, paras mukanya berubah jadi serius dan serunya, "Dalam kotak emas itu sama sekali tidak terdapat alat rahasia apa-apa, benda itu merupakan satu kesatuan yang bulat dan tiada cara untuk membukanya!"

"Kentut busuk!" tukas Ciu It-bong dengan mendongkol, "kalau benda itu merupakan satu kesatuan yang bulat, bagaimana caranya kitab Kiam keng itu bisa menerobos masuk kedalamnya?"

Bukannya gusar Siang Tang Lay malah tertawa.

"Benda ini merupakan hasil karya dari seorang cendekiawan pada jaman dahulu kala, sudah tentu aku sendiripun tidak tahu bagaimana caranya kitab tersebut bisa masuk ke dalam kotak tersebut!!"

Bara Maharani - Gu LongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang