Jilid 2 : Tempat disembunyikan pedang emas

2.6K 34 1
                                    

"SAM-KOH!" seru Hoa Hujin dengan alis mata berkenyit, "benda mujarab yang amat langka itu jangan dibuang dengan percuma!"

"Hmmm.... semua orang mengatakan bahwa benda ini dapat ganti tulang ganti kulit serta menambah umur, aku si nenek tua tidak percaya dengan kabar berita semacam itu...."

"Kalau memang tidak percaya, apa yang hendak kau lakukan?"

"Akan kucoba!" Tio Sam-koh berpaling ke arah Hoa Thian-hong dengan mata melotot besar, lalu membentak, "Hey, bukankah aku suruh engkau pentang lebar mulutmu? apakah telinga mu sudah tuli?"

Hoa Thian-hong menggerakkan bibirnya seperti mau mengucapkan sesuatu, tapi ujung kuku Tio Sam-koh telah menggurat diatas daun Leng-ci itu, karena terpaksa ia buka mulut untuk menerimanya.

Cairan yang dingin dan membawa rasa getir masuk lewat tenggorokannya masuk ke dalam perut.

Ketika Hoa Hujin menyaksikan Tio Sam-koh kurang terima dan kembali akan menyobek pula daun terakhir yang masih tersisa, buru-buru ia cekal pergelangan tangannya segera merampas kembali kotak kumala itu, ujarnya sambil menghela napas panjang, "Badan kulit rambut berasal dari orang tua, kenapa pasti ganti kulit lagi? sekarang kaum iblis sedang merajalela manusia dibuat permainan dan banyak yang mati karena sengsara meskipun ada obat mujarab nasib manusia sudah ditentukan takdir"

Habis berkata ia tutup kotak kumala itu dan bermaksud dimasukkan kedalam sakunya.

Tio Sam-koh sama sekali tidak menggubris ucapan itu sambil tertawa dingin kembali ia berkata, "Benda itu toh miliknya pribadi kenapa engkau menghematnya? hendak buat apa benda itu?

Hoa Thian-hong segera tertawa dan menubruk, "Sam poo boanpwee...."

"Tutup mulut!" bentak Tio Sam-koh dengan gusar.

Hoa Hujin tersenyum, dia serahkan kembali kotak kumala itu ke tangan Hoa Thian-hong sambil pesannya, "Simpan baik-baik benda ini, sekarang duduklah bersemedi serta mengatur pernapasan"

Buru-buru Hoa Thian-hong menerima kembali kotak kumala itu dan dimasukkan kedalam saku, kemudian pejamkan mata dan duduk bersemedi.

Tio Sam-koh memperhatikan pemuda itu beberapa saat lamanya, lalu duduk pula di sampingnya sedangkan Hoa Hujin ambil beberapa lembar kitab yang sudah rusak dan pusatkan perhatiannya untuk mempelajari isi buku tersebut.

Kurang lebih setengah jam kemudian, air muka Hoa Thian-hong yang pucat pias telah berubah jadi merah kembali, dengusan napas pun kian lama kian bertambah berat, sedikit pun tidak mirip seorang jago silat yang memiliki tenaga dalam.

Walaupun Tio Sam-koh duduk agak jauh dari pemuda itu, namun sepasang matanya menatap wajah Hoa Thian-hong tanpa berkedip, dia awasi terus semua perubahan wajah.

Sedangkan Hoa Hujin sama sekali tidak menggubris putranya yang sedang duduk bersemedi itu bahkan melirik barang sekejappun tidak, dia hanya pusatkan perhatiannya untuk membaca buku.

Buku tadi bukan lain adalah kitab catatan Ci yu jit ciat yang berhasil dirampas oleh Tio Sam-koh dari saku Hoa Thian-hong.

Menyaksikan Hoa Hujin pusatkan perhatiannya untuk membaca buku dan sama sekali tidak mengurusi putranya, Tio Sam kong naik pitam dan merasa mendongkol sekali, dia ingin sekali membentak perempuan tersebut, tapi diapun takut bentakan itu akan mengganggu ketenangan Hoa Thian-hong dalam melakukan semedinya.

Setelah bersabar beberapa saat lamanya, lama-kelamaan ia tak kuat menahan diri lagi, dengan ilmu menyampaikan suara segera tegurnya terhadap diri Hoa Hujin, "Obat itu mulai bekerja, coba tengoklah sebentar wajah Seng ji"

Hoa Hujin menengadah memandang sekejap ke arah Hoa Thian-hong kemudian menjawab, "Kita tak tahu setelah Leng-ci itu dimakan bagaimanakah reaksinya apabila bertemu dengan sari racun dari teratai racun empedu api yang bersarang didalam tubuhnya, dan lagi akupun tak tahu bagimana akibatnya nanti?"

Bara Maharani - Gu LongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang