Aku tidak bisa menghentikan tangisanku menatap Sean yang kini berbaring di atas ranjang rumah sakit dengan berbagai perban dan alat-alat medis menempel di tubuhnya. Ditambah dengan luka-luka goresan di wajah, membuat lelaki itu terlihat sangat mengkhawatirkan.
"Udah dong Di, berasa gue mau mati aja" kata Sean, ia bergerak pelan mengusap jejak air mataku.
Aku ikut mengusap jejak air mataku, lantas mendelik sinis padanya, "kenapa gak ngabarin gue?!" Bentakku kesal.
Sean terkekeh, sedari tadi dia terus bertingkah santai, tidak tahu apa bagaimana khawatirnya aku?
"Jangan ketawa!"
"Iya-iya maaf," dia menarik napas dalam, "gue kan koma tiga hari Di, masa iya ngehubungin lo"
Aku mengembuskan napas panjang, "lagian emang kenapa sih bisa kayak gini?"
"Ketabrak mobil"
"Kok bisa?"
"Seharusnya gue yang ketabrak, tapi Sean nolongin gue," Keyla menyahut di belakang. Ah, aku melupakan gadis itu yang sejak aku datang memang ada di ruangan ini.
Kali ini aku merasa dadaku sesak. Sebenarnya, apa hubungan mereka?
"Di, gue laper nih" ucap Sean, sepertinya dia berusaha mengalihkan topik pembicaraan.
"Yaudah makan" kataku sedikit ketus.
"Suapin dong, gimana sih!" Ucap Sean jengkel.
"Biar gue aja," Keyla melangkah mendekat, meraih makanan di atas meja lantas terduduk di sisi ranjang Sean, berseberangan denganku.
Aku menatap keduanya. Sean masih belum menerima suapan pertama dari Keyla. Mata Sean terpaut padaku. Lenganku bersidekap di depan dada, menatap Sean dengan tatapan tajam.
Lelaki itu meringis pelan, mengambil alih piring dari lengan Keyla.
"Gue makan sendiri aja Key," aku tersenyum puas melihatnya.
Sean terlihat kesulitan mengangkat lengannya yang diperban. Aku mengembuskan napas, mengambil alih makanan tersebut dan mulai menyuapi Sean.
"Pacar lo kan belum bilang gak mau nyuapin" kataku sarkastis. Aku bermaksud menyindir Keyla. Baiklah, aku memang menyebalkan, tapi bagaimana lagi? Aku tidak suka Keyla terus berhubungan dengan Sean.
Sean meringis pelan, dia pasti tidak enak pada Keyla. Terus, aku harus peduli?
"Jangan tengil Di, nanti gue cium!" Bisik Sean mengancam. Aku mendelik jengkel melihat Sean yang kini menyeringai.
*****
KAMU SEDANG MEMBACA
Hidden [Proses Revisi]
Teen FictionWAJIB KASIH VOTE!!! Kesalahan ku hanya satu, di saat aku jatuh cinta, maka aku benar-benar jatuh. Terlalu sulit mengalihkan pandangan pada sesuatu yang terlalu dekat. Aku sibuk mengejar dia yang justru semakin terlihat seperti ilusi. Sampai akhirnya...