Jilid 5 : Hoa Thian Hong menolong Pek Kun Gie

2.2K 27 0
                                    

HARUSLAH diketahui serangan yang dilancarkan oleh Hoa Thian-hong barusan sama sekali tidak memperlihatkan kesempurnaan dalam tenaga dalam juga bukan keampuhan dalam jurus serangan melainkan kegagahan keberanian serta hasil latihan yang semestinya sudah mencapai puluhan tahun lamanya dan pengalamanya dalam menghadapi ratusan pertarungan itulah yang menggetarkan kesempurnaan tersebut tak dapat diciptakan baik dengan obat-obatan maupun dengan kecerdasan, kematangan itu hanya bisa dihasilkan karena latihan yang lama serta seringnya bertempur.

Diam-diam Pek Siau-thian merasa amat terperanjat, dengan cepat menyingkir kesamping kiri pemuda itu kemudian melancarkan sebuah serangan lagi.

Hoa Thian-hong menggetarkan pedang bajanya kebawah untuk memunahkan serangan tersebut, pikirnya, "Kun Gie sudah mati, dendam kesumat inipun tak dapat dihindari lagi, Pek Siaiu Thian sebagai seorang pemimpin persilatan pasti akan berusaha keras untuk membalas dendam sakit hati akan kematian putrinya itu, tapi aku merasa bersalah meskipun kematiannya membuat aku menyesal namun aku tak dapat mengorbankan jiwaku demi mensukseskan harapan Pek Siau-thian untuk membalas dendam...."

Berpikir sampai disini ia segera membentak keras.... Sreett! sreett! secara beruntun ia lepaskan dua buah serangan dengan kedu dukan menyerang menggantikan posisi lawan dan ia berusaha merebut diatas angin.

Desiran angin pedang menggetarkan telinga Pek Siau-thian, hawa pedang yang terpancar keluar dari senjata tersebut mampu melukai orang tanpa berwujud.

Sementara itu Pek Siau-thian sendiri sambil melayani serangan-serangan lawan, dalam hati diam-diam membuat perhitungan, pikirnya, "Tindak tanduk ini seringkali berada diluar dugaanku, rupanya ia sudah berhasil mencapai kesempurnaan dalam ilmu silatnya dan jelas merupakan ancaman terbesar bagi dunia persilatan, Kun Gie sudah mati dan perduli bagaimanapun juga hari ini aku harus membinasakan bocah keparat ini tapi.... besok pertemuan besar Kian ciau tayhwee bakal diselenggerakan, aku harus menghindari pertempuran-pertempuran yang terlalu membuang tenaga serta berusaha keras untuk menghemat tenaga...."

Berpikir sampai disini secara tiba-tiba ia lancarkan tiga buah serangan berantai kemudian bentaknya keras-keras, "Tahan!"

Hoa Thian-hong menghindar satu langkah kebelakang sambil silangkan pedangnya didepan dada, ia menegur, "Engkau ada urusan apa?"

Wajah Pek Siau-thian Kaku dan sedikitpun tidak menunjukkan perasaan apapun, ujarnya, "Tahukah engkau, kemarin malam ada urusan apa putriku yang tidak berbakti itu datang mencari dirimu?"

Dengan penuh perasaan sedih, Hoa Thian-hong menggeleng lalu jawabnya lirih, "Pada saat itu aku sedang berlatih pedang dibelakang bukit, aku tak sempat berjumpa muka dengan dirinya ketika aku menyusul kesini dia...."

Terbayang kembali kejadian tatkala ia di kerubuti orang tempo hari, Pek Kau Gie begitu kuatir, cemas bercampur gelisah memandang ke arahnya membuat ia merasa amat sedih sehingga tak sanggup mengucapkan sepatah katapun.

Terdengar Pek Siau-thian tertawa dingin dan berseru, "Orang she Hoa, terus terang kuberitahukan kepadamu, pihak perkumpulan Sin-kie-pang, Hong-im-hwie, Thong-thian-kauw untuk sementara waktu telah melupakan perselisihan pribadinya dan telah membentuk persekutuan untuk bersama-sama membentuk jebakan maut disekitar tempat terselenggaranya pertemuan besar itu, asal kalian besok pagi berani menghadiri pertemuan besar Kian ciau tayhwee maka kalian manusia-manusia yang berlagak sok mulia akan dibasmi semua dan dibunuh habis dari muka bumi!"

Walaupun kejadian ini sudah berada dalam dugaan para jago, akan tetapi setelah perkataan itu diutarakan dari mulut Pek Siau-thian sendiri, tak urung membuat Hoa Thian-hong terkesiap juga hingga air mukanya berubah sangat hebat.

Terdengar Pek Siau-thian menghela napas panjang, kemudian menyambung lebih jauh, "Siapa tahu putriku yang tak berbakti itu mencari kematian buat diri sendiri, matanya sudah buta dan menganggap engkau seorang pria yang suka memandang tinggi soal cinta, ia berharap bisa mendampingi dirimu sepanjang hidup setelah dia mengetahui akan rahasia ini dan menyaksikan kalian terancam kepunahan, maka dengan menempuh bahaya ia memohon kepadaku agar memberi petunjuk untuk menghindarkan kalian dari bencana maut, ia telah berlutut satu hari satu malam lamanya. Aaaai.... sungguh menyesal kukabulkan permintaannya"

Bara Maharani - Gu LongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang