BLAAM...! Sekali lagi terjadi bentrokan dahsyat. Kok See-piauw rasakan kepalanya hampir pecah termakan daya tekanan hawa pukulan tersebut. matanya kontan berkunang-kunang dan tubuhnya mundur ke belakang dengan sempoyongan. Keadaannya saat ini jauh lebih payah dari pertama kali tadi.
Hoa Thian-hong sendiri hanya tergetar sedikit ke samping, lalu seperti tak pernah terjadi apa2 dia loncat ke belakang tubuh Kok See-piauw, telapaknya diayun dan segera menghantam punggung orang sekeras-kerasnya.
"Jangan bunuh dia!" mendadak Pek Kun-gie menjerit kaget.
Hoa Thian-hong tertegun mendengar seruan itu tanpa pikir panjang ia kurangi hawa murninya dan ayun telapaknya ke samping.
Weesss! Tubuh Kok See-piauw segera terlempar ke depan
Meskipun pukulan yang bersarang di atas punggung lawan ini cukup ringan, namun bagi Kok See-piauw dirasakan bagaikan terhajar martil seberat seribu kaki, ia menjerit tertahan dan mencelat sejauh beberapa tombak, kemudian tubuhnya terbanting keras-keras di atas tanah.
Kok See-piauw berusaha untuk menahan diri namun gagal, tak bisa dihindari lagi ia muntah darah segar.
"Kok-heng silahkan berlalu dari sini," kata Pek Kun-gie kemudian. "Dilain hari siaumoay pasti akan minta maaf kepadamu!"
Kok See-piauw merasa malu bercampur gusar, dengan sorot mata penuh kebencian ia melotot sekejap ke arah Hoa Thian-hong kemudian putar badan dan berlalu dari situ.
Hoa Thian-hong sendiri tertawa dingin tiada hentinya, menanti bayangan punggung musuhnya sudah lenyap dari pandangan ia alihkan sorot matanya keempat penjuru. tiba-tiba wajahnya terata panas dan jengah sekali
0000O0000
PARA tamu yang menonton jalannya pertarungan dari sisi kalangan pada menyadari bahwa sepasang laki perempuan yang berada di kalangan bukanlah manusia sembarangan, melihat pertarungan telah berakhir merekapun sama-sama membubarkan diri dan kembali ke tempat masing-masing, suasana tetap sunyi dan tak seorangpun berani membicarakan lagi peristiwa itu.
Dengan sikap seperti gembira seperti gusar, Pek Kun-gie berbisik kepada Siauw Leng, "Bayar rekening kita, kemudian kau boleh pulang lebih dahulu!"
Kemudian sambil menghampiri Hoa Thian-hong ujarnya pula, "Mari kutemani dirimu pergi ke rumah makan lain, bagaimana kalau kita mencicipi sayuran dusun?"
Hoa Thian-hong sendiri sudah sedari tadi ingin tinggalkan tempat itu, maka tanpa banyak berbicara ia berjalan keluar dari rumah makan itu dan menuju ke jalan raya.
"Sst... perlahan sedikit aah" mendadak Pek Kun-gie berbisik. "Langkah kakimu terlalu lebar, aku sampai lelah menyusul dirimu"
Hoa Thian-hong tertegun dan segera berpaling, tampaklah gadis itu dengan senyum dikulum dan biji mata yang bening sedang memandang pula ke arahnya, "cantik jelita nian gadis ini!" batinnya dalam hati. "Seandainya enci Wan-hong secantik dirinya, oooh betapa indahnya suasana itu."
Keadaan dari Pek Kun-gie be.nar-benar bagaikan berganti orang lain, ini hari wajahnya tidak nampak dingin atau ketus, sebaliknya gerak-geriknya lemah lembut dan penuh kehangatan membuat dia nampak bertambah menarik ibarat sekuntum bunga di pagi hari.
Beberapa waktu kemudian mereka berdua telah tiba di pusat kota, pada suatu persimpangan jalan Hoa Thian-hong segera berhenti dan ia ada maksud mohon diri
Pek Kun-gie tundukkan kepalanya rendah-rendah, terdengar ia berbisik lirih, "Kau masih marah kepadaku?"
"Marah apa," tanya sang pemuda tertegun.
"Bu-liang Sinkun adalah jago kelas satu dalam dunia persilatan dewasa ini, bila kau bunuh Kok See-piauw maka tindakanmu ini akan mencelakai dirimu sendiri, apa gunanya mengundang bencana bagi diri sendiri?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Bara Maharani - Gu Long
ActionSerial Bara Maharani terdiri dari empat buku: 1. Bara Maharani 2. Tiga Maha Besar 3. Rahasia Hiolo Kemala 4. Neraka Hitam Sinopsis : Hoa Thian Hong menggunakan pedang baja berat macam Yo Ko, dan ilmunya naik setaraf demi setaraf, sampai dapat pencer...