Jilid 3. Tiga dewi dari wilayah Biau

2.4K 35 6
                                    

SEMUA orang menganggut dengan mulut membungkam, mereka menantikan perkataan pemuda itu lebih jauh.

Dengan sorot mata yang tajam, Hoa Thian-hong menyapu sekejap wajah para jaga, kemudian katanya lebih jauh, "Menurut pendapat boanpwce, lebih baik sebelum kejadian kita tentukan lebih dahulu seseorang, sebelum pertarungan massal berkobar kita tantang Thian Ik-cu lebih dahulu serta berusaha keras untuk menggetar kutungkan pedang Poan liong Poo kiam miliknya itu!"

Mendengar perkataan ini semua orang segera saling berpandangan dengan mulut membungkam, dalam hati mereka pun memikirkan siapakah orang yang cocok untuk maju pada babak pertama ini serta mengambil oper tugas tersebut.

Tiba-tiba Cu Im taysu berkata, "Hoa Hujin, pekerjaan itu merupakan suatu pekerjaan yang berat dan maha penting, aku lihat terpaksa hujin harus turun tangan sendiri"

Hoa Hujin termenung beberapa saat lamanya, kemudian sambil menghela napas, ia gelengkan kepalanya berulang kali.

"Sejak permulaan sampai sekarang, aku orang Bun Siau-ih tak pernah menggunakan senjata, kalau dikatakan untuk membereskan jiwa Thian Ik-cu memang gampang sekali, tapi untuk menggetarkan pedang mustikanya sampai kuntung pekerjaan ini terlalu sulit"

"Aneh benar!" teriak Tio Sam-koh dengan dahi berkerut, "kalau memang untuk membereskan jiwa Thian Ik-cu gampang sekali, apa salahnya kalau sekali hantam kau bereskan saja bajingan-bajingan itu?"

Hoa Hujin tertawa getir.

"Sam-koh, terus terang saja kukatakan bahwa tenaga pukulan yang kumiliki pada saat ini mungkin tak akan mampu ditahan oleh siapapun juga di kolong langit dewasa ini"

"Bagus sekali, kalau memang begtu kenapa engkau harus sungkan-sungkan lagi?"

"Aaai....! Sam-koh dengarkan dahulu perkataanku!"

"Katakanlah! aku nenek tua akan mendengarkan."

Hoa Hujin menghela nafas panjang ujarnya, "Tenaga pukulan yang kumiliki bagaikan air dalam gentong saja lebih banyak serangan yang dipergunakan makin berkurang tenaga pukulanku jumlah pukulan yang bisa kupergunakanpun tertentu sekali jumlahnya"

"Lalu berapa banyak pukulan yang mampu kau lancarkan?" tanya Tio Sam-koh dengan hati tercengang.

"Itu sih tidak menentu, tenaga pukulanku bisa digunakan dalam satu kali pukulan belaka dapat pula dipergunakan secara menghemat dan sampai beberapa puluh pukulan"

"Heeehh.... heeehh.... heeehhh....selamanya engkau memang paling suka memperhatikan segala macam keanehan!" seru Tio Sam-koh sambil gelengkan kepalanya berulang kali.

"Ibu!" tiba-tiba Hoa Thian-hong berseru, "bila tenaga pukulanmu telah habis dipergunakan maka bagaimanakah dengan kesehatan badanmu?"

Cu Im taysu menghela napas panjang, pikirnya, "Kebaktian bocah ini terhadap ibunya benar-benar tak dapat dibandingkan dengan orang lain"

Tampak Hoa Hujin tersanyum, sambil memandang ke arah putra kesayangannya, ia berkata, "Semua harapan pada saat ini terletak di atas pundak kita, sudah sepantasnya kalau kita berusaha untuk menghindarkan diri dari pertanyaan itu, timbullah perasaan curiga dalam hati Hoa Thian-hong, tanyanya lebih jauh, "Bagaimana dengan luka lama yang ibu derita? dan pukulan beracun itu...."

"Engkau tak usah banyak bertanya!" tukas Hoa Hujin cepat.

Setelah berhenti sebentar, tiba-tiba ujarnya lagi dengan suara lembut, "Akupun tak akan mengelabuhi dirimu, luka racun yang kuderita akibat serangan tempo hari berhasil kusanding dengan tenaga da lamku, jikala tenaga murniku habis digunakan maka luka racun itu akan kambuh kembali"

Bara Maharani - Gu LongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang