Kebiasaanku sore hari, adalah memainkan gitar akustik di balkon kamar, sambil memandang sebuah rumah bercat putih di seberang rumahku.
Jemariku memetik senar gitar, memainkan melodi yang ku ciptakan sendiri, bergumam tidak jelas mengikuti setiap nadanya.
Mataku masih tertuju pada rumah itu, menunggu seseorang yang selalu berhasil membuat jantungku berdebar, Gibran. Lelaki itu juga tetanggaku, seseorang yang selalu ku lihat setiap pagi dan sore hari. Jadi, ada yang bisa kasih tau bagaimana caraku untuk Move On?
Ponselku bergetar, ada satu pesan masuk.
Di, temenin gue beli kado buat Yugo yaa, gue ke rumah lo bentar.
Aku menyimpan ponselku tanpa membalas pesan dari Alda. Mataku kembali menatap rumah Gibran. Selang beberapa menit kemudian, lelaki yang ku tunggu akhirnya muncul. Lelaki itu terduduk di depan teras rumahnya sambil memainkan ponsel.
Aku tersenyum, menatapnya saja membuatku bingung, dia kayak punya sihir. Bagaimana bisa, dia yang hanya duduk memakai kaos oblong dan celana pendek selalu berhasil membuat jantungku berdebar, bahkan memaku penglihatanku padanya.
Pemandangan indah itu berubah suram tatkala Alda sampai di depan pagar, aku bisa dengan jelas melihat Gibran tersenyum manis pada sahabatku itu.
"Mau ke mana?" sapanya,
"Ke rumah Diana."
"Kok rapi banget?"
"Iya, mau ngajak Diana nyari kado"
"Siapa yang ulang taun?"
"Pacar gue. Duluan ya Kak!" Itu kalimat terakhir Alda sebelum berlari kecil masuk ke rumah.
Aku melihat Gibran termenung, kentara sekali wajahnya menahan cemburu. Tentu saja, aku tau bagaimana rasanya, karena saat ini pun aku juga merasakannya.
Di bumi ini, bukan cuma kamu yang punya perasaan.
~TBC~
KAMU SEDANG MEMBACA
Hidden [Proses Revisi]
Teen FictionWAJIB KASIH VOTE!!! Kesalahan ku hanya satu, di saat aku jatuh cinta, maka aku benar-benar jatuh. Terlalu sulit mengalihkan pandangan pada sesuatu yang terlalu dekat. Aku sibuk mengejar dia yang justru semakin terlihat seperti ilusi. Sampai akhirnya...