Rahasia Hiolo Kumala Jilid 13-15

3.5K 31 0
                                    

Jilid 13
"COA WI-WI segera mengernyitkan alis matanya lalu dengan bibir yang dicibirkan dia mengejek, "Hmmm....! Memang luar biasa.... memang luar biasa.... Akhirnya dia sendiri pun diculik orang. Hmmm.... sahabatmu memang hebat sekali!"
"Kau.... kau.... semuanya ini adalah gara-gara ulahmu!"

Coa Cong-gi semakin mendongkol sehingga ia berteriak-teriak keras, "Coba kalau bukan gara-gara kau sehingga perhatiannya bercabang, Hmm! Kiu-im Kaucu itu manusia macam apa? Dengan andalkan kepandaiannya tak nanti ia sanggup...."

"Tak dapat memusatkan perhatian untuk menghadapi musuh sudah merupakan pantangan yang paling besar lagi seorang jago silat. Sekalipun ilmu sifatnya maha dahsyat, tapi kalau pantangan tersebutpun tidak diperhatikan, lalu apa gunanya?" tukas Coa-wi-wi dengan suara yang tak kalah lantangnya.
Coa Cong-gi jadi semakin mendongkol sehingga untuk sesaat ia tak mampu berkata-kata. Selang sejenak kemudian ia menggerakkan bibirnya seperti hendak mengucapkan sesuatu, akan tetapi ibunya Swan Bun-sian yang lagi murung dan kesal jadi jengkel. Semua rasa murungnya segera dilampiaskan keluar dengan membentak keras, "Jangan ribut terus! Apa sangkut pautnya antara tinggi rendahnya ilmu silat orang lain dengan diri kita?"
Goan-cing Taysu segera tersenyum. "Anak Sian, kembali engkau keliru" katanya dengan lembut, "Hoa In-liong benar-benar seorang pemuda yang luar biasa. Bukan saja gagah perkasa dan berjiwa besar. Wataknya juga jujur, disiplin dan bijaksana, dia merupakan seorang laki-laki yang berani berbuat, berani pula bertanggung jawab. Ditambah lagi otaknya memang cerdik dan pandai menghadapi segala perubahan dengan cekatan, justru dialah yang dikemudian hari akan memikul tanggung jawab untuk membasmi siuman dari muka bumi serta menegakkan keadilan dan kebenaran bagi dunia persilatan kita semua"
Berbicara sampai disini, sinar matanya seperti sengaja tak sengaja melirik sekejap ke arah "Wi-ji".
Coa Wi-wi segera merasa adanya satu ingatan melintas dalam benaknya, dia lantas berseru, "Kongkong, kalau engkaupun berani berkata demikian, bukankah itu berarti bahwa dia adalah seorang manusia yang betul-betul sempurna?"
Goan-cing Taysu mengangguk. "Yaa, tentu saja ada juga kejelekan-kejelekan, cuma kejelekan yang dimilikinya terlampau kecil sehingga sama sekali tidak mempengaruhi wibawanya untuk memimpin dunia persilatan dikemudian hari. Bila dikemudian hari ada kesempatan, lolap harap engkau dapat bersahabat dengan lebih akrab lagi dengannya"
Kontan Coa Wi-wi mencibirkan bibirnya yang kecil. "Huuh! Siapa yang sudi bersahabat dengannya? Bila dikemudian hari ada kesempatan, justru anak Wi ingin menantang dia berkelahi. Ingin kubuktikan apakah ilmu silatnya benar-benar amat luar biasa atau tidak!"
Goan-cing taysu tersenyum ia tidak menanggapi kata kata dari gadis itu lagi, sambil berpaling ke arah Swan Bun-sian, dia pun berkata lebih lanjut, "Anak Sian, bagaimana pendapatmu? Lolap rasa apa yang diucapkan Siau Gi-ji memang sangat tepat, baik untuk menyelidiki jejak dari anak Hou ataukah melaksanakan kewajiban sebagai seorang yang pernah belajar silat. Engkau harus banyak melakukan perjalanan didunia luar. Mengurung diri dalam rumah tak akan mendatangkan keuntungan serta manfaat apa-apa bagimu!"
Swan Bun-sian tidak langsung menjawab, dia tampak termenung sejenak, kemudian baru sahutnya, "Pikiran dan perasaan anak Sian pada saat ini sedang kalut dan tidak tenang, aku tak bisa mengambil keputusan"
"Haaa.... haa.... haa.... Kalau memang begitu, demikian saja" kata Goan-cing Tay su setelah tertawa terbahak-bahak dengan nyaringnya, "Engkau berangkatlah ke barat dan temuilah Hoa Thian-hong serta ibunya. Hoa Thian-hong mempunyai kenalan yang tersebar diseantero jagad. Ini sangat membantu usahamu untuk mencari tahu jejak dari anak Hou. sedang lolap sendiri biarlah sementara waktu bersama anak Gi dan anak Wi pergi menolong nyawa Hoa In-liong"
"Aaaah.... Tidak mau, tidak mau. Wi-ji ingin bersama ibu saja.... Wi-ji tak mau ikut Kongkong" buru-buru Coa wi-wi berseru dengan nada amat gelisah.

"Bukankah engkau hendak menantang Hoa In-liong untuk berduel....?" goda Goan Cing Taysu sambil tersenyum.
"Sekalipun aku pingin menantangnya untuk berduel, toh tidak musti dilakukan sekarang, lain kesempatan masih panjang" sahut Coa Wi-wi, "Wi ji tak tega membiarkan mama pergi jauh seorang diri, biarlah wi-ji menemani dia orang tua!"
Goan-cing Taysu segera mengangguk sambil memuji, "Ehmmm.... Sungguh tak kusangka kalau engkau sangat berbakti kepada ibumu, Nah! Kalau memang begitu, ikutlah ibumu pergi!"
Setelah perundingan berakhir, sekalipun Swan Bun-sian tidak berkenan dengan keputusan itu, akan tetapi diapun tidak membantah lebih jauh....
Selama ini Coa Cong-gi sendiri selalu menguatirkan keselamatan Hoa In- liong, ia jadi gelisah sekali. Dengan pelbagai cara serta perkataan ia mendesak ibunya agar cepat mengambil keputusan dibawah desakan putranya yang bertubi-tubi, akhirnya Swan Bun-sian kewalahan juga, dengan perasaan apa boleh buat terpaksa dia mengangguk.
Maka cucu dan kakek berempat pun melakukan perjalanan dan menuruni bukit Ciong-san tersebut.
OOOOoooOOOO
Dalam pada itu, Kiu-im kaucu yang berhasil dengan sergapannya segera mengempit tubuh Hoa In-liong kabur ke dalam hutan. Dari situ dengan tergopoh-gopoh dia pimpin semua anak buahnya kabur kebukit Ciong-san sebelah barat dan menuju ketepi sungai Yang-cu-kang.
Ditepi sungai berdirilah sebuah bangunan besar yang megah. Bukan saja gedung itu tersusun-susun memanjang ke dalam, bahkan bangunan tersebut tampak masih baru, seperti selesai dibangun belum lama berselang.
Tak usah diragukan lagi disinilah letak kantor cabang kota Kim-leng dari perkumpulan Kiu-im-kauw. Rombongan jago itu setibanya di tepi sungai segera memasuki gedung baru itu.
Sejak jalan darahnya tertotok tadi selama ini Hoa In-liong berada dalam keadaan tak sadar. Tentu saja terhadap segala yang terjadi diapun tidak tahu. Ketika mendusin kembali dari pingsannya, ia baru temukan kalau dirinya berada dalam sebuah ruangan yang besar, megah, indah dan sangat mewah.
9
Lampu keraton bergantungan disana-sini. Dinding yang berwarna kuning keemas-emasan me-mancarkan cahaya yang menyilaukan mata. Dengan senyuman dikulum Kiu-im kaucu duduk diatas kursi kebesarannya yang dilapisi kulit harimau. Yu-beng-tiancu Bwee Su-yok yang berwajah kaku dan sedingin salju berdiri dibelakangnya, sementara Tiancu ruang penyiksaan dan para Tongcu lainnya berjajar dikedua belah sisinya, suasananya waktu itu amat serius dan penuh dengan kewibawaan.
Diam-diam Hoa In-liong mengerahkan tenaga dalamnya mengelilingi seluruh badan, ia merasa semua jalan darahnya sudah bebas semua, dan lagi sekujur badannya tidak menunjukkan tanda-tanda yang tak beres. Kenyataan ini membuat perasaannya jadi lebih tenang, otaknya lantas berputar keras untuk mencari jalan keluar dalam masalah tersebut.
Sementara dia masih termenung, tiba-tiba terdengar olehnya Kiu-im Kaucu sedang berkata dengan suara lembut, "Hoa siau-hiap, dengan suatu sergapan yang tidak terdugalah aku baru berhasil membekuk diri mu, tentunya engkau tidak menyalahkan perbuatanku yang terlampau rendah dan tak tahu malu bukan?"
"Ooooh.... Jadi engkau juga tahu toh kalau main sergap adalah suatu perbuatan yang rendah dan memalukan?" ejek Hoa In-liong dengan dahi berkerut.
Bwee Su-yok yang selama ini membungkam, tiba-tiba mendengus dingin. "Hmm....! Sebagai musuh yang sedang berhadapan muka, sudah jamak atau kalau masing-masing pihak berusaha adu tenaga maupun kecerdikan. Bila engkau tidak puas, ayolah! Kita beradu kepandaian lagi disini juga"
Mendengar ucapan tersebut, berkobarlah hawa amarah Hoa In-liong tapi ketika sinar matanya saling membentur dengan sepasang biji mata Bwee Su-yok yang jeli tapi dingin itu, tiba-tiba saja hawa amarahnya sirna dengan begitu saja, malah diapun berpikir lebih jauh, "Sebagai seorang lelaki sejati aku harus pandai menyesuaikan diri. Bila aku bersikeras mengumbar emosi saja, sudah pasti kerugianlah yang kuperoleh, aku harus mencari akal untuk berusaha meloloskan diri dari tempat ini"
Pemuda ini jadi orang bersikap terbuka dan tidak terlampau terikat oleh segala adat istiadat yang tetek bengek, apalagi setiap kali berjumpa dengan ancaman bahaya maut, dia selalu tenang dan menggunakan otaknya untuk menghadapi keadaan.
Tapi sekarang, setelah ia tertawan, otomatis jalan pemikirannya juga ikut mengalami perubahan itulah yang dinamakan orang: Siapa yang tahu gelagat dan keadaan, dialah seorang manusia yang cerdas. Dan rasanya Hoa In-liong memang cocok sekali dengan keadaan tersebut.
Padahal, berbicara yang sesungguhnya, selain alasan-alasan diatas masih ada lagi sebab musabab lain yang rasanya lebih cocok, yakni kecantikan Bwee Su-yok.
Tampaknya kecantikan wajah si nona itu sudah terlampau melekat dalam hatinya membuat pemuda yang pada dasarnya memang romantis ini tak mampu mengutarakan kemarahannya dihadapan gadis cantik itu, meski amarahnya sudah mencapai pada puncaknya.
Ketika pemuda itu teringat kembali tentang kegagahannya sebagai seorang pria, sepasang matanya yang tajam segera memandang wajah Bwee Su-yok lekat-lekat, sedikitpun tidak nampak berkedip.
Bagi pandangan orang lain, maka sorot mata tersebut dapat berarti dua perasaan.
Yang satu adalah perasaan tenang, hambar, seakan-akan perasaan hatinya setenang air, terhadap suasana yang serta menegangkan disekelilingnya sama sekali tidak terpengaruh.
Sedang perasaan kedua adalah suatu perasaan marah yang meluap, orang akan menganggap dia sedang marah dan tersinggung oleh perkataan Bwee Su-yok, tapi lantaran ia sudah tertawan, maka rasa gusarnya tak berani diutarakaan keluar.
Sebaliknya bagi pandangan Bwee Su-yok, sorot mata semacam itu justru mendatangkan perasaan yang lain daripada yang lain dengan rekan-rekannya.
Walaupun wajah Bwee Su-yok dingin dan kaku tapi sorot mata dari Hoa In-liong itu justru merupakan kobaran api yang membara. Ketika mereka berdua saling berpandangan tanpa berkedip, maka lama kelamaan Bwee Su-yok merasakan suatu perasaan yang sangat aneh. Dia merasa tubuhnya bergetar keras, jantungnya berdebar lebih keras dari keadaan semula. Suatu perasaan yang belum pernah dialaminya selama ini dengan cepat menyelimuti seluruh benaknya dan tanpa diketahui sebabnya tiba-tiba saja mukanya jadi merah. Tapi hanya sejenak, dia segera mendengus dan melengos kesamping lain.
Setelah merah wajahnya kemudian mendengus pula, apa alasannya demikian? Tentu saja kecuali mereka berdua, orang lain tidak akan memahaminya.
Dalam pada itu, Kiu-im kaucu telah berkata lagi sambil tertawa seram, "Hoa siau-hiap, kalau berbicara tentang soal tingkat kedudukan, perbuatanku dengan cara menyergap menotok jalan darahmu tadi memang kurang pantas dan sedikit menurunkan gengsi sendiri. Tapi akupun mempunyai kesulitan yang memaksa diriku harus berbuat demikian. Coba bayangkan saja betapa sayangnya aku terhadap ibumu, padahal tujuanku turun gunung kali ini adalah untuk merebut tempat kedudukan yang terhormat dalam dunia persilatan. Selama ibumu masih berada di bukit Im-tiong-san bagaimana mungkin aku dapat melanjutkan rencanaku untuk memusuhi keluarga Hoa kalian?"
Hoa In-liong adalah seorang pemuda yang cerdik. Dari pembicaraan Kiu-im kaucu yang bolak balik tak menentu itu, dia segera mengetahui bahwa pihak musuhnya mempunyai tujuan dan maksud-maksud tertentu, maka diapun mengerling sekejap ke arah perempuan tua yang angker itu seraya berseru, "Huuuh! Kalau bicara saja enak kedengarannya, padahal siapa tahu bagaimanakah kesungguhannya? Benarkah kaucu benar-benar tidak bermaksud sesuatu?"
Kiu-im kaucu tidak tersinggung oleh perkataan tersebut, kembali ujarnya, "Bila kubicarakan secara blak-blakan, mungkin saja engkau tak akan mempercayainya, tahukah engkau bahwa didalam peristiwa pembunuhan berdarah atas diri Suma tayhiap beserta istrinya bukan saja aku ikut mengambil bagian. Pihak perkumpulan Hian-beng-kauw juga ikut ambil bagian bahkan Ku Ing-ing, si Giok-teng hujin itupun turut ambil bagian. Jika engkau hanya menaruh rasa benci dan dendam terhadap aku seorang, tidakkah kau merasa bahwa tindakanmu tersebut bukan saja tidak bijaksana bahkan merupakan suatu keputusan semena-mena yang tidak adil?"
Diam-diam Hoa In-Iiong merasa terperanjat sekali sehabis mendengar pekataan itu, pikirnya, "Dengan begitu terus terang dia mengemukakan latar belakang peristiwa berdarah itu kepadaku, sudah pasti ia memang mempunyai rencana untuk membinasakan diriku"
Meskipun dalam hati merasa kaget, diluaran dia tetap bersikap tenang, setelah mengerling sekejap katanya kemudian, "Dewasa ini Hoa In-liong sudah menjadi tawananmu, mau bunuh mau jagal terserah pada diri kaucu, buat apa kau ucapkan kata-kata seperti itu....?"
"Aku hanya suruh engkau percaya saja" sahut Kiu-im kaucu sambil tersenyum, "Aku tidak bermaksud apa-apa terhadap diri siauhiap"
"Hoa In-liong bukan anak kecil yang berusia tiga tahun, jangan harap bujuk rayu dan kata-kata manismu akan mendatangkan hasil bagimu" kata Hoa In-liong kemudian dengan tenang. "Maka kuanjurkan kepadamu lebih baik berbicaralah terus terang bila ingin mengutarakan sesuatu, asal aku Hoa In-liong mampu untuk menjawab, pertanyaan itu tentu akan kujawab, jika tak sanggup kujawab, sekalipun kau rantai badanku dengan borgol sebesar apapun jangan harap bisa memaksa aku untuk mengutarakan sepatah katapun juga"
Seng-Sin-sam yang kerdil dan menjabat sebagai Tongcu penerimaan anggota baru itu tiba-tiba menyela sambil tertawa seram, "Heeehh.... heehh.... hee.... Terus terang kuberitahukan kepadamu, pada hakekatnya kamipun tiada pertanyaan yang hendak diajukan kepadamu. Aku menjabat sebagai ketua ruang penerimaan anggota baru. Andaikata engkau berhasrat masuk menjadi anggota perkumpulan kami, asal aku mengutarakan beberapa patah kata yang indah dihadapan kaucu kami, tanggung engkau pati akan ke terima menjadi anggota kami"
Berbicara menurut keadaan pada umumnya yang berlaku dalam dunia persilatan, peraturan dari tiap perguruan ataupun partai yang ada didunia ini rata-rata ketat dan disiplin. Biasanya bilamana seorang kaucu hadir dalam suatu ruangan, maka sebagai anak buah tak seorangpun berani menyela atau menimbrung pembicaraan yang berlangsung sebelum diminta oleh ketuanya.
Tapi sekarang, bukan saja Tongcu she-Seng itu berani menyela suatu pembicaraan, bahkan berani pula mengemukaan sebuah usul, sementara Kiu-im kaucu sendiri sedikitpun tidak menunjukkan sikap kurang senang hati, dari sini dapatlah diketahui betapa terhormatnya kedudukan Seng Sin-sam dalam perkumpulan Kiu-im-kauw.
Hoa In-liong yang binal tapi cerdik segera memutar otaknya, selang sesaat kemudian ia sudah mendapat akal bagus, maka pemuda itupun tertawa nyaring. "Haa.... haa.... haa.... Begitupun ada baiknya, setelah menjadi anggota Kiu-im-kauw, bukan saja aku Hoa Loji dapat menciptakan suatu pekerjaan yang besar, akupun setiap harinya bisa berkumpul dengan nona Bwee.... Haa.... haa.... haa.... Ada gadis cantik dalam rangkulan, masa depanku juga cemerlang, bukan saja aku Hoa Loji akan hidup penuh kebahagian, nama dan kedudukanku juga termashur.... Tentu saja ide ini bagus sekali!"
Merah padam wajah Bwee Su-yok karena jengahb cepat dia menghardik dengan nyaring, "Hey, apa yang kau ocehkan terus?"
"Hoa siauhiap!" Kiu-im kaucu yang selama ini membungkam tiba-tiba berkata "Andaikata engkau benar-benar berhasrat untuk membantu diriku, tentu saja dengan senang hati anak Yok akan kujodohkan kepadamu!"
Bwee Su-yok jadi sangat gelisah, cepat dia menyela, "Suhu.... Orang she-Hoa ini usil amat mulutnya, ia jahat dan tak bisa dipercaya. Anak Yok.... anak Yok...."
Tapi sebelum gadis cantik itu menyelesaikan kata-katanya, Kiu-im Kaucu telah mengulapkan tangannya seraya berkata, "Gurumu sudah mempunyai rencana yang sangat bagus, engkau tak usah menimbrung lagi!"
"Huuuh.... apa rencanamu itu?" Jengek Hoa In-liong cepat dengan wajah berubah serius, "Paling-paling juga menyelidiki jejak serta tindak tanduk orang tua dari aku orang she-Hoa atau menahan aku orang she-Hoa sebagai sandera. Hmm....! Mengulangi kembali siasat lama yang pernah dipraktekkan dua puluh tahun berselang, sayang rencanamu itu sama sekali tak berguna bagi diriku"
Diam-diam Kiu-im kaucu merasa terkejut setelah mendengar perkataan itu, dengan dahi berkerut katanya, "Benarkan sama sekali tak berguna terhadap dirimu?"
Hoa In-liong mencibirkan bibirnya. "Huuh....! Aku orang she-Hoa tak bakal terpikat oleh cantiknya wajah perempuan, tak akan bertekuk lutut oleh kehebatan ilmu silat orang lain. Sekalipun kau mempunyai beribu macam akal muslihat, berjuta macam bentuk siksaan, jangan harap kau dapat memaksa aku orang she-Hoa tunduk pada perintahmu"
Betapa mendongkolnya Bwee Su-yok sehabis mendengar perkataan itu, dengan ketus dia lantas menimbrung, "Hmmm.... ! Bukankah tadi engkau selalu berteriak bahwa engkau lebih suka terbunuh daripada
tertawan? Sekarang toh engkau sudah menjadi tawananku, kenapa tidak berusaha untuk bunuh diri membereskan nyawamu sendiri?"
"Nona Bwe, apakah diantara kita terikat dendam sakit hati?" tiba-tiba Hoa In-liong berkata dengan lembut.
Sinar matanya yang terang bagaikan bintang fajar itu seperti senyum, tak senyum memandang wajah gadis itu lekat-lekat.
Ketika sorot mata Bwee Su-yok saling bersentuhan kembali dengan pandangan matanya, sekali lagi gadis itu merasakan jantungnya berdebar keras. Untuk sesaat, dia tertegun, tapi selanjutnya jawabnya dengan nada dingin, "Yaa, diantara kita ada ikatan dendam, suatu ikatan dendam yang lebih dalam dari samudra, kenapa?"
Kembali Hoa In-liong tertawa. "Sekalipun antara nona Bwe dengan aku ada ikatan dendam, caramu memanaskan hatiku tak bakal mendatangkan apa-apa. Ketahuilah aku Hoa loji jauh berbeda dengan orang lain. Tahukah engkau apa yang sedang kupikirkan sekarang?"
Seraya berkata kepalanya sengaja dimiringkan kesamping berlagak seperti seorang bocah yang pura-pura sok rahasia. Gayanya yang mengejek ini kontan saja menggemaskan Bwee Su-yok hingga membuat giginya saling bergermerutukan menahan emosi. Kalau bisa dia ingin menggigit pemuda itu untuk melampiaskan rasa dongkolnya.
Sambil menggigit bibir, dia lantas berseru dengan gemas, "Aku tak ambil perduli apa yang kau pikirkan pokoknya nonamu cuma tahu bahwa engkau harus mampus!"
Hoa In-liong tertawa terbahak-bahak. "Haaa.... haa.... haa.... Aku orang she Hoa mana boleh mati. Kalau aku sampai mati lebih duluan, bukankah engkau akan...."
Sebetulnya dia hendak mengatakan, "Bukankah engkau akan menjadi seorang janda kembang?"
Kata-kata itupun mengiringi ucapan Kiu-im kaucu yang hendak menjodohkan anak Yok-nya kepada dia.
Tapi bagaimanapun juga dia adalah keturunan seorang pemuda persilatan yang punya nama besar ketika ucapan tersebut sudah berada diujuag bibir, tiba-tiba dia merasa bahwa perkataan itu terlalu tengik dan kurang sopan. Lantaran ia kuatir kalau ucapan tersebut sampai menyinggung perasaan halus Bwee Su-yok, maka tiba-tiba saja dia membungkam dan menelan kembali kata-kata tersebut ke dalam perutnya.
Perlu diketahui disini, walaupun Hoa In-liong termasuk seorang pemuda yang romantis, sekalipun dia binal dan nakal, tapi bukan berarti cabul atau tak tahu sopan santun. Apalagi kecantikan Bwee Su-yok dan keagungan gadis itu belum pernah dijumpai seumur hidup. Sekalipun dara itu bersikap angkuh dan dingin, lagipula mereka berhadapan sebagai musuh, tapi bila Hoa In-liong disuruh benar-benar melukai perasaan Bwee Su-yok, dengan watak yang dimiliki pemuda itu, belum tentu dia bersedia untuk melakukannya.
Kalau toh diapun begitu, tentu saja keadaan tersebut berlaku juga bagi diri Bwee Su-yok.
Orang bilang gadis yang cantik selalu menjaga gengsi. Gengsi ini mencakup pula terhadap orang-orang yang melakukan hubungan dengannya. Keadaan tersebut tak ubahnya ibarat seorang hartawan yang kaya raya tak sudi berhubungan dengan kaum pengemis.
Seorang gadis yang betul-betul cantik, selain dia selalu menjaga gengsi, disamping itu diapun selalu berharap setiap orang yang berhubungan dengannya memiliki kecantikan atau keayuan yang setaraf dengan kecantikannya, terutama dengan lawan jenisnya, hal ini akan tampak semakin kentara.
Kebetulan sekali Hoa In-liong terhitung seorang pemuda yang gagah dan tampan, orangnya juga amat romantis. Berbicara soal kegantengan maupun karakternya boleh dibilang setingkat lebih tinggi dari orang lain atau dengan perkataan lain pemuda tersebut benar-benar merupakan ssorang pemuda yang tampan.
Bwee Su-yok yang terhitung pula sebagai seorang gadis cantik. Bila dikatakan ia tidak tertarik oleh pemuda setampan dan segagah itu, maka hal tersebut merupakan kata-kata yang bohong dan tak bisa dipercaya.
Ia tertarik juga merasakan pergolakan yang hebat, tapi sayang oleh karena pendidikan yang keliru membuat terciptanya suatu watak membenci kepada laki-laki tampan dalam hati sidara ayu ini ditambah lagi Hoa In-liong memang binal sukar diurus, yang kebetulan sekali merupakan watak yang paling dibenci olehnya dihari-hari biasa, apalagi Hoa In-liong menunjukkan sikap hambar dan seolah-olah sama sekali tidak tertarik oleh kecantikannya, kesemuanya ini membuat nona itu semakin berang hingga berulang kali mengatakan hendak membunuh dirinya dan bersumpah tak mau hidup berdampingan dengannya.
Padahal bila kita bahas keadaan tersebut dengan lebih mendetail, maka dapatlah kita ketahui bahwa tindakan tersebut disebabkan karena perasaan tak puas si nona itu terhadap lawannya, cuma gadis itu sendiripun tidak menyadari akan keadaan tersebut.
Sementara itu, sorot mata Bwee Su-yok sudah memancarkan sinar dingin yang menggidikkan hati. Kalau dilihat dari gayanya jelas gadis itu sudah siap akan melancarkan serangan.
Tapi lantaran perkataan dari Hoa In-liong tiba-tiba berhenti ditengah jalan, dimana tindakan semacam itu justru sama sekali berada diluar dugaannya, maka gadis itu jadi tertegun untuk sesaat lamanya. "Ayoh teruskan kata-katamu itu!" bentaknya kemudian "Kenapa tidak kau lanjutkan?"
"Aaaah.... Lebih baik tak usah kulanjutkan lagi!"
Bwee Su-yok jadi makin mendongkol, teriaknya dengan nyaring, "Tidak! Bagaimanapun juga engkau harus mengatakan keluar, kalau tidak kau lanjutkan kata-katamu itu, lidahmu akan segera kupotong sampai kutung"
"Baiklah!" ucap Hoa In-liong kemudian sambil mengangkat bahunya "Aku akan mengatakannya keluar. Aku sedang memikirkan bagaimana caranya meloloskan diri dari sini, percayakah kau?"
Begitu ucapan tersebut diutarakan keluar, Bwee Su-yok kontan jadi terbelalak lebar, sedang kawanan jago lainnya tak dapat menahan rasa gelinya lagi, mereka tertawa terbahak-bahak.
Tak aneh kalau mereka tertawa geli, bayangkan saja bukannya ia sudah kena ditawan orang, bahkan berada pula dilingkungan musuh musuhnya yang tangguh tapi pemuda itu telah mengucapkan kata-kata yang tidak bersemangat, selain itu diapun malah bertanya apakah orang mau percaya dengan perkataan itu, bayangkan saja siapa yang tidak geli dibuatnya.
Bwee Su-yok sendiri pun diam-diam berpikir dihati, "Manusia macam apaan orang ini? Kalau dilihat dari wajahnya yang tampan dan tindak tanduknya yang gagah perkasa, sudah pasti dia terhitung seorang laki-laki yang tinggi hati. Tapi mengapa mengucapkan kata-kata macam perkataan bocah cilik? Apakah.... Apakah dia merasa yakin sekali kalau dirinya memiliki kemampuan untuk meloloskan diri?"
Dalam pada itu, Hoa In-liong duduk dikursi tepat dihadapannya dengan senyuman dikulum, sikapnya amat tenang, tidak tampak sikap malu, atau menyesal, juga tidak menunjukkan tanda-tanda kalau ia merasa amat yakin. Sikapnya yang begitu santai, begitu kalemnya mengingatkan orang bahwa dia seakan-akan berada dilingkungan sahabat-sahabat sendiri, kehambaran dan ketenangannya cukup membuat orang jadi tercengang.
Haruslah diketahui, keketusan dan kehambaran sikap Bwee Su-yok jauh berbeda dengan manusia biasa. Seringkali manusia dengan pendidikan yang kaku dan dingin semacam ini memiliki pandangan yang lebih agresif terhadap segala macam bentuk rasa sayang maupun rasa benci.
Waktu itu dia masih belum menemukan rasa cintanya terhadap Hoa In-Liong, maka ia merasa setiap gerak-gerik dari si anak muda itu mendatangkan rasa benci baginya. Menurut jalan pikirannya, andaikata manusia semacam ini dibiarkan lolos dari cengkeramannya, maka kejadian ini akan dianggapnya sebagai suatu penghinaan yang luar biasa besarnya, otomatis tak bisa disalahkan pula bila ia mempunyai cara berpikir yang bertolak belakang dengan orang biasa.
Seng Sin-sam, tongcu bagian penerimaan anggota baru yang kerdil pada hakekatnya adalah seorang manusia yang licik dan banyak tipu muslihatnya. Sambil tertawa tergelak tiada hentinya, dengan mata yang tajam dia mengawasi gerak-gerik Hoa In-liong, Kemudian ia berseru dengan nada dingin, "Lapor kaucu, aku lihat Hoa In-liong adalah seorang manusia kurcaci yang tak berguna. Ia tidak memiliki kegagahan dan kejantanan seperti Hoa Thian-hong. Menurut pendapat hamba, lebih baik kita tak usah membuang banyak tenaga dan pikir-an lagi"
Begitu ucapan tersebut diutarakan keluar, semua gelak tertawa terhenti dan sorot mata semua orang pun sama-sama dialihkan keatas wajah Hoa In-liong.
Si anak muda itu masih tetap duduk dengan sennyuman dikulum, Tubuhnya yang duduk sekokoh batu karang tampak begitu tenang dan kalemnya, seolah-olah tidak terpengaruh sama sekali oleh ancaman yang membahayakan jiwanya itu.
Huan Tong Si Tongcu bagian propaganda segera menyela dari samping ruangan, "Hamba juga mempunyai pendapat demikian, asal yang kecil kita jagal, tentu si kura-kura tua terpaksa harus menongolkan diri. Bagaimanapun jua kita toh hendak memimpin dunia persilatan dan bersikap musuhan dengan Hoa Thian-hong, nanti juga bentrok sekarang juga bentrok, kenapa tidak kita jagal saja bangsat cilik ini baru kemudian melakukan pertarungan besar dengan sepuas-puasnya"
Orang ini sangat suka mencari nama dan pahala. Dia paling tidak percaya kalau dikatakan Hoa Thian-hong itu lihay, maka dalam penbicaraanpun bukan saja sama sekali tidak menunjukkan perasaan jeri, bahkan penuh dengan semangat yang menyala-nyala.
Hoa In-liong tidak biasa dengan gayanya yang sok itu, cepat dia menimbrung sambil tertawa tergelak, "Haaa.... haa.... haaa.... Ayohlah kalau mau turun tangan! Aku orang she-Hoa kan duri dalam mata bagi kalian semua, kenapa tidak segera turun tangan?"
Lie Kiu-it, tiamcu dari ruang siksa menyahut dengan suara yang dingin dan tajam, "Cepat atau lambat kita pasti akan turun tangan. Asal kaucu ada perintah, pertama-tama akan kusuruh kau cicipi bagaimana rasanya kalau sekujur badan diselomoti dengan batang hio yang menyala!"
Lie Kiu-it yang menjabat sebagai ketua istana ruang penyiksaan ini memang memiliki tampang "kriminal". Bukan saja kepalanya botak, tubuhnya tinggi besar, biji matanya yang putih lebih banyak daripada yang hitam. Malahan mata itu semu merah menyala. Tampang semacam ini tak bisa dibatalkan lagi kalau dikatakan sebagai tampang seorang manusia yang buas dan berjiwa kejam.
Mendengar ucapan tersebut, Hoa In-liong lantas berpikir didalam hatinya, "Orang ini adalah seorang penjagal yang melanjutkan hidup dengan kerjanya menjagal manusia, tampang semacam ini persis dengan tampang pembantu Gwa-kong ku yang kejam itu. Biasanya manusia seperti itu bukan saja buas, juga tidak berperi kemanusian. Manusia macam begini tak dapat dibiarkan hidup lebih jauh. Bila sampai bertempur nanti, akan kucabut lebih dahulu se-lembar jiwanya"
Kek Thian-tok yang menjabat sebagai Tongcu bagian tata cara dan disiplin perkumpulan merupakan anggota Kiu-im-kauw yang paling tua, diapun paling paham dengan jalan pemikiran kaucunya. Ketika pendapat mulai diutarakan simpang siur, tiba-tiba dia melangkah keluar dari rombongan dan memberi hormat kepada kaucunya seraya berkata, "Hamba mengetahui betapa terkenangnya kaucu terhadap sahabat-sahabat lama, terutama kesan yang begitu mendalam terhadap sanak keluarganya Hoa In-liong. Sayang bocah she Hoa ini begitu
tak tahu diri dan menganggap dirinya sebagai sok jagoan hingga bersikap kurang sopan kepada kaucu. Menurut hamba, orang ini terlampu binal dan aneh. Rasanya untuk menundukkan perasaannya dengan mengenang kembali kesan dan hubungan persahabatan dimasa lampau, hal ini sukar untuk terpenuhi dengan mudah!"
Selama orang lain mengajukan usul dan pendapatnya yang beraneka ragam, Kiu-im kaucu selalu membungkam dalam seribu bahasa tanpa memberi komentar apa-apa, ini menunjukkan bahwa jalan pemikiran mereka tidak sesuai dengan jalan pemikirannya.
Tapi setelah Kek Thian-tok yang menjadi Tong cu bagian tata cara dan disiplin perkumpulan ini mengutarakan kata-katanya, pelan-pelan diapun mengangguk.
Meskipun telah mengangguk, tapi mulutnya tetap membungkam, sementara otaknya masih berputar memikirkan sesuatu.
Haruslah diketahui, Kiu-im kaucu adalah seorang manusia yang cerdik dan banyak tipu muslihatnya, sekalipun wataknya agak keras pada hakekatnya dia adalah seorang manusia yang buas, ganas dan berbahaya.
Dimasa lampau, dia pernah menaruh kesan baik atas diri Pek Kun-gi sebagai muridnya, meski-pun pada akhirnya keinginan hatinya itu tak sampai keturutan, tapi bayangan dari Pek-Kun-gi masih selalu melekat dalam-dalam dihatinya.
Apalagi dimasa lalu dia mempunyai suatu cita-cita yang lain, yakni bila Pek Kun-gi dapat ia terima sebagai muridnya, otomatis Hoa Thian-hong akan tertarik juga untuk menjadi anggota Kiu-im-kauw. Asal orang-she-Hoa itu sudah tunduk dibawah perintahnya, dengan gampangnya pula tahta pemimpin dunia persilatan akan terjatuh ketangannya.
Meskipun kejadian itu sudah lewat banyak tahun, tapi sampai sekarang ambisinya itu belum pernah padam, tentu saja dalam gerakan turun gunungnya kali ini juga diselilingi dengan maksud-maksud tertentu.

Bara Maharani - Gu LongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang