43. Kak Fajar

1.7K 78 2
                                    

"Buruan sana!" Bisik Alda memaksa. Dia terus mendorong-dorong tubuhku untuk mendekati Kak Fajar. Aku menggeleng ragu, gak yakin dia mau memaafkan ku.

"Mau masalah makin parah sama orang tuanya?!" Tentu saja aku menggeleng kuat. Seiring itu pula dia terus mendorongku mendekati Kak Fajar yang masih fokus pada buku tebalnya.

Aku mencoba berpegangan pada rak buku, yang justru menjatuhkan salah satu buku yang ada di sana. Beberapa orang menoleh, begitupun Kak Fajar. Dasar Alda!

"Cepetan!" Desis Alda tajam, dia berlalu pergi meninggalkanku.

Aku meringis, menatap Kak Fajar yang sepertinya juga akan pergi setelah melihatku. Namun cepat-cepat aku menahannya.

"Tunggu Kak," kataku ragu. Dia terlihat membuang pandangannya, tak mau bersitatap denganku. "Soal kamaren, maaf" kataku pelan.

Aku melihat dia mengangguk, lagi-lagi hendak pergi, tapi aku menahannya, "aku beneran gak tau, kamu kakak kelas" kataku menyesal.

"Iya" katanya singkat. Setelah itu dia benar-benar pergi, aku tidak mencegahnya lagi, hanya mengembuskan napas panjang. Orang sepertiku memang tidak seharusnya di maafkan ya?

Alda menghampiri ku, "gimana?"

Aku mengembuskan napas lesu, seraya menggeleng, "gak tau"

Dia berdecak, menepuk pelan lenganku, "elo sih! Dua taun sekolah masa gak tau dia sama sekali sih?!"

Aku hanya merengut, "ya mana gue tau"

"Sogok coba"

Aku melotot padanya, "sogok pake apaan anjir?! Duit aja gue gak punya!"

"Dongo!" Umpatnya yang membuatku merengut sebal, "dia gak mungkin kekurangan duit kali!"

"Terus pake apa?"

"Apa kek, seenggaknya ada bukti fisik kalo lo beneran nyesel berbuat gak sopan ke dia" kata Alda.

Aku merunduk lesu. Tak terpikirkan apa yang harus ku lakukan selanjutnya. Aku juga yakin, dia belum memaafkan ku. Kalau sudah, kenapa dia terus menghindar?

*****

Hidden [Proses Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang