Jilid 36
"HAAAHHH....HAAHHH....HAAHHH.... aku lihat ilmu silat yang dimiliki suheng-suhengmu masih terpaut jauh bila dibandingkan ke pandaian nona, nona saja sudah berbelas kasihan kepadaku, apalagi subeng-suhengmu itu....Huuh, memangnya mereka bisa apakan diriku"
"Hei, siapa yang berbelas kasihan kepadamu?" teriak si nona dengan marah, merah jengah selembar pipinya.
"Haaahhh....haaahhh....haaahhh....betul-betul memang bukan berbelas kasihan, tapi nona kan sudah mengalah kepadaku bukan?"
Si nona baju putih itu tertunduk ketus, dia membungkam dalam seribu bahasa.
Diam diam Hoa In-liong coba putar otak serta menganalisa semua keadaan yang dihadapinya, ia merasa peristiwa pembunuhan atas diri Suma Tiang-cing dan asal usul ketua Hian-beng-kauw hanya bisa diketahui dari mulut sinona berbaju putih ini, sudah barang tentu ia tak sudi melepaskan mangsanya dengan begitu saja.
Sekalipun ia pingin cepat-cepat mengetahui keadaan sebenarnya, Hoa In-liong pantang memaksa dengan kekerasan, ia tak tega berbuat begini terhadap seorang nona cantik seperti gadis berbaju putih ini.
Tentu saja diapun sadar bahwa gadis itu terlampau keras kepala, biasanya orarg yang keras kepala pantang diajak bekerja sama, namun Hoa In-liong tidak putus asa, dia adalah seorang pemuda yang cerdik dan cekatan, tiada persoalan di dunia ini yang bisa menyulitkan dirinya.
Hanya sebentar saja dia termenung, sebuah akal bagus telah didapatkan, bibirnya lantas bergetar hendak melaksanakan siasatnya itu.
Namun sebelum rencananya itu terlaksana, mendadak dari tempat kejauhan terdengar seseorang berteriak keras, "Hei....anak liong!"
Hoa In-liong tertegun, pikirnya, "Heran, siapa yang lagi memanggilku?"
Lantaran keheranan maka diapun berpaling.
Sang surya sudah tenggelam di langit barat, pelangi yang indah menghiasi cakrawala dunia, pemandangan ketika itu sangat indah dan mempesona.
Diantara pantulan sinar kelabu ditengah senja tampaklah beberapa sosok bayangan manusia berlarian datang dari tempat kejauhan.
Tenaga dalam yang dimiliki Hoa In-liong sekarang cukup sempurna, meskipun suasana telah berubah menjadi remang-remang, namun cukup dalam sekilas pandangan ia telah melihat bahwa orang-orang tersebut adalah tiga orang gadis berdandan suku Biau.
Ketika itu, si nona baju putih ikut pula menengadah, tapi ia tidak melihat dengan jelas siapa pendatang tersebut.
Tiba-tiba ia menyaksikan Hoa In-liong melonjak kegirangan, kemudian kedengaran pemuda itu bersorak sorai, "Hei Toa kokoh, ji kokoh, sam kokoh kenapa kalian muncul semua di daratan Tionggoan?"
Ketika mendengar teriakan tersebut bagaikan anak panah yang terlepas dari busurnya, ketiga orang itu bergerak menghampiri ke arahnya.
Ketika sianak muda itu berdiri membelakangi, diam-diam sinona baju putih berpikir, "Bila kumanfaatkan kesempatan yang baik ini dengan melancarkan serangan maut, aku yakin jurus Teng liong kui ci (naga sakti sembilan menukik) cukup membuat dia koit, hmmm....konon kungfu yang dimiliki Hoa In-liong lihay sekali, aku tak boleh sembarangan bergerak, bisa bisa malah aku sendiri yang kena terhajar...."
Lantaran berpendapat demikian, maka rencana yang telah dipersiapkan segera dibatalkan kembali.
Dalam pada itu, beberapa sosok bayangan manusia tadi sudah makin mendekat, sekarang nona itu dapat menyaksikan dandanan mereka dengan amat jelasnya.
Ternyata pendatang tersebut adalah perempuan-perempuan suku Biau yang cantik jelita, mereka bertubuh setengeah telanjang, kaki dan tangannya yang putih mulus tertera nyata sekali, terutama bagian payudaranya yang setengah menongol keluar bikin hati orang bergairah saja rasaaya....
KAMU SEDANG MEMBACA
Bara Maharani - Gu Long
ActionSerial Bara Maharani terdiri dari empat buku: 1. Bara Maharani 2. Tiga Maha Besar 3. Rahasia Hiolo Kemala 4. Neraka Hitam Sinopsis : Hoa Thian Hong menggunakan pedang baja berat macam Yo Ko, dan ilmunya naik setaraf demi setaraf, sampai dapat pencer...