Jilid 25: Oh Ibu... Akhirnya Bertemu Lagi

2.1K 27 0
                                    

TAMPAKLAH bambu kecil di tangannya bergetar tiada hentinya, dalam waktu singkat ia sudah berada di depan mulut gua.

"Nenek tua!" tiba-tiba Tio Sam-koh membentak keras, "cepat hentikan langkahmu, daripada mencari penyakit buat diri sendiri!"

Agaknya ilmu meringankan tubuh yang di miliki nenek baju abu-abu ini jauh di atas nenek buta, sebelum orang lain menyadari apa yang telah terjadi tahu-tahu ia sudah berada di hadapan lawannya.

Nenek buta itu tidak menggubris bentakan orang, sambil bersuit nyaring, ia jejakkan kakinya ke atas tanah dan menerjang masuk ke dalam gua karang itu....

Tio Sam-koh sendiri meskipun buka suara memberi peringatan, akan tetapi tubuhnya tetap berdiri ditepi gua dan sama sekali tidak menghalangi perbuatan orang itu.

Hoa Thian-hong yang berdiri kurang lebih puluhan tombak dari mulut gua itu segera pusatkan perhatian ke arah depan setelah melihat kejadian itu, dia ingin tahu manusia macam apakah yang bersembunyi di dalam gua itu.

Baru saja nenek dewa bermata buta menerjang masuk kemulut gua, mendadak suitan tajamnya itu terhenti sampai di tengah jalan, te lapak kirinya diayun dan mengirim satu pukulan ke arah dalam gua.

Jeritan kesakitan berkumandang memecahkan kesunyian, tiba-tiba bambu kecil yang dipegang di tangan kanannya terlepas dari cekalan, sementara tubuhnya terlempar ke belakang dan jatuh terguling dari atas bukit curam itu.

Peristiwa tersebut benar-benar merupakan suatu kejadian aneh yang sukar dipercayai orang, dengan tenaga lweekang yang dimiliki nenek dewa bermata buta dari peikumpulan Hong-im-hwie ternyata tak sanggup mempertahankan diri terhadap sebuah pukulan dahsyat dari orang lain, dari sini bisa ditarik kesimpulan bahwa jago lihay yang berada di dalam gua merupakan seorang tokoh silat yang maha dahsyat.

Semua orang saling pandang dengan mata terbelalak, sementara nenek buta itu dengan baju yang koyak dan kulit robek tersayat batu tajam, menggelinding terus sampai di bawah bukit, keadaannya mengenaskan sekali dan nenek itu ketika jatuh tak sadarkan diri.

Hoa Thian-hong berdiri dipaling depan, sebagai seorang jago Bulim yang berhati mulia, meskipun tahu bahwa nenek buta adalah musuh tadi ia merasa tak tega membiarkan badannya tersayat hancur, buru-buru telapaknya diayun ke depan melancarkan sebuah pukulan angin lunak, dengan demikian tertahanlah tubuh nenek buta itu sehingga tidak sampai terbanting di bawah jurang.

Sreeet....!sreeet....! Cu Goan-khek serta seorang kakek baju hijau bersama-sama loncat maju ke depan, mereka segera membangunkan tubuh nenek buta itu dari atas tanah.

Kakek baju hijau itu memeriksa sebentar denyutan nada si nenek buta, lalu ujarnya, "Jiko, Sian poo terpukul oleh segulung hawa pukulan yang maha dahsyat sehingga napasnya tersumbat...."

Dengan air muka hijau membesi, Cu Goan-khek mengangguk, buru-buru ia gerakkan tangannya menguruti seluruh jalan darah dan nadi penting di tubuh nenek buta itu.

Tio Sam-koh yang selama ini hanya berdiri saja di depan gua, tiba-tiba menyambar bambu kecil berwarna hijau milik nenek buta itu, sambil diayun kemuka, bentaknya, "Cu Goan-khek! ayoh cepat enyah dari tempat ini.... kalau sampai menggunakan hati aku si nenek tua....Hmm! akan kuusir kalian kawanan bajingan tengiK dari tempat ini!"

Cu Goan-khek menengadah ke atas dan memandang sekejap ke arah Tio Sam-koh dengan pandangan dingin, sementara dalam hati sumpahnya, "Setan tua.... Hmmm! Sekarang engkau bisa berlagak, suatu hari kalau terjatuh ketanganku.... Heeeh heeeh heeeh.... lihatlah sampai di manakah kelihaian ji-ya mu...."

Walaupun makian itu cukup tajam dan pedas namun tak sampai diutarakan keluar.

Lain halnya dengan Seng Sam Hau yang berwatak berangasan, dengan mata melotot dan wajah penuh hawa pembunuhan teriaknya, "Nenek edan, kau musti tahu bahwa saudara dari Hong-im-hwie bukanlah manusia yang gampang dihina, Hmm.... hati-hati dengan mulutmu itu, kalau sampai nanti salah bicara.

Bara Maharani - Gu LongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang