Jilid 25 : Pengorbanan tulus Giok Teng Hujien

2.1K 28 0
                                    

TENGAH hari itu tibalah si anak muda itu didalam sebuah dusun, karena merasa lapar dia ambil keputusan untuk beristirahat dan mengisi perut lebih dahulu sebelum melanjutkan perjalanannya lagi.

Dari kejauhan ia lihat ada sebuah warung dengan panji tulisan "Arak" berkibar terhembus angin, dengan langkah lebar ia lantas menghampiri warung itu, maksudnya ia hendak minum arak untuk meng-hilangkan segala kemurungan yang mencekam dirinya selama dua hari ini.

Ramai sekali warung arak itu apalagi letaknya ditepi sebuah jalan raya, bukan saja bangunannya lebar dengan dua puluh meja lebih, daganganpun ramai sekali.

Terutama disaat tengah hari, banyak orang bersantap dalam warung itu sambil melepaskan dahaga, maka hampir saja delapan bagian sudah penuh berisikan tamu.

Baru saja Hoa Thian-hong duduk disebuah meja kosong, seorang pelayan yang basah oleh keringat telah datang menghampiri sambil menyapa.

"Siangkong, engkan hendak pesan apa?"

"Siapkan sepoci arak dan beberapa macam sayur!" jawab pemuda itu seenaknya.

Pelayan itu segera mengiakan dan berlalu.

0000O0000

SELANG SESAAT, pelayan telah muncul menghidangkan sepoci arak dan sepiring daging sapi yang tampak lezat.

Dasar anak dusun yang sudah banyak tahun hidup diatas bukit dan siang malam hanya memikirkan soal belajar silat, kemudian setelah terjun kedalam dunia persilatan harus terlibat dalam masalah yang pelik, menyaksikan hidangan yaog lezat, kontan si anak muda itu menyikatnya densan lahap.

Memang sudah lama ia terjun kedalam dunia persialatan, selama luntang lantung kesana kemari tanpa tempat tinggal yang tetap, entah sudah berapa ribu kali masuk kerumah makan untuk bersantp, tapi mi num arak seorang diri baru dialaminya sekarang untuk pertama kali.

Ketika pelayan arak itu mendengar bahwa tamunya hanya memesan beberapa macam sayur yang sederhana, dikiranya pemuda ini bukan seorang yang biasa makan minun, oleh sebab itu arak yang dihidangkan juga arak biasa yang terhitung dari kwalitet rendah.

Baru satu tegukan ia mencicipi, terasa arak itu amat keras bagaikan tusukkan jarum, bukan saja susah ditelan bahkan rasanya juga sangat tak enak.

Tanpa terasa ia menghela napas berat, dalam benaknya terlintas pula kenangan dimasa silam.

Dia masih ingat ketika untuk pertama kalinya minum arak dikota Cho ciu, waktu itu senja baru menjelang tiba dan ia menghadiri pertemuan yang diadakan Giok Teng Hujin didalam kuil It goan koan dari Thong-thian-kauw, ketika itu Giok Teng Hujin dengan dandanan yang agung sambil membopong Soat-ji makhluk aneh itu duduk di kursi utama, sementara disampingnya didampingi Cing siu cu dan Ngo ing cin jin dari Kuil It goan koan.

Pui Che-giok dayang Giok Teng Hujin yang cantik jelita bertugas melayani Hoa Thian-hong, sementara kawanan gadis cantik yang lain mengiringi diseputar ruang perjamuan.

Waktu itulah untuk pertama kalinya dia dihormati orang sebagai tamu terhormat, untuk pertama kalinya disanjung dan dipandang oleh seorang jago kenamaan.

Menyusul kemudian perjamuan yang diadakan Giok Teng Hujin dalam pesanggrahan nya ditepi pantai, rumah yang putih dengan ruangan yang serba indah.

Dan terakhir ketika berada dalam kota Lok yang, didalam sebuah ruang loteng yang kecil mungil, dengan pembaringan yang putih beralaskan kain seprei warna merah jambu, lilin merah dengan ukiran naga dan burung hong, serta arak dewa mabuk yang menggairahkan api asmara.

Aaai, dia hanya senantiasa melepaskan budi kepadaku, melepaskan kebaikan kepadaku belum pernah mengucapkan kata-kata yang tak sedap didengar, tak pernah menuntut sesuatu balas jasa atas pertolongan yang pernah dilakukannya, dia memang seorang perempuan yang cantik, hebat dan luar biasa.

Bara Maharani - Gu LongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang