Neraka Hitam Jilid 1

3.2K 27 1
                                    

DALAM cerita yang berjudul Rahasia hiolo kumala, dikisahkan bahwa Hoa In liong sedang bercakap-cakap dengan Si Leng jin membicarakan rahasia yang meliputi perkumpulan Hian beng kau, sebuah batu kecil disambit ke dalam jendela oleh seseorang.

Setelah dilakukan pengejaran yang amat ketat, akhirnya dapat diketahui bahwa orang itu adalah seorang kakek berbaju hijau.

Dalam suatu perdebatan sengit yang kemudian berlangsung, Hoa In Liong bersikeras untuk menantang kakek itu berduel.

Karena mendongkol dan jengkel setelah di desak terus menerus, akhirnya kakek berbaju hijau itu berkata sambil tertawa keras. "Bocah cilik! Tampaknya sebelum kau diberi penjelasan yang setimpal, kelatahanmu kini hari akan kian bertambah, baiklah! Akan kuterima tantanganmu itu."

Sinar keemasan emas tampak berkilauan di udara, tahu-tahu didalam pergelanggan tangan si kakek berbaju hijau itu telah bertambah dengan dua buah gelang emas yang besarnya seperti mangkuk dengan permukaan luarnya rata, sedang permukaan dalamnya bergerigi.

Gelang itu tidak mirip gelang baja Liong hau kang-huan, juga tidak mirip dengan gelang pelindung tangan lu jiu huan, tapi yang jelas bentuk senjata tersebut merupakan suatu bentuk senjata yang aneh dan istimewa sekali.

Diam-diam Hoa In liong berpikir setelah menyaksikan bentuk aneh senjata musuhnya.

"Bila dilihat dari bentuk senjata itu tampak gerigi dibalik gelang khusus dipergunakan untuk mengunci pedang musuh, Hmm... cuma kalau kau anggap ilmu pedang keluarga Hoa kami dapat diatasi dengan cara semacam itu, maka keliru besarlah penghitunganmu itu"

Terdengar sikakek berjubah hijau berkata lagi.

"Jurus seranganku dalam mempergunakan senjata Jit gwat siang huan (sepasang gelang mata hari dan rembulan) ku ini mempunyai keistimewaan yang berbeda jauh dengan keadaan pada umumnya kau musti lebih berhati-hati......"

"Tak usah kuatir, cuma akupun berharap agar kau lebih waspada pula sewaktu menghadapi ancaman pedangku"

Sekalipun napsu membunuhnya sudah jauh berkurang anak muda itu masih tidak sudi untuk melepaskan si kakek musuhnya dengan begitu saja, maka setelah berpikir sebentar, tubuhnya segera menubruk ke muka, pedang antiknya langsung membabat kepinggang lawan.

Jangan dianggap serangan itu amat sederhana dan biasa, hakekatnya dibalik kesederhanaan tersebut justru tersimpan suatu da ya kekuatan yang amat dahsyat.

Kakek berbaju hijau itu terperanjat, pikirnya:
"Hebat betul tenaga dalam yang dimiliki orang ini, tak malu kalau menjadi putranya Thian cu kiam"

Sementara otaknya berputar, dengan cekatan ia berkelit ke samping.

"Huuh.....semula kuanggap ilmu silatmu sudah lihay benar, tak tahunya cuma manusia yang pandai berkelit" ejek Hoa In liong kemudian sambil tertawa.

Betapa gusarnya kakek berbaju hijau itu mendengar ejekan tersebut, diam-diam ia menyumpah:

"Sialan betul kau si bocah latah, tampaknya aku harus memberi pelajaran yang setimpal kepadamu"

Dalam hati ia berpikir demikian, diluar katanya:

"Bagus sekali! Bukankah kau akan menjadi pemimpin umat persilatan? Ketahuilah jago-jago dalam Hian beng kau yang lebih li hay dari diriku banyaknya tak terhitung, jika tak mampu menangkan aku lebih baik enyah dari sini dan pulang saja ke perkampungan Liok soat san ceng"

Sambil berkata sinar emas berkilauan diangkasa, bagaikan sebuah bukit emas, kedua buah senjata itu langsung menghantam keatas batok kepala si anak muda itu.

Terkejut juga Hoa In liong menghadapi ke ganasan serangan itu, tapi bukan berarti dia takut, pedangnya segera diputar untuk me-nyongsong datangnya ancaman tersebut.

Bara Maharani - Gu LongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang