Jilid 6 : Dewa geledek Chin Goan Tay

2.2K 29 0
                                    

Air muka Suma Tiang Ciang berubah jadi hijau membesi, katanya, "Pek Siau-thian telah memasuki selat ini, apa bila Seng ji tidak menemui musibah, sepantasnya kalau iapun sudah sampai disini.

"Apakah engkau punya rencana untuk keluar dari lembah Cu-bu-kok ini dalam keadaan hidup?" seru Hoa Hujin secara tiba-tiba dengan wajah yang berat.

"Selama hidup siaute tak pernah melarikan diri untuk kedua kalinya....!"

"Kalau memang begitu apa yang hendak kukatakan lagi?" kata Hoa Hujin dengan sepasang matanya memancarkan cahaya berkilat, "sekalipun engkau berhasil menemukan Seng ji belum tentu ia dapat lolos dari lembah Co bu kok dalam keadaan hidup, kalau memang di mana-mana pun jiwanya terancam bahaya kematian apa gunanya engkau cari dirinya?"

Suma Tiang Cin adalah saudara angkat dari Hoa Goan-siu, dia merupakan satu-satunya orang yang berusia paling muda diantara angkatan yang setaraf dengan Hoa Hujin, wataknya berangasan dan kasar dalam menghadapi musuh, tindakannya selalu keji dan telengas karena kekejamannya dan sikapnya yang sama sekali tidak kenal ampun di tambah pula kepandaian silat yang dimiliki sangat lihay maka beberapa gembong iblis tidak bersedia untuk melakukan pertempuran melawan dirinya oleh sebab itulah dalam beberapa kali pertarungan sengit jiwanya selalu selamat dari kematian.

Karena keistimewaannya itu, orang-orang kangcu memberi julukan Kiu mia kiam kek atau jago pedang bernyawa rangkap sembilan kepada orang ini, selama melakukan perjalanan dalam dunia persilatan dia merupakan momok yang paling memusingkan kepala bagi orang-orang kalangan hitam dan oleh karena wataknya yang sukar diatur itulah Hoa Hujin dengan kedudukannya sebagai kakak ipar selalu bersikap tegas dan keras terhadap dirinya.

Sementara pembicaraan masih berlangsung, semua orang telah memasuk kedalam lembah tersebut.

Suma Tiang Ting merasa sangat tidak puas, belum sempat ia berbicara tiba-tiba sorot matanya yang tajam telah menangkap tulisan besar yang terpancang diatas meja abu pada panggung persembahan, air matanya kontan berubah hebat dan darahnya mendidih.

Sesaat kemudian semuajagopun dapat melihat tulisan tadi, air muka mereka semua kontan berubah sangat hebat.

Terdengar Chin Pek-cuan sambil menggertak gigi berseru, "Anjing bangsat.... manusia laknat....!Rupanya tujuan mereka menyelenggarakan pertemuan besar Kian ciau tayhwee adalah untuk mendoakan arwah-arwah yang telah berpulang dalam pertemuan Pak beng Tay bwee tempo hari...."

Baru saja perkataan itu selesai diutarakan keluar, Thong-thian Kaucu dengan memimpin anak muridnya telah turun dari panggung persembahan dan menyambut kedatangan mereka.

Ketika Hoa Hujin menyaksikan Suma Tiangg Cing telah meraba gagang pedangnya siap menerjang kedepan, ia segera menyapu sekejap wajah para jago dan menegur dengan suara berat, "Siapa yang akan munculkan diri untuk berbicara?"

"Berada dihadapan musuh tangguh, hujin jangan mengacaukan barisan sendiri, engkau saja yang buka suara" kata Cu Tong dewa yang suka pelancongan dengan gelisah.

It Sim hweesio yang berada disisinya segera menimbung pula, "Pinceng tidak ada komentar apa-apa, aku bersedia menerima perintah...." seraya berkata ia menggeserkan badannya mundur selang-kah ke arah belakang.

Cu Im taysu yang melihat sikap rekannya segera ikut pula mundur kebelakang sedang Ciu Thian Huu dari gunung Huang-san bergeser tiga depa kebelakang.

Suma Thian Cing amat membenci terhadap diri Thian Ik-cu, dia ingin sesaki membinasakan imam tua tersebut dalam satu tusukan kilat akan tetapi setalah dilihatnya para jago yang berjalan disamping Hoa Hujin telah mengundurkan diri semua kebelakang terpaksa diapun ikut melangka mundur setindak kebelakang, sepasang matanya yang tajam dengan memancarkan cahaya penuh nafsuh membunuh menatap wajah Thong-thian Kaucu tanpa berkedip.

Bara Maharani - Gu LongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang