Sekali melompat tubuhnya sudah berada lima enam kaki tingginya ke udara, dengan cepat ia menyambar tali yang tergantung ke bawah, mengempit tubuh Cu Tong dengan tangan kiri dan mulai merambat naik ke atas.
Tanpa berpikir panjang lagi, Pek Soh gi segera menyusul dari belakangnya.
Ketika Biau nia sam sian melihat ada orang sudah mulai naik, tanpa berpikir panjang lagi mereka segera melompat ke atas, masing-masing dengan menyambar seutas tali mulai merambat pula naik ke atas.
Orang orang Hian beng kau, Kiu im kau serta Mo kau mengetahui bahwa mereka adalah keluarga dekat dari keluarga Hoa, apalagi Hoa In liong berada diatas, tak seorangpun diantara mereka yang berani turun tangan melakukan sergapan.
Dalam waktu singkat suasana disana menjadi amat ramai, orang pada berteriak dan saling berebut untuk bisa naik ke atas.
Tiba-tiba Goan cing taysu berseru memuji keagungan sang Buddha, lalu serunya:
"Saudara sekalian, harap memberi jalan buat mereka yang terluka dan rendah ilmu silatnya untuk naik keatas lebih dahulu"
"Betul, yang terluka harus didahulukan" sambung Cu Im taysu.
Dengan suara nyaring Bwe Su yok segera berseru:
"Semua murid Kiu im kau perhatikan baik-baik, yang terluka boleh naik lebih dahulu, bila tak bertenaga boleh minta bantuan seorang rekannya untuk menggendong ke atas, tak usah saling berebut, naik secara teratur pun-kaucu dan para huhoat serta Tongcu akan naik belakangan, siapa berani melanggar akan dihukum sebagai pembangkang!"Setelah melirik sekejap sekeliling arena dengan biji matanya yang jeli, ia berkata lebih jauh.
"Tali-tali itu jumlah seluruhnya ada tiga puluh sembilan buah, pihak kami hanya ber jumlah sedikit, akan kami gunakan lima buah tali dipaling kiri, ada usul lain dari kalian?"
Cara ini memang paling baik" seru Ciu Thian hau dengan lantang, jumlah kami banyak sekali maaf kami butuh lima belas buah tali yang berada disebelah kanan"
Para pemimpin golongan berpikir sejenak ketika dirasakan kalau cara ini sangat baik, masing-masing jago lantas setuju.
Seng sut pay mendapat bagian empat buah tali ditengah, sedangkan pihak Hian beng kau mendapat lima belas buah tali disamping golongan para pendekar.
Setelah pembagian jatah dilakukan, orang-orang dari keempat pihakpun mulai mengirim anggotanya yang terluka naik keatas tebing,
Tiba-tiba Ko Thay berseru:
"Siapa tahu dalam lembah masih ada mereka yang terluka parah dan belum mati, mungkin juga mereka tak mampu datang sendiri kemari, lebih baik kalian mengutus orang untuk pergi mencarinya daripada mati penasaran disini"
Hong Liong mendengus dingin.
"Hmm, orang she Ko, ucapanmu itu seperti anak kecil saja, jangankan sudah diterjang air bah sekalipun tidak mati juga telah mati, berbicara dari luasnya lembah ini kemana kita harus mencari?"
Hoa Ngo tertawa dingin, serunya cepat. Ko toako, buat apa kau musti berbicara dengan kawanan iblis? Pokoknya masing-masing pihak mencari rekannya sendirikan beres, mereka enggan mencari biarkan saja rekan mereka mati penasaran"
Setelah berhenti sejenak, dengan suara lantang dia lantas berseru:
"Siapa yang bersedia untuk bersama-sama mencari?"'
Yu Siau lam, Coa Cong gi dan Kongpeng sekalian segera menyahut bersama:
Kami bersedia!"
Setelah muncul pemimpin, maka para jagO dari golongan putih menyatakan bersedia, malah jago-jago seperti Tam Si bin sekalian yang terluka parahpun bersedia turut serta.
Tapi hasil perundingan kemudian memutuskan bahwa mereka yang terluka dilarang turut, mereka yang berilmu juga tak boleh turut semua, untuk mencegah pemainan buruk dari pihak tiga perkumpulan.
Itupun sisanya tinggal dua ratus orang lebih, maka dipimpin oleh Cuin taysu, mereka menetapkan setengah jam kemudian harus sudah kembali kesitu.
Dengan Suara lantang Kok See piau berseru:
"Anggota perkumpulan kami lebih hapal dengan daerah disekitar sini, dari sini sampai ujung selatan lembah biar dicari oleh anggota perkumpulan kami"
Ia berlagak sosial padahal sebetulnya mempunyai maksud pribadi, dengan menggeledah separuh bagian lembah tersebut, berarti tempat itu mencakup pula tempat bekas istana Kiu ci piat kiong berada.
Bwe Su yok menanti sejenak, ketika dilihatnya pihak Seng sut pay tetap membungkam, sambil tertawa dingin ia mengetuk tongkat kepala setannya, kemudian berseru kepada Kek Thian tok:
"Kek tengcu, kau pimpin anak murid kita menggeledah lembah sebelah utara, bagai manapun hasilnya sepertanak nasi kemudian harus sudah kembali ke sini"
Untuk sementara waktu pihak golongan putih dan golongan hitam menghilangkan rasa permusuhan untuk menjadi sahabat dan bersama-sama bekerja keras:
Hanya pihak seng sut pay tetap berada ditempat semula tanpa mengirim utusan untuk turut dalam operasi ini.
Sudah barang tentu tindakan mereka ini segera memancing caci makian banyak orang.
Kini suasana jauh lebih tertib dan teratur, suasana kalut dimasa yang lalupun bisa teratasi.
Para jago lihay bersama-sama berdiri dibarisan belakang, siapapun enggan untuk naik keatas lebih duluan.
Ketika Biau nia sam sian berhasl mencapai atas tebing, dilihatnya pek Soh gi sedang mempergunakan jarum-jarum emasnya untuk mengeluarkan racun ditubuh Siau yau sian Cu Tong sedangkan para gadis berkerumun disana sembari menonton sembari melakukan pelindungan.
Sementara Hoa In liong, Bong pay, Huan Tong dan Ciu Yu cong sekalian berjaga-jaga ditepi tebing.
"Kokon bertiga baik-baikkah?" Hoa In liong segera menyapa.
"Apanya yang baik?" seru Ci wi siancu dingin "hampir saja nyawa kami lenyap tak berbekas"
"Li hoa, Ci wi kalian berjaga-jaga diatas tebing" teriak Lan hoa siancu lantang, "gembong iblis dari manapun yang berani naik keatas, kita beri hadiah kabut kiu tok ciang untuk mereka"
"Bagus sekali!" sahut Li hoa siancu "kita mampusi Cho Thian hua dan Kok See piau, agar dunia aman sentosa"
"Itu masih belum cukup" seru Ci wi siancu. "pokoknya semua anggota Hian beng kau, kiu im kau dan Mo kau tak boleh dibiarkan hidup, walau cuma seorangpun"
Lan hoa siancu segera tertawa terkekeh-kekeh
"Ucapan Ci wi memang tepat, bibit penyakit tersebut mesti dibasmi seakar akarnya, Li hoa! Kau hadapi orang orang Kiu im kau, aku dan Ci wi akan melayani Hian beng kau serta Mo kau"
Hoa In liong menjadi terkejut sekali setelah mendengar perkataan itu, segera teriaknya:
"Kokoh bertiga kalian tak boleh berbuat demikian!"
"Aah, kau tak usah banyak ributt" tukas Ci wi siancu "pokoknya kau membantu untuk menyikat musuh!"
Kebetulan seorang anggota Hian beng kau telah mencapai atas tebing, sambil tertawa terkekeh- kekeh, Bi hoa siancu segera berseru:
"Ini dia orang pertama yang akan menghantar kematiannya.
Jari tangannya segera menyentil ke depan melancarkan bubuk Mi hun san yang memabukkan.
Anggota Hian beng kau itu segera menjerit kaget, dalam keadaan tak sadar ia lepas tangan dan terjatuh ke belakang.
Untung saja pada saat yang amit kritis itu, Hoa In liong melompat ke depan dan menyambar tubuh orang itu sehingga tak sampai terjatuh kembali ke dalam jurang.
Kok See piau yang mendengar suara itu segera mendongakkan kepalanya, kemudian teriaknya dengan lantang:
"Orang she Hoa, ucapanmu sebagai kentut busuk atau bukan?
"Kok See piau, pokoknya aku orang she Hoa menjamin keselamatan kalian, tak usah kuatir.
Suara apa tadi?" bentak Kok See piau.
"Seorang anggotamu terpeleset dan hampir jatuh, aku orang she Hosa telah menyelamatkan jiwanya, apa keliru?"
Sekalipun Kok See piau agak curiga, tapi keadaan yang dihadapinya membuat ia tak banyak berkutik, maka setelah berpikir sejenak, katanya ssambil tertawa dingin:
"Moga-moga saja kau belum lupa bahwa kalianpun masih ada orang dibawah sini"
"Aku orang she Hoa juga berharap kalian bisa naik dengan hati-hati!" jawab Hoa In liong di ngin.
Mendadak terdengar Li hoa siancu membentak keras:
"Hey, mau apa kau? Mau mengacau permainan kami?"
Sambil membaringkan anggota Hian beng kau yang semaput itu keatas tanah, Hoa In liong berkata sambil tertawa dingin:
"Keponakan mana berani berbuat lancang, cuma keponakan sudah terlanjur memberi jaminan kepada Kok See piau untuk tidak melukai orang-orangnya, aku mana boleh melanggar janji?"
"Yang memberi jaminan toh kau sendiri apa sangkut-pautnya dengan kami.....?" kata Ci wi siancu.
Mendengar ucapan itu, para gadis dari Ciaw li kau segera tertawa cekikikan karena geli, sedang yang lainpun ikut tersenyum.
Hoa In liong betul-betul dibikin menangis tak bisa tertawa pun sungkan, pikirnya: "Kokoh bertiga memang manusia yarg paling tak tahu aturan didunia ini .... payah untuk berdebat dengan mereka. Berpikir demikian, dia lantas berkata:
"Kitapun masih ada orang yang tertinggal dibawah lembah, apakah kokoh bertiga menginginnkan mereka beradu jiwa dengan lawan?"
"Ngaco belo, telur busuk!" damprat Lan hoa siancu.
Kepandaian beracun dari kokoh bertiga tiada tandingannya didunia ini, siapapun tak akan mampu untuk menghindarkan diri"
"Tak usah mengumpak. Kenapa tidak bicara terus terang saja?" Hoa In liong tersenyum, katanya: "Coba kokoh bertiga pikirkan, jika pihak lawan mengetahui bahwa naik keataspun tiada harapan untuk hidup apakah mereka bersedia untuk naik keatas dan mengantar kematian"
"Bukankah hal ini lebih baik, kita kurung mereka sampai mampus" kata Ci wi siancu.
Kembali Hoa In liong tersenyum.
"Tapi Kok See piau, Seng To cu dan Bwe Su yok sekalian tak mungkin mau mati dengan begitu saja, mereka pasti akan menghalangi orang-orang kita untuk naik ke atas, merekapun akan menghalangi bantuan dari atas, dengan demikian bukankah kita akan sama-sama menderita kerugian besar?"
Biau nia sam sian segera terbungkam dalam seribu bahasa, setelah termenung sekian lama, tiba-tiba Ci wi siancu berkata:
"Liong ji, ilmu meringankan tubuhmu masih terhitung lumayan, lebih baik setiap kali kita meracuni seorang, kau menyeretnya naik ke tebing, asal orang dibawah sana tidak merasa, bukankah hal ini bagus sekali?"
Hoa In liong segera tertawa geli, sambil menggelengkan kepalanya dia berseru:
"Cara ini tidak baik. Kok See piau sekalian bukan orang bodoh, cara ini tak mungkin bisa mengelabuhi mereka"
Li hoa siancu segera menggerutkan dahinya kencang-kencang, serunya kemudian:
"Lantas menurut anggapanmu, bagaimana baiknya?"
Hoa In liong tersenyum dengan wajah serius dia berkata.
"Menurut pendapat keponakan, lebih baik biar kan saja mereka naik kemari dengan selamat jika mereka masih mencoba untuk melakukan kejahatan, aku rasa mereka tak akan lolos dari tangan kita, entah bagaimana menurut pendapat kokoh bertiga?"
Sementara pembicaraan berlangsung secara beruntun para jago sudah mulai melompat naik keatas tebing.
Setelah dilihatnya tiada kemungkinan lagi bagi mereka untuk turun tangan, dengan uring-uringan Lan hoa siancu lantas berkata.
"Baik, kami menuruti perkataanmu, tapi kalau sampai telur busuk itu mencelakai orang lagi setelah lolos dari sini akan kulihat bagaimana pertanggungan jawabmu?"
Seraya berpaling serunya.
"Li hoa Ci wi mari kita pergi, lebih baik kita berpeluk tangan belaka!"
Buru-buru Hoa In liong memberi hormat kepada ketiga orang itu, lalu sambil tertawa paksa, ujarnya:
"Kokoh bertiga harap beristirahat sebentar nanti keponakan tentu akan datang lagi untuk memohon maaf"
Biau nia sam sian tidak ambil peduli, dengan mendongkol mereka segera berjalan keluar dari arena.
Dari beberapa rombongan itu pihak Seng sut pay paling sedikit jumlah anggotanya, tak lama kemudian mereka telah berkumpul semua diatas tebing.
Seng To cu melompat naik paling belakangan setelah memandang sekejap sekeliling tempat itu, tiba-tiba ia mendengus dan melancarkan sebuah sergapan kepunggung Hoa In liong.
Semua orang yang berada diatas tebing serentak menjerit kaget.
Selama ini Hoa In liong cuma berdiri terus ditepi tebing untuk melihat keadaan, mendengar datangnya serangan tanpa berpaling telapak tanganya segera ditolak ke belakang.
Serangan ini tampaknya enteng seperti sama sekali tak bertenaga, tapi serangan Seng To cu yang begitu dahsyatnya seperti gulungan ombak ditengah samudra itu seakan-akan terhadang oleh semacam kekuatan yang sangat aneh, yang membuat tenaga serangannya terhisap dan terguling kesamping sehingga menerjang ke arah Lenghou ber saudara serta Hong Liong.....
Tiga orang jago itu segera membentak keras, enam buah telapak tangan diayunkan bersama untuk menyambut datangnya serangan itu dengan keras lawan keras.
Ujung baju Hoa In liong berkibar terhembus angin, seperti tak pernah terjadi sesuatu apapun. Pelan-pelan ia membalikkan badan.
Mencorong sinar tajam dari balik mata Seng To cu, ditatapnya Hoa In liong lekat-lekat, kemudian selang sejenak kemudian katanya:
" Bocah muda apa nama ilmu pukulan yang kau pergunakan itu?"
Sambil tersenyum Hoa In liong menjawab.
"Jurus serangan ini sudah pernah kau saksikan di kota Kim leng, itulah jurus kedelapan dan ilmu pukulan Su siu huang heng ci ang warisan Bu seng (malaikat ilmu silat) Im locianpwe, yang dinamakan Ban wu kui kun (selaksa benda berasal dari bumi)........"
"Tapi Goan cing tidak mempergunakannya dengan gerakan semacam ini!" seru Seng To cu agak tertegun.
"Yaa, itulah dikarenakan aku telah melakukan perubahan dalam jurus serangan itu sahut Hoa In liong sambil tersenyum lagi.
Sinar mata Seng To cu segera menjadi redup, setelah termenung sekian lama, tiba-tiba ia mendongakkan kepalanya dan menghela napas panjang.
"Aai.....sudahlah! Sudahlah!"
Secara tiba-tiba usianya bagaikan lebih tua sepuluh tahun, ia seperti merasa putus asa dan lenyap semua kegembiraannya, sambil membalikkan badan ia memberi tanda kepada jago-jago Seng sut pay seraya berkata:
"Mari kita pergi!"
Walaupun Hong Liong dan dua bersaudara Lenghau masih tidak puas, tapi sebuas-buasnya mereka masih bukan terhitung bodoh, mereka tahu bahwa tiada keuntungan yang bisa diraih dalam keadaan seperti ini, maka setelah melotot sekejap kearah Hoa In liong dengan gemas, mereka berlalu dari sana mengikuti dibelakang Seng To Cu.
"Song To cu, harap tunggu sebentar" tiba-tiba Hoa In liong berteriak keras,
Hong Liong membalikan badannya, kemudian berseru dengan gusar:
"Orang she Hoa, kau anggap Loya sekalian benar-benar jeri kepadamu....."
Hoa In liong tersenyum, jawabnya.
"Yang kucari bukan kau, buat apa musti gelisah?"
Pelan-pelan Seng To cu memutar badan lalu menegur dengan suara dingin:
"Ada apa kau mencari lohu?"
"Seng To cu, jumlah anggota Seng sat pay yang masuk kedaratan Tionggoan berjumlah ribuan orang, tapi menghadiri pertemuan ini cuma seratus dua ratus orang belaka, aku tidak percaya kalau kau tak ta hu kemana perginya Tang Kwik siu dengan membawa jago-jago lainnya?"
"Kau bilang apa?" Seng To cu melototkan sepasang majanya bulat bulat.
Hoa In liong agak tertegun, kemudian katanya lagi:
Kalau benar-benar tak tahu, anggap saja Hoa In liong sudah salah berbicara, tanya sendiri kepada sutemu nanti!
Hong Liong yang mendengar perkataan itu menjadi terkejut, diam-diam pikirnya:
"Anak jadah ini betul- betul berpendengaran tajam, tampaknya persoalan itupun berhasil diselidiki olehnya, wah, gelagatnya kurang baik..."
Tampaklah Seng To cu dengan sorot mata tajam berpaling ke arahnya, lalu dengan suara lantang membentak:
"Hong liong, apa yang dilakukan oleh gurumu?"
Hong Liong tak berani berbohong, setelah sangsi sejenak sahutnya:
"Toa supek, sebentar tecu akan melaporkan segala sesuatunya kepadamu, mari kita pergi dulu"
"Hoa In liong tertawa dingin, segera ujarnya.
"Kau enggan bicara, biar aku orang she Hoa yang berkata, rupanya sudah semenjak lama sekali kalian menyelidiki keadaan dalam dunia persilatan sejelas jelasnya, siapa-siapa yang berada dalam tiap partai pun sekalian selidiki dengan jelas, menggunakan kesempatan dikala semua enghiong dari kolong langit menghadiri pertemuan disini, Tang kwik siu telah memimpin anak buahnya untuk menyergap partai-partai besar didunia, pertama bertujuan agar mereka yang kembali dari pertemuan tiduk punya tempat tinggal lagi, kedua merekapun ingin menyandera anggota keluarganya sebagai jaminan untuk memaksa mereka takluk.
Wahai orang she Hong, perkataanku tidak salah bukan?"
Begitu ucapan tersebut diutarakan, suasana segera menjadi gempar.
Jilid XVIII
Dengan suara lantang Lan hoa siancu segera berseru: "Bagus sekali Rupanya Tang Kwik siu mengandung maksud sekeji ini, sobat-sobat sekalian, hayo kita bereskan dulu nyawa bajingan-bajingan ini, kemudian menyerbu ke Cong hay dan membumi ratakan sarang Seng sut pay dengan tanah, biar anak cucu iblis itu tersapu bersih dari muka bumi....."
Seketika itu juga seruan itu mendapat tanggapan dari semua orang, caci maki dan dampratan sinis berkumandang dari mana-mana, semua jago dari Seng sut pay dikepung rapat-rapat, suara senjata yang beradu memecahkan keheningan, rupanya ada orang yang sudah mulai turun tangan.
Tiba-tiba terdengar Bwe Su yok berseru setelah tertawa dingin.
"Kiranya pihak Seng sut pay ada niat unuk menyapu rata daratan Tionggoan, kalau begitu maaf"
Sementara itu semua jago dari pihak Kiu im kau telah naik keatas tebing, mereka lantas menyingkir ketepi arena dan bersikap masa bodoh...
Seng To cu yaa kaget yaa marah setelah mengetahui kejadian ini, ia melotot sekejap ke arah dua bersaudara Lenghou serta Hong Liong kemudian serunya dengan gusar:
"Kenapa tidak berunding dulu dengan aku?"
Toa suheng suka ketenangan maka...maka...." Lenghou Ku menjadi gelagapan.
Semua usaha dan perjuangan perkumpulan kami hancur berantakan di tangan kalian semua teriak Seng To cu dengan gemas.
Saking gemasnya sulit baginya untuk berbicara lebih lanjut, tapi dia tahu bahwa Seng sut pay telah menjadi incaran setiap orang, sekali salah bertindak bisa jadi semua anggotanya akan tertumpas, bahkan lebih payah cousu-nya di daerah Cing hay pun kemungkinan akan tersapu lenyap.
Maka ia tak tempat untuk menegur dua bersaudara Lenghou serta Hong Liong lagi, sambil berpaling katanya dengan suara dalam:
"Hoa Yang, partai kami mengaku kalah, jika kau hendak berduel, aku orang she Seng pasti akan memberi keputusan untuk kalian:
Hoa In liong tertawa, dengan lantang ia berseru:
"Sobat-sobat sekalian, harap jangan turun tangan lebih dulu, dengarkanlah perkataanku"
Didalam menghadapi serangan api dari Jin Huan kali ini, seandainya tiada pertolongan dari Hoa In liong, mungkin tak seo rangpun diantara mereka yang bisa hidup sampai sekarang, maka setelah ia membuka suara, serentak semua orang menghentikan gerakkannya, hanya tiga empat orang pemuda diantaranya yang belum juga mau berhenti.
Seorang kakek segera menyambar pergelangan tangan salah seorang diantaranya, lalu berkata:
Hoa kongcu pasti dapat mencarikan keadilan untuk kita semua, kalian tak usah turun tangan"
Tiga orang lainnya yang menyaksikan kejadian itu terpaksa menghentikan pula tindakan mereka sambil mengundurkan diri.
Setelah dilihatnya tiada orang yang bertarung lagi, dengan suara lantang Hoa In liong berkata:
"Kalian semua tak usah kuatir, Tang Kwik siu dengan anak buahnya yang melancarkan sergapan telah dihadang oleh jago-jago lihay, mereka tak akan mampu melaksanakan niat busuknya lagi,
tiba-tiba terdengar seseorang berseru lantang"
"Hoa kongcu, tolong tanya apakah ayahmu telah turun gunung?"
Hoa In liong berpaling, sewaktu dilihatnya orang itu adalah rekan sekampungnya Tio Ceng tang, sambil menjuara dia lantas tertawa.
"Oooh.....rupanya Tio lo enghiong telah datang, selama banyak tahun belakangan ini kepandaian silatmu tentu sudah mendapat banyak kemajuan bukan?"
Tio Ceng tang buru-buru membalas hormat dengan rasa kaget:
Oh, rupanya Hoa kongcu masih teringat dengan lohu, di masa lalu berkat kebaikan Hoa locianpwe aku berhasil memperoleh resep rahasia dan memperoleh badan yang sehat serta kemajuan yang pesat, tetapi soal anakku........"
"Bila urusan telah selesai nanti pasti akan kusambangi kalian lagi" tukas Hoa In liong sambil tertawa, "sebagai seorang putra, sudah sepantasnya kalau membantu ayah untuk menyelesaikan kesulitan, aku tak becus dan mendapat perintah untuk menyelesaikan persoalan ini, bagaimana mungkin berani kuganggu ketenangan dia orang tua"
Tio Ceng tang segera mengiakan berulang kali. Terdengar seseorang yang lain berkata kembali:
"Aku rasa Hoa kongcu pasti mempunyai persiapan yang matang, dapatkah kau jelaskan jago-jago lihay siapa saja yang telah menghalangi perbuatan Tang Kwik siu itu?"
Hoa In liong tertawa.
"Mereka adalah keturunan dari Bu seng Coa tayhiap beserta sekawanan Bu lim cianpwe yang sebenarnya sudah dikendalikan oleh racun jahat pihak Seng sut pay, diantaranya terdapat Giok suan ni (singa kemala) Can Ki an long, ciangbunjin keluarga Wi dari Seng ciu, Chia san it siu dan lain-lainnya, tentang soal ini kalian boleh berlega hati!"
"Hmm! Tok liong wan memabukkan perasaan Sin hui si sim (ular berbisa menggigit hati) menguasahi badan, Kiu tok sian ci pun di bikin kelabakan, dengan kemampuan kau si bangsat cilik mana dapat memusnahkan kedua macam racun jahat itu!" seru Hong Liong dengan nada seram.
Lan hoa siancu yang berada ditempat ke jauhan segera tertawa dingin, serunya:
"Orang she Hong, dengan ketololanmu macam babi itu kauanggap kemampuan yang dimiliki orang-orang Hu hiang kok bisa diduga dengan begitu saja? Huuh ...kepandaian beracun dari pihak Mo kau tak lebih cuma permainan kanak-kanak"
Lenghou Yu segera tertawa seram, katanya pula:
"Sekalipun kau berhasil menyelamatkan setan-setan tua yang sudah macam mayat hidup itu bila ingin menghalangi kekuatan dari jaga-jago partai kami ibaratnya walang hendak menahan pedati......hancur sendiri.....
"Bukan aku orang she Hoa terlalu pandang rendah ciangbunjin kalian, seandainya Coa tayhiap tidak terlalu memegang teguh perintah leluhurnya sehingga tidak melakukan perlawanan, tak mungkin ia bisa disekap oleh kalian bila sampai sungguh-sungguh terjadi pertarungan mungkin hanya toa suhengmu seorang yang masih sanggup menghadapinya asal dia yang memimpin jago-jago kelas satu itu, Tang Kwik siu sudah pasti akan menderita kekalahan total"
"Kentut" dengus Hong liong amat gusar.
Sebelum hari ini, nama Coa Goan hau tak dikenal orang sebaliknya kelihaiyan Tang Kwik siu diketahui oleh setiap orang.
Sekalipun demikian, nama besar Bu seng tampil hari ini masih dikenal orang apalagi ditinjau dari kepandaian silat yang dimiliki Coa hujin dan putrinya, bisa diketahui kalau kelihaiyan Coa Goan hau tak boleh dipandang remeh.
Sedangkan Cian sat it siu, Giok suan ni, Cau kiau long sekalian adalah nama dari jago-jago yang sudah tenar semenjak dulu, tentu orang kenal dengan mereka.
Disamping semuanya itu, Hoa In juga mustahil kalau berani bicara sembarangan dalam menghadapi persoalan besar ini, maka setelah mendengar jaminan darinya, diam-diam mereka menghembuskan napas lega.
Orang-orang Seng sut pay hanya mengatakan tak percaya dibibir, padahal hati kecil nya sudah kemat-kemit tak karuan.
Sesungguhnya mereka beranggapan meski dalam pertemuan besar ini menderita kekalahan total, asal Tang Kwik siu berhasil dengan operasinya, mereka masih tetap bisa bercokol dalam dunia persilatan beradu kekuatan dengan keluarga Hoa, tapi selalu urusan menjadi begini mereka jadi putus asa dan murung sekali.
Dalam pada itu, dari pihak kaum pendekar telah tiba, pada giliran kaum muda untuk naik ke atas tebing.
00000O00000
58
Secara lamat-lamat Coa Wi wi ikut mendengar pembicaraan tersebut, ketika menyinggung soal ayahnya ia menjadi berdebar, memanjat pun dipercepat, ketika masih berada enam tujuh kaki dari puncak tebing, tak sabar lagi dia menarik tali dan melambung keudara, dari situ segera serunya:
"Jiko kau telah bertemu dengan ayahku?"
Bagaikan seekor burung walet dia melayang turun disisi tubuh Hoa In liong.
Semua orang hanya merasakan pandangan matanya silau tahu-tahu seorang gadis cantik telah muncul didepan mata.
Diam-diam semua orang membandingkannya dengan Bwe Su yok segera terasa oleh semua orang bahwa kecantikan mereka berdua seimbang meski yang satu lincah sedang yang lain dingin.
Gadis itu sama sekali tidak menggubris hal-hal yang lain, dengan sepasang biji matanya yang jeli dia perhatikan Hoa In liong dari atas sampai kebawah, wajahnya menampilkan perasaan yang kuatir sekali.
Hoa In liong memutar biji matanya dan memandang gadis itu sekejap, lalu sambil tersenyum berkata:
"Adik Wi tak usah kuatir, empok dalam keadaan sehat wal'afiat, beberapa hari lagi kalian tentu akan saling bersama kembali"
Mereka saling berpandangan dan tertawa, semua rasa rindu dan kangen yang tak akan habis diutarakan dengan beribu kata-kata, ternyata telah tertebus dalam pandangan tertebut.
Tiba-tiba Bwe Su-yok mendengus, biji matanya yang jeli segera dialihkan ke arah lain.
Sementara itu, Coa Cong gi, Kongsun peng dan lain-lainnya secara beruntun telah naik ke atas dan berkumpul semua disekeliling Hoa In liong.
Kongsun peng sembari menyapa Hoa In liong, tak tahan dia berpaling uatuk mencari Kiong Gwat hui, kebetulan waktu itu Kiong Gwat hui juga sedang memandang kearahnya, pandangan mereka segera saling gemetar.
Dengan girang Kongsun Peng berseru: "Nona Kiong....."
Kiong Gwat hui mendengus dingin lalu melengos.
Merah padam selembar wajah Kongsun Peng lantaran jengah, dengan wajah tersipu-sipu dia berjalan kembali ke sisi Hoa In liong.
Hoa In liong menyaksikan kejadian itu, hatinya lantas tergerak, segera pikirnya.
Saudara Kongsun memang merupakan pasangan yang ideal untuk Kiong ji moay, sekalipun di wajahnya Kiong ji moay bersikap tak ambil perduli, jelas hatinya sudah setuju, bukan mustahil gara-gara pertarungan di kota Si ciu, mereka mengikat diri menjadi suami istri, aku musti mencari kesempatan untuk menjodohkan mereka, kalau tidak bukanlah terlalu sayang?"
Berpikir sampai disini, dia lantas berpaling ke arah Seng To cu seraya berkata:
"Harap saudara mau tunggu sebentar: Kemudian sambil memberi hormat kepada Bong pay yang berada dibelakanugnya ia berkata:
"Paman......."
Aku tidak ada usul lain, terserah apa yang hendak kau lakukan!" tukas Bong Pay sambil tertawa.
"Keponakan bermaksud menunggu sampai semua cianpwe telah berkumpul semua, kemudian baru minta usul mereka dalam tindakan selanjutnya"
Diam-diam Bong Pay berpikir:
Bocah ini masih muda tapi berjiwa besar, kalau aku berdiam diri saja mungkin dia akan menunjukkan sikap tinggi hati, tapi kalau aku turut campur dia akan ragu-ragu untuk bertindak......yaa, Thian hong bisa mempunyai seorang putra semacam dia, sesungguhnya tak sia-sia belaka hidup didunia"
Berpikir demikian segera ujarnya. "Persoalan ini boleh kau putuskan sendiri, aku pikir para cianpwe lainnya tak akan ada usul
lain cuma memang ada baiknya kalau menunggu sampai semua orang naik keatas.
"Baik!" jawab Hoa In liong dengan wajah serius.
Dia lantas berpaling kearah Seng To cu seraya berkata:
"Bagaimana pendapatmu?"
"Terserah keinginanmu!" jawab Seng To cu hambar.
Orang-orang Seng sut pay tahu bahwa usaha mereka untuk menyerang pelbagai partai mengalami kegagalan total, dalam keadaan demikian, Kok Se piau serta Bwe Su yok pasti akan berpeluk tangan belaka membiarkan piaknya dibasmi oleh para pendekar.
Oleh sebab itu mereka bermaksud untuk menunggu saja sambil berharap bisa terjadi perubahan situasi untuk mereka.
Dalam waktu singkat para jago dari pihak golongan putih maupun dari golongan Hian beng kau telah tiba semua diatas tebing.
Pertemuan besar yang diadakan Hian beng kau kali ini berlangsung pada tengah hari Pek cun, pertemuan itu diadakan setelah lewat tengah hari sampai malam, lalu dari pagi sampai senja, maka saat ini waktu kembali menunjukan tanggal tujuh bulan lima, tengah malam buta.
Setelah mengalami pelbagai musibah, dari terserang oleh api sampai diserang air bah, pakaian yang dipakai semua orang boleh dibilang telah basah kuyup, keadaannya mengenaskan sekali, ada yang bajunya koyak, ada yang mukanya hitam kena hangus, jangan di bilang lagi mereka yang terluka.....
Demikianlah setelah keluar dari lembah, pemandangan terasa lebih segar dan nyaman, timbul kembali rasa gembira dalam hati masing- masing, napsu membunuh dalam hati mereka jauh berkurang sekali.
Dibawah sinar rembulan, terlihatlah manusia yang berdesakan memenuhi puncak tebing.
Para jago dari golongan putih telah mengepung rapat-rapat para jago dari pihak Seng sut pay, sebelah timur penuh berkumpul para jago dari Hian beng kau, waktu itu Kok See piau, Cho Thian hua dan Co Tang cuan sekalian sedang berbisik-bisik merunding kan sesuatu, sebaliknya anak murid Kiu im kau berada disebelah barat.
Banyak perubahan diluar dugaan yang terjadi dalam pertemuan kali ini, mula-mula Jin Hian meledakkan bukit untuk menyumbat mulut lembah, lalu melepaskan panah Lui hwe Ciam untuk mengurung para jago dengan api, setelah terjadi pertarungan sengit antara golongan putih dengan golongan hitam yang mengakibatkan jatuh banyak korban, banyak pula diantara kawanan jago yang tewas diserang oleh batu-batu karang dan api.
Dari sekian banyak jago, anak murid baju putih dari Hian beng kau serta para jago yang datang menonton meramaikan terhitung paling lemah, korban diantara merekapun paling parah, setiap orang boleh dibilang menaruh perasaan benci yang merasuk tulang terhadap diri Jin Hian.
Cian pek jin dari Tiam cong pay serta Im san ji koay dari pihak Hian beng kau telah tewas bersama. Lau Ik liong dengan membopong jenasah sutenya berdiri dengan wajah sedih, Yau Tiong in yang bertarung melawan Tang Bong liang, sebuah pukulan kipasnya telah ditukar dengan sebuah pukulan tangan, tak enteng pula luka parah yang dideritanya, ditambah lagi hampir separuh bagian anak muridnya mati atau terluka dalam pertarungan tersebut.
Sute dari Cia Bu liang yang bertarung bersama Coa hujin pada saat yang terakhir termakan sebuah pukulan yarg cukup dahsyat,
akibatnya sekalipun tak sampai mampus paling tidak dia baru beristirahat selama tiga empat bulan lamanya, ia dibopong oleh Bu Beng san.
Para bekas anggota Sin ki pang rata-rata berilmu tinggi dan berpengalaman luas setelah terjadi pertarungan sengit yang mati tak sampai sepuluh orang sedang yang terluka pun baru dua puluh orang lebih.
Diri pihak Kim Leng ngo congcu, Si Siong peng dan Li Po seng paling parah menderita luka, mereka ditolong oleh Coa Cong gi serta Yu Siau lam setelah membunuh belasan orang musuh, mereka masih tetap tidur, hal mana benar-benar merupakan suata kemujuran.
Coa hujin dan Goan cing taysu telah naik pula ke atas tebing, Coa Wi wi segera melaporkan tentang ayahnya kepada mereka.
Sekalipun Goan cing taysu adalah seorang pendeta yang berilmu tebal, tak urung terpengaruh juga oleh berita itu sehingga hatinya mengalami gejala keras.
Dengan air mata bercucuran. Coa hujin berkata:
"Gwakong, anak Sian ingin segera membawa Gi dan Wi untuk pergi berjumpa dengan Goan hau"
Goan cing taysu segera tersenyum, sahutnya: "Cepat atau lambat kalian pasti akan saling bersua, buat apa dan musti gelisah?"
"Tapi anak Sian sudah tak kuasa untuk menahan diri, hatinya sama gelisah susah terkendali" seru Coa Hujin sambil menangis se senggukan.
"Anak Sian!" tukas Goan cing taysu, ajaran leluhur kita menganjurkan agar kita lebih mengutamakan kepentingan umum daripada kepentingan pribadi, selesai persoalan di sini belum terlambat bagi kita untuk ke sana.
Dalam keadaan demikian, terpaksa Coa hujin harus mengendalikan perasaannya yang gelisah untuk menunggu selesainya persoalan disini.
Sementara itu Hoa In liong telah berpaling kepada Seng To cu setelah meninggalkan beberapa pesan kepada para cianpwe, katanya:
"Coa tayhiap adalah seorang ksatria yang berjiwa besar, sekalipun hampir belasan tahun ia tersekap didalam perkumpulan kalian, dendam sakit hati ini tak pernah dipikirkannya dalam hati, adapun maksudnya menghalangi Tang Kwik siu dan murid-muridnya tak lebih hanya ingin memberi peringatan agar mereka jangan meneruskan perbuatannya itu, sudah barang tentu terhadap sampah masyarakat dari daratan Tionggoan, mereka tak akan bertindak sungkan-sungkan"
Sementara itu Kok See piau serta Bwe Su yok dengan memimpin masing-masing anak buahnya berkumpul disamping arena tanpa turut campur dalam persoalan itu, namun mereka tidak bermaksud pergi meninggalkan tempat itu, agaknya mereka hanya ingin menyaksikan jalannya pertarungan antara pihak pendekar dengan golongan Seng sut pay.
Ci wi siancu yang mendengar perkataan dari Hoa In liong itu segera berpikir dalam hati:
"Tidak beres, kalau didengar dari pembicaraan tersebut, tampaknya dia bermaksud hendak melepaskan kawanan iblis ini"
Berpikir demikian, dengan gusar dia lantas berseru:
"Liong ji, bagaimana dengan janji kita tadi?"
"Janji apa?" tanya Hoa In liong tertegun
"Kita harus membasmi mereka sampai seakar-akarnya, jangan menjadi bibit bencana lagi dikemudian hari"
Mendengar itu Hoa In liong mengerutkan dahinya lalu tertawa, jawabnya:
"Kokoh bertiga buat apa kita musti berbuat demikian, mengejar orang tak lebih hanya seratus langkah"
"Cis, kau suka mengampuni orang, apakah orang lain bersedia menggampuni dirimu" seru Ci Wi siancu dengan gusar, "kalau perbuatan tolol semacam itu mah aku tak sudi untuk melakukannya"
Li hoa siancu segera menyambung.
Jika kau enggan untuk turun tangan, biar kami melakukannya bagimu!"
Dia lantas berjalan lebih dulu menghampiri para jago dari Seng sut pay.
Semuaa orang segera menyingkir ke samping memberi jalan lewat, tanpa terlibat apa yang di lakukan olehnya, tahu-tahu dua orang anggota Mo kau yang mendengus tertahan, lalu roboh ke tanah.
Menyaksikan kejadian itu paras muka Seng To cu sekalian berubah hebat, mereka mau menuruti perkataan orang karena didesak oleh keadaan, tapi bukan berarti mereka sudah tiada kekuatan lagi untuk memberi perlawanan desakan dari Biau nia sam sian yang bertubi-tubi ini membuat mereka menjadi nekad.
Para jago dari pihak Mo kau segera bersiap-siap untuk turun tangan agaknya mereka berniat untuk beradu jiwa.
Gelisah sekali Hoa In liong menyaksikan keadaan tersebut, segera pikirnya dalam hati:
"Sekalipun anggota Mo kau banyak melakukan kejahatan namun mereka bukan manusia sembarangan jika dibasmi seluruhnya hal mana itu, memang harus dihadapkan pada seorang yang tak tahu aturan pula.
Setelah Biau nia sam sian diajak pergi, diam-diam ia menghembuskan napas lega, katanya kemudian:
"Seng To cu, apa yang hendak kau katakan? Apakah berharap Tang Kwik siu bisa merubah keadaan ini?"
Seng To cu berpaling dan memandang sekejap kearah dua bersaudara Lenghou serta Hong Liong, lalu katanya:
"Dalam urusan ini, ciang hujin yang berkuasa ataukah aku yang memutuskan?"
Tentu saja toa suheng!" sahut Lenghou bersaudara dengan cepat dan lantang.
Hong Liong agak termenung sejenak, kemudian dengan perasaan apa boleh buat dia berkata:
Selama suhu tidak berada, memang seharusnya toa supek yang mengambil keputusan.
Dengan pandangan dingin Seng To ci memandang sekejap kearah Hong Liong, lalu katanya:
"Sekarang aku bisa saja mengambilkan keputusan, tapi setelah peristiwa ini apakah suhumu mau mengikutinya?"
"Soal ini sulit, tak berani menjamin!"
"Kalau memang demikian, bukan semua perkataan itu hanya ucapan yang tak berguna" seru Seng To cu dengan suara keras.
Hong Liong menundukkan kepalanya rendah-rendah dan tidak berbicara lagi.
Seng To cu mendengus dingin, dia lantas berpaling seraya katanya:
"Sejak kini partai kami mengundurkan diri dari dunia persilatan, mulai sekarang, selama keluarga Hoa masih berada dalam dunia
persilatan orang-orang Seng sut pay tak akan melangkah masuk ke daratan Tionggoan, Hoa Yang, puaskah kau dengan janjiku ini?
Ucapan tersebut kontan saja membuat para jago Seng sut pay merasa terperanjat, dua bersaudara Lenghou menggetarkan bibirnya seperti mau mengucapkan sesuatu tapi segera dibatalkan kembali.
"Toa supek, hal ini terlampau berat buat kita!" teriak Hoa liong cepat dengan suara Keras.
Bersamaan itu pula, dari kawanan jago lainnya terdengar pula teriakan-teriakan yang amat gaduh.
Terdengar Tio Ceng tang berseru: "Kalau berbuat demikian, hal mana terlalu keenakan buat mereka, Hoa Kongcu, kau tak boleh menerimanya!"
Huan Tong berseru pula dengan lantang:
"Apa yang diucapkan Seng To cu belum tentu akan diakui oleh Tang Kwik siu, Hoa kongcu harus meminta jaminan darinya!"
"Malah ada pula yang berteriak dengan lantang:
"Orang-orang Mo kau paling tak pegang janji, ucapan mereka ibaratnya kentut busuk lebih baik dibunuh saja sampai mampus!"
Menyaksikan kemarahan dari masa banyak, para jago dari Seng sit pay menjadi murung dengan perasaan tak tenang, meski Hong Liong terkenal karena buasnya namun dalam keadaan demikian diapun tak berani banyak berbicara.
Seng To cu berusaha keras menenangkan hatinya, lalu berkata:
"Orang she Hoa, apakah pihak pendekar pun bisa melakukan perbuatan rendah dengan melakukan pembantaian secara besar-besaran?"
"Selamanya keluarga Hoa melakukan pekerjaan atas dasar kebaikan, kami tak akan memperdulikan soal nama atau tidak!" jawab Hoa In liong dengan nada hambar.
Perasaan Seng To cu menjadi berat sekali, serunya.
"Kalau begitu.....
"Harap Seng ciampwe memberi jaminan dulu" tukas Hoa In liong, apakah janjimu" akan dituruti pula oleh Tang Kwik siu?"
Seng To cu termenung agak lama, setelah menghela napas, jawabnya:
"Aaaai,.. . meskipun lohu sebagai Suhengnya, tapi dia adalah seorang ciangbunjin, maaf kalau aku tak bisa memutuskannya"
Hoa In liong cuakup mengetahui akan keadaannya yang serba susah, dia tak ingin menyaksikan kekuatan Seng sut pay tertumpas disini, tapi perbuatan dari Tang Kwik siu juga tak bisa dikekang olehnya, maka setelah berpikir beberara kali, dia mendongakkan kepalanya dan berkata dengan wajah serius:
Aku rasa dipihak sutemu itu juga tak mungkin bisa melakukan banyak perbuatan lagi, memandang diatas wajah saudara, Hoa Yang bersedia menerima usulmu itu, cuma terhadap para jago yang sudah lama kalian sekap, paling tidak partai kalian harus memberikan pertanggungan jawab......"
Setelah ucapan tersebut diucapkan, baik golongan putih maupun golongan hitam sama-sama dibuat tercengang, sebab keputusan tersebut jauh di luar dugaan mereka.
Seng To cu sendiripun agak tertegun lama lalu dia mengganguk.
"Kalau Hoa kongcu memang bersedia mengabulkan permohonanku itu, partai kami pasti akan memberikan pertanggungan jawab yang secukupnya"
Dengan serius Hoa In liong berkata lagi.
"Bila partai anda bersedia untuk melepaskan soal dendam dan sakit hati serta memikirkan soal kepentingan umat banyak, aku rasa kalian pun tak perlu mengurung diri,....."
"Terima kasih banyak atas maksud baikmu, tukas Seng To cu sambil menggoyangkan tangannya berulang kali, sayang sekali anggota kami terlampau bodoh dan liar, sulit rasanya untuk menerima maksud baikmu itu"
"Yaa, tiap manusia memang ada cita-cita sendiri, aku tak ingin terlalu memaksakan ke hendakku"
Setelah berhenti sejenak, katanya lebih jauh dengan suara dalam:
"Bila partai kalian merasa tak puas, setiap saat pintu gerbang keluarga Hoa di bukit In tiong san terbuka untuk kalian, silahkan saja datang untuk mengadu kekuatan, baik menang atau kalah keluarga Hoa menjamin tak akan mencelakai jiwanya, tetapi bila partai kalian sampai menimbulkan kembali badai darah yang mengerikan, demi te tegaknya keadilan dan kebenaran dalam dunia persilatan, terpaksa keluarga Hoa akan berkunjung langsung ke Seng sut pay untuk minta pertanggungan jawab"
"Soal ini, Seng To cu tentu akan berusaha keras untuk memperingatkan anggota kami"
Hoa In liong lalu memandang sekejap sekeliling arena, kemudian pelan-pelan berkata.
Hoa Yang telah memberi keputusan terhadap pihak Seng sut pay, harap para enghiong dan cianpwe suka memaklumi, entah adakah diantara kalian yang merasa tidak puas?"
Sekalipun semua orang merasa bahwa tindakan itu terlalu menguntungkan orang-orang Mo kau, tapi penampilan Hoa In liong yang mencerminkan kegagahan serta kebijaksanaannya ini membuat banyak orang merasa sungkan untuk mengajukan keberatannya.
Apalagi membasmi rumput seakarnya merupakan perbuatan yang bertentangan dengan semangat seorang ksatria, maka oleh karena semua orang tiada cara lain yang lebih baik lagi, tak seorangpun yang buka suara.
Untuk sesaat suasana menjadi hening dan tak terdengar sedikit suarapun.
Hoa In liong dapat membaca suara hati semua orang, dia menghela napas panjang, lalu berkata:
"Para enghiong, cianpwe sekalian, aku rasa kalian pasti sudah menyaksikan sendiri bukan bagaimanakah perbuatan ksatria dari Thian Ik locianpwe, bekas Tong thian kaucu yang baru saja meninggal dunia itu? Siapa yang menduga kalau Thian Ik locianpwe bersedia me-ngorbankan jiwanya demi menyelamatkan jiwa orang banyak? Sebelum ajalnya tiba, Thian Ik loci anpwe pun masih tak lupanya berharap agar semua orang jahat didunia ini mau bertobat atas dosa-dosanya, oleb sebab itu aku bertindak demikian kepada pihak Mo kau agar merekapun bisa mencontoh diri Thian Ik locianpwe dengan bertobat dari semua kesalahannya. Aaai......! Tapi jika kalian belum juga mau mengerti, akupun tak bisa berbuat apa-apa lagi"
Mendengar perkataan itu hati semua orang agak tergerak, bahkan tak sedikit anggota dari tiga pekumpulan besar yang diam-diam merasa amat terharu.
Ayah Kongsun Peng, Kongsun Yong cu dengan suara gemetar segera berseru;
"Hoa kongcu kenapa berkata demikian? Yang ada dalam hati kami cuma perasaan kagum, mana berani memperlihatkan perasaan tak puas atas keputusan kongcu itu?"
Setelah ia buka suara semua orangpun segera memberikan tanggapan pula sehingga suasana menjadi amat ramai.
Hoa In liong segera menjura ke empat penjuru, katanya dengan serius:
"Terima kasih banyak atas kasih sayang dari saudara sekalian, kalau memang kalian bersedia melepaskan pihak Seng sut pay maka bagaimana kalau kalian memberi jalan lewat agar mereka bisa meninggalkan tempat ini?"
Mendengar perkataan itu semua orang yang mengepung disekeliling arena segera menyingkir ke samping memberi jalan lewat.
Bagaikan memperoleh pengampunan besar semua anggota Seng sut pay segera angkat kaki dan melarikan diri cepat-cepat, rupanya mereka kuatir kalau para jago berubah pikiran.
Sebelum pergi, dengan ganas Hong Liong melotot sekejap ke arah Hoa In liong jelas terlihat betapa dendam dan bencinya orang itu.
Seng To cu mendongakkan kepalanya lalu berkata:
"Hoa Yang, selama hidupku persoalan yaag paling menyesalkan hatiku adalah bermusuhan dengan keluarga Hoa kalian"
Setelah berhenti sejenak, dia melanjutkan. Tapi perisalan yang paling menggembirakan hatiku juga bermusuhan dengan keluarga Hoa kalian.
Ucapan ini membuat semua orang tertegun, mereka merasa ucapannya yang pertama dengan kedua saling bertentangan satu sama lainnya atau jangan-jangan pikirannya sudah menjadi sinting atau kurang waras setelah menderita kekalahan total?
Hoa In liong segera menjura, sahutnya sambil tertawa:
"Akupun mempunyai perasaan yang sama, baik-baik dijalan, maaf kalau aku tidak menghantarmu!"
Seng To cu memandang sekejap sekeliling tempat itu, setelah menghela napas panjang dia mengebaskan ujung bajunya dan beranjak dari sana untuk menyusul Hong Liong sekalian.
Pada saat pihak Mo kau pergi meninggalkan tempat itu, Kok See piau serta Bwe su yok masing-masing memimpin pula anak buahnya meninggalkan tempat tersebut.
Dengan kecepatan gerak mereka, dalam waktu singkat bayangan tubuh mereka sudah lenyap dibalik kegelapan.
Oleh karena Hoi In liong telah menjamin keselamatan mereka semua, maka semua orang tidak ada yang menghalangi kepergian mereka, apalagi kekuatan dari kedua perkumpulan itu masih utuh dan tangguh, di tambah lagi hadirnya Cho Thian hua dipihak Hian beng kau, maka semakin tak berani bertindak secara gegabah.
Pertemuan besar ini sudah mendekati akhir, semua orangpun merasa sudah tiba waktunya bagi mereka untuk pulang ke rumah.
Tiba-tiba dari tebing seberang sana terdengar suara teriakan dari Kok See piau: "Hey bocah muda dari keluarga Hoa!"
Dengan alis mata berkenyit Hoa In liong berseru lantang: "Mau apa Kau memanggil Hoa jiya mu?" Sambil berdiri diatas tebing seberang, Kok See piau berseru lagi:
"Orang she Hoa, meskipun kau yang menurunkan tali untuk menolong orang, dan meledakkan telaga untuk memadamkan api tapi perbuatan itupun setengahnya demi selamatkan sanak keluargamu, coba kalau pun
sinkun tidak memberitahukan tempat disembunyikannya sumbu bahan peledak, belum tentu kau bisa meledakkan telaga untuk memadamkan api, seharusnya pun sinkun tidak berhutang apa-apa kepadamu bukan?"
"Kok See piau kau betul-betul seorang manusia yang tak tahu malu!" teriak Hoa Ngo dengan mendongkol.
Dengan suara lantang Hoa In liong menjawab: "Yaa kau memang tak berhutang apa-apa ke pada aku orang she Hoa, tapi ingat kau masih hu tang seorang dengan selembar nyawa"
Kok See piau sepera tertawa. "Selama hidupku sudah terlalu banyak nyawa yang pun sinkun hutangkan, tak menjadi soal untuk berhutang selembar nyawa lagi, tapi coba katakan dulu siapa yang kau maksudkan?"
"Thian Ik cu!"
Gelak tertawa Kok See piau segera terhenti, sesudah termenung sejenak ia baru berkata:
"Dendam sakit hati pun sinkun dengan keluarga Hoa kalian lebih dalam dari samudra, sudah sepantasnya kalau diatur jebakan untuk menggebuk dirimu, jika kau sampai mati maka hal ini cuma bisa dibilang kau kurang waspada, Thian Ik cu telah mewakilimu mati, hal ini tak bisa menyalahkan orang lain, tapi kalau hendak mencatat dendam ini atas diriku juga tak apa!"
Ko Thay segera tertawa dingin tiada hentinya. "Heeehhh.. ..heehh.....heeehhh.... memutar balikkan persoalan yang sebetulnya, mencari menangnya sendiri, apa-apaan itu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Bara Maharani - Gu Long
ActionSerial Bara Maharani terdiri dari empat buku: 1. Bara Maharani 2. Tiga Maha Besar 3. Rahasia Hiolo Kemala 4. Neraka Hitam Sinopsis : Hoa Thian Hong menggunakan pedang baja berat macam Yo Ko, dan ilmunya naik setaraf demi setaraf, sampai dapat pencer...