Hari Minggu kali ini, aku dan Alda sudah duduk di bangku taman kompleks. Jarang-jarang kami mau jogging seperti ini. Tatapanku mengedar ke segala arah, melihat taman kompleks ramai, entah sedang bersepeda, berlari, bahkan ber-swafoto. Taman ini memang tidak berada di pusat kompleks sehingga bisa di kunjungi oleh siapapun.
Alda sedang memainkan ponselnya.
Hubunganku dan dia baik-baik saja. Meskipun sampai saat ini, Alda belum membuka suara tentang kejadian seminggu yang lalu. Saat dia menangis dan diantar pulang oleh Gibran, terlebih Kak Syifa—kakak kelas 12 yang cukup populer, terlibat. Kejadian itu seolah tidak pernah terjadi.
Aku mengernyit heran melihat seorang lelaki berdiri di hadapanku sambil menyimpan satu lengannya di pinggang. Rasanya tidak asing, tapi siapa?
“Diana kan?” Tanya lelaki itu, aku mengangguk pelan.
“Gue Sean!” Ah benar! Dia lelaki asing yang seminggu lalu ku temui di toko buku. Lelaki sok akrab yang mendadak rusuh ingin mengantarku pulang.
“Lo inget gue kan?” Wajahnya kelihatan berseri-seri, sementara aku justru melengos sebal. Kenapa harus bertemu dengan makhluk aneh ini lagi sih?!
“Siapa Di?” Alda berbisik di telingaku.
Aku mengedikkan bahu dan segera bangkit, menarik lengan Alda untuk bergegas pergi meninggalkan mahkluk yang entah berasal dari planet mana.
“Kenapa sih?” Heran Alda, aku hanya menggeleng dan mempercepat laju langkahku.
“Diana! Gue kayak setan ya?” Sean berteriak sambil tertawa. Sepertinya dia tidak mengikuti ku.
“Bye Di, sampai ketemu di rumah!” Aku menoleh untuk bisa memberikan tatapan sinis, sementara dia justru melambaikan tangannya dengan senyum penuh.
Maksudnya apa? Nyari mati!
****
KAMU SEDANG MEMBACA
Hidden [Proses Revisi]
Teen FictionWAJIB KASIH VOTE!!! Kesalahan ku hanya satu, di saat aku jatuh cinta, maka aku benar-benar jatuh. Terlalu sulit mengalihkan pandangan pada sesuatu yang terlalu dekat. Aku sibuk mengejar dia yang justru semakin terlihat seperti ilusi. Sampai akhirnya...