Jilid 20 : Pertempuran Segitiga di Air

2K 27 0
                                    

Kiu-im Kaucu yang duduk dikursi kebesarannya, tiba-tiba menyambung dengan nada mengejek.

"Huuh! Memangnya engkau mampu untuk selamatkan jiwanya?"

Hoa Thian-hong tertawa dingin.

"Menang kalah sampai sekarang toh belum ketahuan, buat apa engkau musti bergembira lebih dulu?"

Dalam pada itu, keenam buah perahu besar dari perkumpulan Kiu-im-kauw telah mengepung rapat perahu yang ditumpangi Hoa Thian-hong, keenam perahu tersebut dihubungkan satu sama lainnya dengan rantai baja yang sangat kuat, hingga dengan begitu terciptalah suatu gelang rantai yang mengitari sekeliling sungai.

Sementara perahu penyeberang yang ditumpangi Hoa Thian-hong hanya berada dua kaki dari perahu pengepung, dalam sekali lompatan sebenarnya kedua belah pihak sanggup untuk meloncat keperahu lawan.

Akan tetapi, berhubung arus air sungai amat deras maka susahlah bila ada orang ingin menyeberang keatas perahu lawan, sebab dalam kenyataan perahu itu masih tetap bergerak mengikuti gerak arus air yang sangat deras itu.

Tercekat hati Pia Leng-cu setelah mengawasi sebentar keadaan disekelilingnya, kepungan musuh terlalu tangguh, dalam keadaan begini tidak sukar baginya kalau ingin selamatkan jiwa sendiri, tapi untuk kabur sambil membawa sandera jelas hal itu hanya suatu impian belaka.

Kembali dia berpikir, "Bila situasi berubah lagi, sudah tentu Hoa Thian-hong akan berubah pikiran pula, apa salahnya kalau kugukan kesempatan itu untuk saling bertukar barang dengan dia mumpung pikirannya belum berubah dan dia belum punya ingatan untuk ingkar janji"

Begitu ambil keputusan dihati, ia segera membentak keras, "Hey bocah keparat, kukabulkan permintaanmu itu, nah! sambutlah dara ini...."

Sekali ayun, dia melempar tubuh Pek Kun-gie ke arah perahu.

Hoa Thian-hong kuatir kalau Kiu-im-kauw lakukan pengacauan ditengah jalan, buru-buru dia maju kedepan dan menyambut tubuh Pek Kun-gie.

Apa yang ia duga ternyata meleset, Kiu-im Kaucu tetap duduk tak berkutik dari tempat duduknya, justru dia memang berharap pertukaran manusia dengan pedang bisa berjalan dengan lancar. Apabila pedang baja itu sudah terjatuh ketangan Pia Leng-cu, itu berarti baik pedang baja maupun pedang emas berada ditangan imam tua dari perkumpulan Thong-thian-kauw ini, asal dia melakukan penyergapan dan penangkapan dengan sepenuh tenaga dia yakin usahanya itu pasti akan berhasil.

Dipihak lain, setelah menerima tubuh Pek Kun-gie, pemuda itu segera menegur lirih, "Gie, engkau terluka?"

Betapa gembiranya Pek Kun-gie setelah berada disamping kekasihnya, ia menggeleng.

"Tidak, aku tidak terluka, cuma tangan dan kakiku diikat dengan otot kerbau, pakaianku juga.... juga sudah rusak!"

Hoa Thian-hong mengerutkan dahinya, ia memandang dara itu sekejap, pakaian yang dikenakan adalah sebuah jubah warna hijau yang kedodoran, sekalipun begitu tidak menutupi kecantikan wajahnya.

Cepat ia meraba otot kerbau yang membelenggu tangan kirinya, sekali pencet dengan kelima jari tangennya, otot kerbau yang kuat dan ulet itu seketika terputus jadi beberapa bagian.

"Masuklah kedalam kereta" bisik pemuda itu kemudian, "disitu sudah tersedia pakaian, engkau harus ganti pakaian dengan cepat!"

"Tangan dan kakiku masih kaku, aku tak dapat jalan sendiri! bisik Pek Kun-gie pula dengan aleman"

Terpaksa Hoa Thian-hong merangkul pinggang dara itu menuju ke arah kereta, kemudian menyingkap horden dan membantu pula gadis itu naik kedalam kereta.

Tiba-tiba Kiu-im Kaucu alihkan sorot matanya ke arah kereta kuda itu, kemudian sambil tertawa nyaring berseru.

"Hmmm Hebat sekali siasatmu untuk mengelabuhi musuh, sampai-sampai akupun kena kau tipu!"

Bara Maharani - Gu LongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang