63. Hati-hati Sean

1.6K 72 1
                                    

Hari Minggu, pukul 7 pagi, aku sudah berada di bandara. Mengantarkan Sean sebelum pergi ke negeri sakura.

Di bandara, hanya ada aku, Alda dan Keyla. Sekarang aku sangat mengerti bagaimana kondisi keluarga Sean. Karena saat ini, tak ada ibunya yang mengantar. Sean benar-benar sendirian.

Sean mendekati Keyla, memeluknya sekilas, mengusap-usap kepala Keyla yang juga menangis, sama seperti ku.

"Jaga diri baik-baik" kata Sean.

"Jangan lama-lama di sana, rumah lo di Indonesia" kata Keyla.

"Iya" ujar Sean. Dia melepaskan pelukannya dari Keyla lantas bergerak ke arahku, Sean memelukku erat. Menenangkan ku yang sejak lima menit lalu terus menangis.

"Jangan nangis, kan bisa video call," bisiknya menenangkan.

"Cepet pulang" kataku parau.

"Iya," katanya tenang. Kami terus berpelukan, kayak berat banget buat ngelepas Sean.

"Bukan cuma berat buat lo Di, buat gue juga. Gue gak mau jauhan sama lo" lirih Sean. Seiring itu, lenganku semakin melingkar erat di pinggangnya.

Sean melepaskan pelukan denganku. Lengannya mengusap sudut matanya yang juga berair, lantas membantu mengusap jejak air mataku.

"Jaga diri baik-baik"

"Lo juga," kataku parau.

Dia bergumam sembari mencium keningku sekilas.

"Gue pergi ya" kata Sean. Sean mulai memegang pegangan kopernya. Matanya beralih pada Alda, "Al, titip Diana ya" katanya.

Alda tersenyum seraya mengangguk, "take care" katanya.

Lenganku melambai, melihat bagaimana Sean melangkah menjauh. Semakin menjauh ditelan kerumunan orang-orang.

Alda merangkul bahuku, menguatkan. Bagaimanapun, tidak akan ada yang baik-baik saja dengan perpisahan.

Kami akhirnya pulang. Aku dan Alda berpisah dengan Keyla di parkiran.

"Hati-hati" kataku pada Keyla.

"Lo juga," setelah itu kami berpisah arah.

Di perjalanan, aku hanya diam, memikirkan bagaimana hari-hari ku ke depan. LDR, aku belum pernah merasakannya.

"Harusnya gue marah, tapi lo malah menyedihkan kayak gini, bikin gue gak tega" kata Alda. Aku tidak menyahuti, tidak mengerti dia bicara apa.

"Kak Fajar besok ujian nasional, dan lo tega nolak dia di H-2 nya? Gila! Lo orang paling jahat yang sialnya jadi sahabat gue" kata Alda lagi.

Aku terdiam. Rasa sesak perlahan memenuhi rongga dadaku. Lagi-lagi, Kak Fajar selalu berhasil membuatku terlihat sebagai perempuan paling berengsek.

******

Hidden [Proses Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang