Sudah berlalu 3 hari, hubunganku dengan Alda menjadi canggung. Aku rasa dia kaget bagaimana aku bisa tau kalo Gibran menyukai Alda. Padahal siapapun bisa melihatnya dengan jelas. Tatapan Gibran pada Alda, seperti tatapanku kepadanya. Ah, ternyata rasanya masih menyesakkan.
Langkahku terhenti di ambang pintu kantin. Melihat Alda yang kini duduk berhadapan dengan Gibran. Tadi aku pamit ke toilet, dan membiarkan Alda pergi lebih dulu. Tapi ternyata, ketidakadaan ku justru menjadi kesempatan untuk Gibran mendekatinya.
Aku melihat Alda bergerak tidak nyaman, entah hal apa yang mereka bicarakan. Sampai tiba-tiba saja Alda melihatku, aku segera melengos dan berlalu pergi meninggalkan kantin.
Terakhir kali, aku mendengar Alda memanggilku, namun aku tidak mengindahkannya.
Tujuanku saat ini ada perpustakaan, mungkin berdiam diri di perpustakaan untuk sekedar memainkan ponsel lebih baik daripada melihat kedekatan mereka, aku belum sanggup.
Saat memasuki, ruang membaca, aku melihat seorang laki-laki sedang duduk, fokus pada buku dihadapannya. Lelaki itu yang beberapa hari lalu tak sengaja ku tabrak di kantin, yang berhasil membuat es tes manisnya tumpah dan mengguyur seragamku.
Dengan hati-hati aku bergerak mendekat dan duduk disampingnya, dia tidak terganggu sama sekali, membuatku berdeham pelan dan mengetuk meja pelan, meminta perhatiannya.
Ia menoleh, menatapku datar.
"Yang kemarin itu, maaf ya, aku gak sengaja." Kataku pelan, dia tidak mengindahkanku, justru kembali fokus pada bukunya.
Menyabalkan, lenganku bergerak merogoh saku seragam, mengambil selembar uang lima ribu, lalu menyimpannya di atas meja, "buat ganti es teh nya." Aku beranjak bangkit, ingin segera pergi, namun lelaki itu justru menatapku.
M Fajar
****
KAMU SEDANG MEMBACA
Hidden [Proses Revisi]
Teen FictionWAJIB KASIH VOTE!!! Kesalahan ku hanya satu, di saat aku jatuh cinta, maka aku benar-benar jatuh. Terlalu sulit mengalihkan pandangan pada sesuatu yang terlalu dekat. Aku sibuk mengejar dia yang justru semakin terlihat seperti ilusi. Sampai akhirnya...