Jilid 11 : Cu-bu-kok berubah jadi kuburan massal

2K 28 0
                                    

BILA berbicara tentang ilmu silat, di antara laskar panji kuning dari perkumpulan Sin-kie-pang itu banyak diantaranya yang memiliki ilmu silat jauh diatas tiga dewi dari wilayah Biau, tentang hal ini Biau-nia Sam-sian sendiripun mengetahui, jika mereka menerobos masuk kedalam arena berarti mereka harus menempuh mara bahaya.

Tetapi kepandaian racun dari wilayah Biau sudah amat tersohor di kolong langit, sedikit banyak para jago dari perkumpulan Sin kie nang sudah menaruh rasa segan terhadap ketiga orang gadis itu, karenanya ketika tiga orang gadis itu berkelebat lewat, semua ang gota perkumpulan Sin-kie-pang sama-sama menutup pernapasan sambil bergeser kesamping, pukukan gencar dilepaskan keudara kosong.

Setelah Lan-hoa Siancu melayang diudara, ia lihat dibawahnya penuh dengan manusia dari perkumpulan Sin-kie-pang hingga sukar untuk mencari tempat untuk berpijak, dalam keadaan apa boleh buat terpaksa ia membentak keras, "Kalau kalian masih ingin hidup, ayoh cepat menyingkir dari situ....!"

Ilmu melepaskan racun dari Kiu-tok Sianci memang luar biasa sekali, Biau-nia Sam-sian telah mendapat warisan langsung dari gurunya, kemampuan mereka untuk membunuh orang benar-benar luar biasa sekali.

Baru saja tiga orang itu melayang turun ke atas permukaan, tujuh delapan orang telah roboh tak sadarkan diri diatas tanah, dalam sekejap mata para korban mengeluarkan buih putih dari mulutnya, ada pula yang mukanya berubah jadi hitam, ada yang merintih sambil berguling, ada pula yang berkelejit seperti sekarat, hal ini membuat para jago dari perkumpulan Sin kie Pong jadi ketakutan dan sama-sama menghindarkan diri.

Tetapi setelah orang-orang itu mengundurkan diri sejauh beberapa tombak, mereka segera lancarkan pukulan kembali ke arah lawannya, angin pukulan yang maha dahsyat menggulung tiba dari empat penjuru, hal ini memaksa tiga dewi dari wilayah Biau tak mampu berdiri terlalu lama dan terpaksa melayang kembali ketengah udara.

Pertempuran berdarah ini berlangsung dari malam sampai pagi dan dari pagi sampai malam, banyak korban telah berjatuhan darah berceceran diseluruh permukaan tanah.

Sisa laskar dari perkumpulan Hong-im-hwie yang masih hidup bisa dihitung dengan jari, laskar dari perkumpulan Thong-thian-kauw pun makin surut dan lemah hingga akhirnya tinggal beberapa gelintir.

Han Leng cu serta Liong-bun Siang-sat sekalian kehilangan semangat bertempur, namun dibawah desakan dan teteran Hoa Hujin sekalian, terpaksa mereka harus melakukan perlawanan dengan sepenuh tenaga.

Lembah Cu-bu-kok telah berubah jadi kuburan massal, mayat yang bergelimpangan diatas permukaan hancur tak menjadi rupa apalagi setelah di injak-injak oleh para laskar yang masih saling baku hantam, keringat bercampur darah membasahi pakaian para jago yang masih bertempur, keadaan mereka mengenaskan sekali....

Situasi dalam gelanggang pertarungan kembali mengalami perubahan, dari kelompok pendekar yang masih tetap bertahan tinggal Hoa Hujin, Tio Sam-koh, Cu Im taysu, Chin Pek Lian, Ciu Thian-hau dari gunung Huang-san serta dewa yang suka melancong Cu Thong, enam orang selain itu masih ada lagi Biau-nia Sam-sian serta sisa tiga orang murid Siang Tang Lay yang masih hidup.

Sedang yang lain kebanyakan sudah roboh terkapir diatas genangan darah, ada yang luka parah dan ada pula yang telah menemui ajalnya

Ditengah sengitnya pertempuran suara terompet kembali bergema di angkasa, mendengar tanda rahasia, Cukat racun Yau Sut sekalian segera membentak keras dan menggerakkan senjata mereka tidak ambil perduli apakah lawannya dari pihak Thong-thian-kauw, Hong-im-hwie atau kaum pendekar, setiap orang diserang dan dibunuh secara kalap.

Perubahan yang berlangsung secara mendadak dan sama sekali diluar dugaan ini sangat mengejutkan dan menggusarkan hati para laskar dari perkumpulan Thong-thian-kauw serta Ho Im Hwee, mereka jadi kelabakan, gelagapan dan tak tahu apa yang musti dilakukan.

Bara Maharani - Gu LongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang