Jilid 20 : Mencari Giok Teng Hujien

2.3K 33 0
                                    

Hoa Thian-hong tertawa dingin. "Heeeh... heheh, baiklah, memandang di atas ucapanmu barusan kau boleh segera melancarkan serangan, bila jiwamu sudah terancam mara bahaya nanti. Aku orang she-Hoa bisa melaksanakan kebijaksanaan mendiang ayahku untuk memberi satu jalan kehidupan bagimu."

Yan-san It-koay seketika itu juga naik pitam, satelah mendengar perkataan itu dia tertawa seram, dia menerjang maju kemuka, telapaknya diayun mengirim satu pukulan dahsyat ke depan.

Terdengar Hoa In membentak keras, tubuhnya bergerak maju ke depan, telapaknya berputar dan mencegah datangnya ancaman tersebut.

Gerakan tubuh kedua orang itu sama-sama enteng dan cepat laksana sambaran petir, sebaliknya gerakan dari Hoa Thian-hong tetap tenang dan mantap, tampak kaki kirinya melangkah ke samping dan bergeser ke sisi sebelah kiri manusia aneh dari gunung Yan-san itu, pedang bajanya membabat datar dan......

Sreeet! dia bacok pinggang tawan.

Terkesiap hati Yan-san It-koay menyaksikan kejadian itu, dia bukan kaget karena ilmu silat yang dimiliki Hoa Thian-hong amat lihay, juga bukan karena tenaga dalamnya yang menggetarkan hati di ujung pedang itu, melainkan caranya dia membacok yang memakai gerakan begitu sederhana serta lama sekali terbuka itu.

Haruslah diketahui enam belas jurus ilmu pedang yang diwariskan kepada si anak muda itu merupakan hasil ciptaan dari Hoa Goan-siu dengan dasar seluruh kepandaian silat yang pernah dipelajarinya sepanjang hidup perubahan yang terselip dibalik gerakan-gerakan sederhana itu demikian sulit dan kaburnya, Sehingga Hoa Thian-hong sendiripun tak mampu mengartikannya keluar.

Tetapi berhubung ilmu pedang itu dilatih setiap hari dan bertahun-tahun lamanya, maka mengikuti perkembangan tenaga dalam yang berhasil dia yakin, inti sari dari ilmu pedang itupun terbentuk dengan sendirinya mengikuti semakin sempurna dia mainkan jurus-jurus tersebut, sepintas lalu kelihatan jurus serangan itu sama sekali tak berubah namun perubahan sakti yang menyertainya ternyata jauh berbeda.

Yan-san It-koay adalah seorang jago kawakan yang sangat berpengalaman, dari gerakan jurus pedang baja itu dia sadar bahwa serangan itu sulit dipunahkan dengan mudah. Sebetulnya dia hendak menggunakan cara keras lawan keras untuk memaksa Hoa Thian-hong tarik kembali serangannya guna melindungi keselamatan sendiri, tetapi Hoa In adalah musuh tangguh yang membutuhkan delapan bagian tenaga dalamnya untuk dihadapi, kalau tidak dia akan didahului oleh lawannya dan terdesak dibawah angin.

Dalam keadaan apa boleh buat terpaksa dia gunakan serakan tubuh yang cepat hingga sukar diikuti dengan pandangan mata untuk bergeser keluar dan gencatan serangan gabungan kedua orang itu, dalam gugupnya jari tangan laksana tombak langsung menyodok iga kiri si anak muda itu.

Sejak meninggalkan markas besar perkumpulan Sin-kie-pang, Hoa Thian-hong selalu melayani musuh-musuhnya dengan serangan tangan kiri, latihannya yang tekun selama dua tahun membuat jurus 'Kun-siu-ci-tauw' tersebut berhasil dilatih hingga matang benar-benar, bukan saja gerakannya semakin leluasa bahkan tekanan yang dilancarkanpun jauh lebih hebat. Setiap kali ada musuh menyerang dari sebelah kiri, secara otomatis telapak kirinya bergerak untuk menyambut datangnya ancaman itu.

Baru saja totokan jari Yan-san It-koay meluncur ke depan, tiba-tiba Hoa Thian-hong mengayunkan telapaknya pula untuk membendung datangnya ancaman itu.

Serangan yang dilancarkan pada saat yang bersama ini nampaknya akan mengakibatkan kedua belah pihak sama-sama menderita luka parah. pada saat yang kritis itulah buru-buru manusia aneh dari gunung Yan-san itu tarik mundur tubuhnya ke belakang sambil menarik dada kesamping, pikirnya dalam hati, "Keparat cilik! Kau benar-benar merupakan suatu ancaman yang amat berbahaya"

Dalam hati berpikir demikian, diluar segera teriaknya, "Bocah cilik, kau memang cerdik!"

Semua peristiwa itu berlangsung dalam sekejap mata, baru saja tubuh mereka bertiga mengumpul jadi satu segera berpisah kembali ke arah belakang, deru angin pukulan yang santar menderu-deru dan memenuhi seluruh angkasa.

Bara Maharani - Gu LongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang